TRIBUNHEALTH.COM - Bagi umat muslim, lebaran adalah waktu yang dinanti untuk berkumpul dengan keluarga besar.
Setelah menjalankan puasa selama satu bulan, tentu lambung akan beradaptasi dengan pengaturan pola makan saat puasa.
Namun saat lebaran biasanya lambung akan dikagetkan dengan pola makan yang cukup sering dan jumlah porsi yang tidak sama seperti saat berpuasa mengingat banyaknya hidangan yang disediakan saat lebaran.
Pengaturan pola makan saat lebaran sangat penting.
Pada dasarnya jangan terlalu banyak mengonsumsi makanan dan jangan terlalu sedikit karena dapat memicu beberapa masalah kesehatan.
Lambung yang kosong dapat memicu naiknya asam lambung sehingga asam lambung tersebut dapat mengiritasi lambung.
Dokter mengimbau untuk menjaga pola makan saat lebaran.
Baca juga: Setiap 6 Bulan Sekali Pengguna Softlens Harus Kontrol ke Dokter Spesialis Mata
Baca juga: Rupanya Ini Fungsi Cairan Softlens Menurut Dokter Spesialis Mata, dr. Naziya, Sp.M
"Jadi apa yang kita minum, apa yang kita makan itu sering kali kan kalau di keluarga gitu ya berkunjung kemana selalu ada yang manis-manis. Pasti ada itu, entah yang merk A, B, C dan sebagainya," ulas Dokter Umum, dr. Caraka Anto Yuwono, MM.
"Makanan minuman juga manis-manis (saat lebaran) itu yang perlu kita waspadai," tegas Dokter Umum, dr. Caraka Anto Yuwono, MM.
Apalagi jika sobat sehat memiliki faktor risiko baik itu akibat faktor keturunan maupun lainnya seperti diabetes maka sobat sehat harus lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan.
Selain itu juga saat perjalanan mudik terkadang makanan apa pun yang kita jumpai rasanya semua itu ingin dikonsumsi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Umum, dr. Caraka Anto Yuwono, MM dan Dokter Umum, dr. FR. Herin Anggreni, M.Biomed (AAM) yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Jogja program Tribun Jogja Podcast edisi 19 April 2023.
"Ini sesuai dengan pengalaman saya waktu menangani pasien-pasien dengan gejala obesitas ya. Jadi kami ada pemeriksaan ya untuk mengetahui massa lemak, massa otot, massa air kemudian juga lemak visceral, lemak tubuh secara keseluruhan dan juga usia sel," pungkas Dokter Umum, dr. FR. Herin Anggreni, M.Biomed (AAM).
Baca juga: Sebaiknya Mengonsumsi Makanan Secara Bertahap saat Lebaran Mengingat Sifat Lambung Elastis
Baca juga: Begini Cara Mengatasi Mata Kering Akibat Penggunaan Softlens, Dokter Spesialis Mata: Harus Dilepas
"Ternyata usia sel pasien-pasien obesitas itu ternyata lebih tua. Usia selnya lebih tua dibandingkan usia biologisnya. Jadi misalnya saya ya, usianya 44 tahun sekarang kemudian saya mengalami obesitas itu usia sel saya bisa aja jadi 60 tahun," imbuh Dokter Umum, dr. FR. Herin Anggreni, M.Biomed (AAM).
"Jadi penuaan itu bisa dipercepat dan demikian pula penuaan itu bisa dicegah direfresh ya, tentu saja dengan cara yang sehat ya. Di refresh itu bukan berarti usia 60 kemudian jadi 20 tahun penampilannya," ucap Dokter Umum, dr. FR. Herin Anggreni, M.Biomed (AAM).
dr. Herin menuturkan jika hal ini berkaitan dengan usia fisiologis.
Pengendalian diri seperti pengaturan stres, olahraga dan gaya hidup sehat sangat penting sekali.
Untuk menjaga kesehatan, utamanya mencegah penuaan dini tentu yang pertama kita perhatikan adalah menjaga berat badan tubuh agar tetap ideal.
Pengaturan pola makan dan berat badan ideal juga mencegah terjadinya diabetes.
Baca juga: Begini Serangkaian Penanganan Patah Tulang yang Tepat Menurut Dokter Spesialis Orthopedi
Baca juga: Dokter Spesialis Orthopedi: Penanganan Awal Patah Tulang Sangat Memengaruhi Penanganan Selanjutnya
Diabetes merupakan penyebab utama penuaan dini, stres yang berkepanjangan, depresi, cemas dan lain sebagainya.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
Penjelasan Dokter Umum, dr. Caraka Anto Yuwono, MM dan Dokter Umum, dr. FR. Herin Anggreni, M.Biomed (AAM) dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Jogja program Tribun Jogja Podcast edisi 19 April 2023.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.