TRIBUNHEALTH.COM - Nyeri yang muncul pada area tubuh bisa terjadi karena berbagai macam faktor.
Salah satunya ialah nyeri pada area leher dan bahu yang terjadi akibat salah posisi tidur saat menggunakan bantal.
Banyak ditemui pada masyarakat, kira-kira apa yang perlu segera dilakukan jika mengalami keluhan ini?
Baca juga: Saraf Kejepit Bisa Terjadi di Leher, Punggung Atas, Punggung Bawah ataupun Daerah Lainnya
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video, dr. Isrun Masari. Sp.An., FIPM. CIPS memberikan tanggapannya.
Menurutnya, ketika mengalami keluhan nyeri harus ditelusuri faktor pencetusnya. Salah bantal bisa menjadi salah satu pencetusnya.

Namun jangan lupakan, bisa jadi posisi yang tidak ergonomis mempengaruhi postur tubuh utamanya keseimbangan otot-otot di daerah leher dan bahu.
Jika sudah ditemukan faktor pencetus nyeri, maka bisa segera dihindari.
Bila tidak, maka berbagai intervensi tidak akan membuahkan hasil.
Baca juga: Adakah Dampak Jangka Panjang Patah Tulang Clavicula? Baiknya Didiamkan Saja atau Operasi?
Namun jika sudah ditelusuri faktor pencetus namun nyeri tak kunjung sembuh, maka dapat diidentifikasikan nyeri kronik.
Jika nyeri kronik, maka penanganan yang bisa dilakukan ialah melalui intervensi IPM (Interventional Pain Management).
Intervensi Nyeri
Isrun pun menerangkan, ada sejumlah metode lain dalam meredakan keluhan nyeri. Antara lain:
- Istirahat

- Obat-obatan
- Fisioterapi.
Isrun menerangkan, sebanyak 70 persen kasus nyeri otot dan sendi dapat diatasi dengan cara di atas.
Baca juga: Manfaat Osteopati dan Fisioterapi, Bisa Atasi Nyeri Punggung Selama Kehamilan dan Pasca Persalinan
Sementara 30 persen selanjutnya adalah kondisi nyeri yang tak kunjung mudah disembuhkan, seperti nyeri kronik.
Intervensi Nyeri Kronik
Intervensi manajemen nyeri merupakan suatu teknik mengatasi masalah nyeri langsung pada pencetus nyeri muncul.
Misalnya nyeri bahu, pada bahu terdapat berbagai otot yang berperan menyebabkan nyeri tersebut timbul.

Intervensi ini menjadi solusi jika dalam penanganan nyeri kronik tak ada perbaikan setelah dokter menganjurkan pasien mengonsumsi obat.
Jika terus dipaksa menggunakan obat, maka akan menimbulkan efek samping pada organ. Seperti gangguan ginjal atau lambung.
"Berbeda dengan manajemen nyeri intervensi, obat langsung diberikan pada sumbernya," imbuh Isrun.
Baca juga: Hindari Kebiasaan Duduk Sedikit Membungkuk Agar Terhindar dari Saraf Kejepit
Agar tidak salah penempatan, maka dokter akan menggunakan alat bantu dengan USG (Ultrasonografi).
Saat ini USG sangat berkembang, maka bisa dilakukan untuk membantu mendeteksi kelainan otot dan sendi.
"Dengan USG kita tahu, adanya robekan, saraf bermasalah atau sendi mengalami peradangan," tambah Isrun.
Selain itu dengan USG bisa menjadi panduan pada jarum yang akan digunakan untuk ditempatkan pada target nyeri yang dituju.
Nyeri Kronik

Nyeri kronik merupakan salah satu penyebab yang membuat pasien datang ke rumah sakit.
Nyeri yang terus berkelanjutan dan tidak tertangani akan menjadi masalah untuk produktivitas pasien dan lingkungan sekitar.
Dalam penatalaksanaan sehari-hari, seseorang yang merasa nyeri akan segera mengonsumsi suatu obat yang dianggap mampu meredakan keluhan nyeri.
Baca juga: Jangan Sepelekan Nyeri Perut, Dokter: Berisiko Berbahaya hingga Akibatkan Kematian
Namun perlu menjadi catatan, jika setelah minum obat nyeri yang datang tak kunjung hilang secara permanen dengan intensitas yang kian meningkat.
"Setelah minum obat, nyeri hilang, tapi timbul lagi secara terus-menerus dan intensitas nyerinya semakin tinggi," ucap Isrun.
Jika demikian, mengakibatkan efektifitas obat kian menurun.

Dalam kondisi ini, solusi yang bisa ditempuh pasien hanya dua. Yakni minum obat atau operasi.
Namun sayangnya, beberapa pasien ada yang tidak bisa melakukan operasi karena satu dan lain hal. Salah satunya mempertimbangkan faktor usia.
Jika demikian maka pasien akan mengalami kondisi nyeri kronik.
Baca juga: Gejala Kanker Kandung Kemih Termasuk Nyeri Buang Air Kecil, Tak Hanya Adanya Darah dalam Urine
Intervensi manajemen nyeri saat ini, menjadi jembatan bagi penderita yang telah konsumsi obat secara maksimal dengan nyeri yang tak kunjung berkurang dan tidak bisa operasi.
Penjelasan dr. Isrun Masari. Sp.An., FIPM. CIPS ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)