TRIBUNHEALTH.COM - Obsessive compulsive disorder alias OCD ditandai dengan gangguan pikiran yang menimbulkan kecemasan dan perilaku yang dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan tersebut.
Misalnya seperti penderita Obsessive compulsive disorder (OCD) yang takut terkena penyakit maka akan cenderung mencuci tangan secara berlebihan atau terlalu sering membersihkan rumah.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ mengatakan jika ada beberapa hal yang bisa dilakukan apabila seseorang mengalami ataupun sudah jatuh ke dalam suatu bentuk gangguan obsesif-kompulsif, antara lain:
1. Pendekatan interpersonal
"Kalau kita berbicara tentang pendekatan interpersonal, yang perlu dilakukan pada orang yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif adalah meningkatkan hubungan kolaborasi," jelas Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Baca juga: Obsessive Compulsive Disorder (OCD) Bisa Dideteksi sejak Penderita Memasuki Usia 18 Tahun ke Atas

Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 17 September 2022.
Baca juga: Kasus yang Ditangani Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia, Simak Kata drg. Hendra Nur Sp. Pros Berikut
Dimana hubungan keintiman antara orang-orang terdekat penderita OCD.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ menegaskan jika hal ini juga berpengaruh.
Biasanya orang-orang yang mengalami OCD maka orang-orang terdekatnya juga mengalami kerenggangan.
Bisa juga di satu sisi pengidap OCD membutuhkan keintiman yang tidak pernah dia dapatkan sehingga dia mengalami OCD.
"Jadi perlu dibina kembali," tutur Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Selain itu, perlunya memfasilitasi pembelajaran tentang pola-pola maladaptif.
Maladaptif itu seperti memiliki standar yang terlalu tinggi, kemudian menghujat kondisi tertentu atau orang dalam kondisi tertentu, kemudian kemampuan untuk meluapkan emosi adalah sebuah bentukan-bentukan skema maladaptif terhadap respon tertentu.
"Jadi pola-pola itu perlu diubah dan perlu diblokir dan diganti pola-pola yang lebih baru. Jadi tidak perlu membuat standar yang terlalu tinggi terhadap sesuatu, lebih santai, kemudian tidak terlalu cepat menghujat kondisi ataupun orang tertentu," lanjutnya.
Kita harus meningkatkan keinginan untuk berubah secara efektif untuk menemukan pola-pola adaptasi yang baru.
Baca juga: Inilah Beberapa Macam Sunat Modern dengan Metode yang Lebih Baik, Berikut Penjelasan Dokter

Baca juga: Tak Hanya Peregangan Kulit Saja, Ketahui Beberapa Kebiasaan Penyebab Terjadinya Stretchmark
"Tadikan dia mengalami maladaptif ya, skema-skema maladaptif dalam respon sebuah stressor diganti dengan pola-pola yang baru," timpalnya.
2. Terapi kelompok atau komunitas
"Kalau kita bicara pendekatan dari kelompok atau komunitasnya adalah kita berusaha untuk membanrtu ketidakmampuannya untuk berbagi secara baik ataupun secara spontan terhadap orang lain," ucap Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Jadi tadi disebutkan bahwa orang OCD itu sulit untuk mendelegasikan tanggung jawab ataupun tugas kepada orang lain," ungkapnya.
"Nah dari sini, orang dalam lingkup komunitas atau kelompoknya harus sudah bisa belajar untuk percaya, untuk bisa mendelegasikan tanggung jawab terhadap orang lain supaya bebannya itu berkurang," paparnya.
Kemudian berusaha untuk bisa percaya terhadap orang lain dan bisa ikhlas ataupun bisa tenang untuk mendelegasikan tanggung jawab.
Baca juga: Kebiasaan Merokok Picu Gangguan pada Mata, Simak Penjelasan dr. Muhammad Irfan K, M.Kes., Sp.M

Baca juga: Risiko jika Anak Suka Mengisap Jari, Dokter Sebut Salah Satunya Bisa Buat Gigi Maju
3. Terapi lingkungan keluarga
Dalam hal ini dibutuhkan kepada keluarga atau lingkungan terdekatnya untuk memberikan edukasi kepada keluarga agar dapat memahami kondisi gangguan yang dialami oleh seorang penderita gangguan OCD.
Hal ini karena keluarga biasanya merasa kesal.
"Jadi orang atau keluarga disekitarnya itu jengkel karena sangking freaknya ya mungkin sangking tertibnya, sangking disiplinnya," ulas Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Jadi kedisiplinan yang dia miliki itu dituntut juga kepada orang lain sebenarnya tidak harus seperti itu," tambah Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Pasalnya kondisi tersebut menyebabkan kekakuan dan perfectionalisme yang berlebihan.
"Jadi keluarga itu harus bisa mengerti. Karena apabila keluarga terlanjur jengkel, terlanjur kesal dengan kondisi orang tersebut biasanya muncul konflik. Konflik ini memperberat biasanya," lanjut Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Baca juga: Memahami Derajat Keparahan hingga Cara Deteksi Kepribadian Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Penjelasan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 17 September 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.