TRIBUNHEALTH.COM – Menjaga kesehatan jiwa penting agar mampu mengelola perasaan, memaksimalkan potensi diri dan menghadapi berbagai kondisi kehidupan.
Dengan begitu, seseorang menjadi lebih sehat, bahagia, kreatif dan semangat dalam mencapai tujuan.
Terdapat tiga faktor utama yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan mental anak, yakni keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Pasalnya orang tua memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan anaknya, karena memiliki waktu bersama lebih banyak dengan anak.
Baca juga: Butuh Waktu Berapa Lama untuk Menyembuhkan Skin Barrier yang Rusak? Begini Penjelasan dr. Desidera

Baca juga: Waktu yang Tepat Ganti Sikat Gigi agar Tak Muncul Keluhan Gigi Sensitif, Simak Kata Dokter Berikut
Untuk mengetahui solusi dan tips dalam menangani masalah psikologis, kita bisa bertanya langsung dengan Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi.
Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. merupakan seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak.
Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. memiliki sebuah yayasan bernama Praktik Psikolog Indonesia.
Yayasannya kini tersebar di berbagai wilayah.
Seperti Bintaro, Rawamangun, Tangerang Selatan, Cileungsi, dan Semarang.
Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. juga merupakan psikolog di www.praktekpsikolog.com
Baca juga: Cuci Karang Gigi Efektif Atasi Gigi Berubah Warna, Benarkah? Ini Kata Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG

Baca juga: Pertolongan Pertama pada Serangan Jantung, Panggil Ambulan dan Berikan CPR jika Tak Sadar Diri
Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. akan menjawab berbagai pertanyaan terkait masalah psikologis sebagai berikut.
Pertanyaan:
Diketahui seseorang yang mengalami trauma masa kecil perlu pemahaman dan edukasi diri sendiri.
Lantas siapa saja orang-orang yang berhak memberikan edukasi mengenai kesehatan mental ini?
Taufika, Tinggal di Magelang.
Ahli Psikolog, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. Menjawab:
Sebenarnya semua pihak bisa, para psikolog, psikiater, dokter, para orang tua, dosen maupun guru juga bisa.
Sebenarnya semua bisa memberikan termasuk orang tua kita.
Cuman persoalannya kan kadang kala orang yang mengalami trauma itu kan suka menutup diri.
Baca juga: Setiap Hisapan Rokok Bisa Meningkatkan Risiko Berbagai Penyakit, Salah Satunya Kanker Rongga Mulut

Baca juga: Diabetes Ibu dari Segala Penyakit, Menkes Imbau Lakukan Pola Hidup Sehat untuk Mengantisipasinya
Jadi istilahnya terdapat benteng atau tembok, di mana dia tidak mau menerima masukan dari orang lain, persoalannya di sana.
Sehingga kadang kala membutuhkan psikolog, supaya butuh strategi khusus sehingga edukasi yang diberikan bisa diserap oleh korban.
Biasanya bahasa psikolog ketika memberikan edukasi kepada klien menggunakan bahasa terapi.
Apabila edukasi tersebut dilakukan oleh orang-orang pada umumnya, misalnya guru, dosen atau orang tua maka sifatnya edukasi, psikoedukasi atau pembelajaran biasa.
Tetapi kalau dilakukan oleh seorang terapis atau seorang psikolog maka disebut sebagai terapi.
Hal ini karena membutuhkan strategi khusus.
Baca juga: Kenali Ciri-ciri Skin Barrier yang Rusak hingga Cara Mencegah Keparahan Kerusakannya
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.