TRIBUNHEALTH.COM - Kopi adalah minuman berkafein yang cukup banyak diminati masyarakat.
Minuman satu ini rupanya bermanfaat baik untuk meredakan stres.
Yakni dapat membuat diri menjadi tenang dan mendapatkan efek anti oksidan.
Baca juga: Perlukah Hindari Kopi agar Gigi Tidak Berubah Warna? Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP Menjawab
Dalam mengonsumsi kopi untuk meredakan stres, bisa dicampur dengan susu.
Mengingat susu memiliki kandungan protein, kalsium dan magnesium yang tinggi.
"Jadi vitamin dan mineralnya bagus banget untuk orang-orang yang sedang stres," kata Dokter Spesialis Gizi Klinik, Diana Suganda.
Agar tidak mengandung kalori yang terlalu banyak, konsumsi kopi dengan campuran susu tanpa ditambah larutan gula.
Atur Pola Makan pada Penderita Stres Eating
Stres eating menandakan seseorang sedang mengalami masalah psikis.
Keadaan ini ditandai dengan rasa ingin makan terus-menerus walaupun tidak ada rasa lapar.
Baca juga: Almond, Air Putih, dan Sederet Hal Ini Bisa Menekan Rasa Lapar Secara Alami, Cocok untuk Diet
Untuk mengendalikan stress eating, tentunya penderita harus mengatur pola makan.
Menurut pemaparan Diana, pengaturan pola makan pada penderita stres eating harus berprinsip pada pola makan gizi seimbang.
"Pastikan jadwal makan rapi dan tidak ada skip jadwal makan," tambahnya.
Bila ada jadwal makan yang terlewatkan, bisa jadi berpotensi membuat rasa makan semakin berlebih.
Disamping itu, pastikan komposisi makanan dengan tinggi serat.
Mengingat kandungan serat membuat perut menjadi kenyang sehingga dapat mengurangi keinginan untuk makan berlebih.
Makanan yang mengandung serat dapat diperoleh dari:
Baca juga: Sederet Makanan yang Baik dan Buruk untuk Diare, Makanan Tinggi Serat Justru Harus Dihindari
- Buah
- Biji-bijian
- Kacang-kacangan
- Gandum
Selanjutnya lengkapi dengan asupan protein yang bisa diperoleh dari mana saja. Seperti ayam, ikan, daging, atau telur.
Karena kandungan protein juga bisa membuat rasa mudah kenyang.
Stress eating adalah imbas dari adanya stres yang dialami seseorang.
Baca juga: Psikolog Sampaikan Cara Menyikapi dan Mengelola Stres ketika Kehilangan Pekerjaan
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, dr. Andri, Sp. KJ mengatakan, bahwa dalam mengatasi persoalan ini tidak harus menggunakan obat.
"Berbicara mengenai pengobatan, tidak selalu dengan obat tetapi bisa juga dengan membenahi perilaku," ucap Andri.
Untuk kasus gangguan makan, terkait dengan retriksi kalori.
Karena itu dalam penanganannya seringkali dokter spesialis kesehatan jiwa bekerjasama dengan dokter spesialis gizi klinik.
"Karena seringkali orang mengartikan untuk tidak makan sama sekali, itu tentu tidak benar," tegas Andri.
Mengingat dengan menghentikan asupan makanan, justru bisa memperparah kondisi yang dialami saat ini terutama pada area metabolisme.
Baca juga: Metabolisme Melambat Seiring Bertambahnya Usia, Bisa Diatasi dengan Cukup Tidur dan Olahraga
Lebih lanjut, berbeda dengan gangguan makan lain, gangguan anoreksia hingga bulimia sangat membutuhkan pengobatan dengan pemberian obat.
Untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai, diharapkan setiap pasien berkonsultasi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa.
Identifikasi Rasa Lapar
Lapar adalah kondisi yang menunjukkan rasa ingin segera makan.
Merupakan suatu bentuk fisiologis yang normal, maka rasa lapar ini harus segera diatasi dengan pemberian makanan.
Namun tahukah Anda, rupanya tak selamanya lapar ini merupakan suatu kondisi fisiologis.
Ada pula rasa lapar yang muncul karena efek tekanan psikis, seperti stres.
Lalu bagaimana cara membedakannya?
Berdasarkan pernyataan Diana ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk bisa mengidentifikasi. Seperti:
Baca juga: Jangan Sembarang Makan Keripik Singkong, Pertimbangkan Kalorinya yang Bisa Mengganggu Diet
1. Intensitas
Pastikan intensitas lapar tersebut, lapar datang secara perlahan atau tiba-tiba.
Keinginan makan yang datang tiba-tiba merupakan tanda emotional eating atau stress eating.
2. Cukup
Setelah mengonsumsi makanan, apakah sudah cukup merasa kenyang?
Jika perasaan tercukupi sudah ada dan muncul reaksi tubuh untuk berhenti, maka ini menandakan lapar yang datang adalah secara fisiologis.
Namun jika rasa lapar terus muncul, maka menjadi tanda stress eating.
Baca juga: Ini yang Terjadi pada Tubuh jika Diet Tanpa Konsumsi Karbohidrat, Simak Ulasan R. Radyan Yaminarr
Penjelasan Dokter Spesialis Gizi Klinik, Diana Suganda dan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Andri ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas TV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)