TRIBUNHEALTH.COM - Depresi pada seseorang bisa terjadi karena adanya tekanan dalam kehidupan, baik lingkungan sosial, rumah tangga, sekolah, pekerjaan ataupun keluarga.
Ciri dari depresi adalah perubahan suasana hati yang cenderung didominasi oleh perasaan sedih.
Kondisi depresi menjadi masalah terhadap perubahan suasana hati.
Jika seseorang mengalami masalah suasana hati berkepanjangan, bisa menyebabkan perubahan pola pikir bersalah atau tidak berguna yang berlebihan.
Seringkali kita mengira bahwa depresi hanya dialami oleh orang dewasa, ternyata anak-anak pun bisa mengalaminya.
Gjala depresi pada anak apakah sama seperti orang dewasa atau berbeda?

Baca juga: Penyebab Depresi pada Usia 24 Tahun di Negara Berkembang? Berikut Kata Dokter
Mayor Kes dr. Hary menyapaikan, berbicara tentang gejaka depresi sebenarnya secara umum gejala depresi dibagi menjadi 2 yakni gejala mayor dan gejala tambahan atau gejala minor.
Contoh dari gejala mayor adalah :
- Suasana perasaan sedih atau terlihat murung lebih dari 2 minggu
- Anhedonia
Anhedonia adalah tidak adanya ketertarikan terhadap hal-hal yang biasanya menyenangkan.
Paling sering terlihat biasanya adalah hobby, misalnya seorang laki-laki yang memiliki hobby mancing ketika mengalami kondisi depresi, hilang minat terhadap hal-hal yang biasa dilakukan.
Baca juga: Mayor Kes dr. Hary Purwono Sp.KJ Sebut Usia Anak-anak Mungkin bisa Mengalami Depresi
Gejala besar yang terlihat yakni hilang tenaga atau hilang semangat untuk beraktivitas.
Badan terasa tidak bertenaga, tidak memiliki stamina yang fit yang berjalan 2 minggu.
Untuk gejala-gejala tambahannya mulai dari :
- Perasaan tidak berguna
- Putus asa
- Nafsu makan yang berubah, bisa jadi berkurang atau meningkat dari biasanya
- Pola tidur yang berubah, sulit tidur atau banyak tidur karena merasa tidak fit
- Adanya perasaan minder dari orang lain
Baca juga: Antara Laki-laki dan Perempuan, Manakah yang Paling Rentan Mengalami Depresi?
- Memiliki pikiran tentang bunuh diri
Mayor Kes dr. Hary menyampaikan bahwa usia anak mungkin bisa mengalami depresi.
Pada anak-anak dengan kondisi tertentu, misalnya memiliki resiko genetik mengalami gangguan bipolar dari salah satu orangtuanya pernah memiliki riwayat gangguan bipolar terutama ibu, kecenderungannya lebih besar pada anak-anak.
Sekarang juga sering kita ketahui adanya pembullyan di lingkungan sekolah
Ketika di sekolah merasa kurang nyaman karena dibully oleh teman-temannya atau mungkin tidak bisa ikut satu geng dnegan teman satu sekolah, pada kondisi anak dengan kondisi tertentu bisa cenderung mengalami gangguan depresi.
Anak mulai mengalami rasa sedih, tidak berguna dan tidak dianggap.
Baca juga: Pentingnya Memahami Tindakan yang Harus Dilakukan saat Kehilangan untuk Menghindari Depresi
Kondisi ini sendiri terjadi disebabkan oleh adanya ketidakmampuan beradaptasi suasana hati oleh respon emosi dengan hal yang terjadi.
Perubahan respon emosional yang bisa terjadi karena konflik sosial ataupun karena faktor-faktpr lingkungan lainnya yang mungkin konflik internal ataupun perasaan-perasaan bersalah, sehingga tidak mampu beradaptasi dengan respon emosional yang terjadi.
Oleh karena itu muncullah suasana perasaan hati yang sedih berkepanjangan dan berlarut-larut, sehingga menimbulkan kondisi gangguan depresi.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Health bersama dengan Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ. Seorang dokter spesialis kedokteran Jiwa RSAU dr. Siswanto Lanud Adi Soemarmo.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)