TRIBUNHEALTH.COM - Obsessive compulsive disorder (OCD) merupakan salah satu gangguan mental yang gejalanya bisa hilang timbul.
Gejala Obsessive compulsive disorder (OCD) terdorong oleh pikiran obsesif untuk menghindari rasa takut dan cemas.
Rupanya penderita Obsessive compulsive disorder (OCD) biasanya sadar akan kondisi yang dialaminya.
Benarkah jika Obsessive compulsive disorder (OCD) bisa terjadi karena faktor trauma?
"Kalau bicara terkait trauma itu ada otoritas yang berlebihan baik dalam diri sendiri ataupun dari luar," terang Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ mengatakan jika ini erat hubungannya dengan pola asuh.
Baca juga: Sikat Gigi Berdarah Bisa Jadi Ada Kelainan pada Gigi, Simak Ulasan drg. Lina Nurdianty
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 17 September 2022.

Baca juga: Benarkah Terapi Ejakulasi Dini Bisa Pakai Buah atau Makanan? dr. Dandy Tanuwidjaja, Sp.U Menjawab
"Jadi ada seperti hubungan yang linier antara orang tua yang mengalami OCD ataupun orang tua yang punya ciri kepribadian OCD. Itu kecenderungan anaknya mengalami OCD persentasenya bisa lebih besar. Itu tadi hubungannya sama mungkin sama trauma tadi ya," sambung Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Kalau kita bicara tentang genetik sebenarnya tidak sebesar apa yang bisa kita lihat dari aspek pola asuh," timpal Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ dalam tayangan Healthy Talk (17/09/2022).
"Contoh misalnya orang tua yang sangat memegang aturan secara berlebihan, sangat posesif terhadap anaknya, tuntutan terhadap kesempurnaan ataupun perfectionist yang bahksan sampai ke arah freak ataupun kontrol yang berlebihan terhadap anak, otomatis membuat seorang anak itu terbentuk menjadi anak yang sangat kaku lah," tambahnya.
Menurut dr. Hary, pola pikir anak akan menjadi sangat kaku, kemudian anak tidak bisa menilai hal dari segi yang abstrak, yang ada misalnya hanya hitam dan putih.
Kondisi-kondisi seperti ini jelas berlaku pada orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian obsesif dan kompulsif, serta mengasuh anaknya dengan kondisi kepribadian tersebut.
"Jelas ini akan menjadi bentukan pada anaknya, seperti itu," tegas Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Baca juga: Alami Ejakulasi Dini, Apakah Ada Obat yang Harus Dikonsumsi? dr. Dandy Tanuwidjaja, Sp.U Menjawab

Baca juga: Ini Cara Perawatan pada Pasien yang Mengalami Infeksi Jamur, Bisa Dilakukan di Rumah
Lantas apa benar jika semua orang bisa mengalami OCD?
Menanggapi hal ini, Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ mengatakan jika terdapat kepribadian yang berpengaruh terhadap kondisi Obsessive compulsive disorder (OCD).
"Tidak semua orang, tapi mungkin anak-anak ataupun orang yang memiliki ciri kepribadian yang lebih terbuka, faktor risikonya seperti tadi, tidak semuanya, tidak banyak," jelas dr. Hary.
Tanda-tanda seseorang mengalami Obsessive compulsive disorder (OCD)
Jika berbicara tentang Obsessive compulsive disorder (OCD), maka kita juga berbicara mengenai disorder atau sebuah gangguan.
dr. Hary mengatakan jika terdapat kriteria diagnostik yang bisa diambil dan dilihat ketika menegakkan diagnosa.
"Yang pertama adalah orang tersebut menunjukkan perfectionistme yang sangat mengganggu," kata Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Jadi tuntuntan terhadap perfectionistmenya itu berlebihan," lanjutnya.
Sehingga menuntut kesempurnaan di luar dari batas kemampuan ataupun batas kewajaran, bahkan pada akhirnya produktivitasnya juga terganggu atau bisa saja tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya.
Baca juga: Pemasangan Rekonstruksi Gigi, Perlukah Rawat Inap? drg. Hendra Nur Sp. Pros Menjawab
"Mungkin bisa dibayangkan, sangking perfectionistnya orang kemudian orang tersebut mungkin tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya, mungkin seperti itu," tuturnya.
"Jadi bahkan sampai di titik tertentu dia bingung harus berbuat apa karena tuntutan yang terlalu besar tadi," ucap Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Kemudian penderita akan mengalami kendalian yang tidak wajar (control freak).

Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati Paparkan Cara Membersihkan Lidah, Begini Penjelasannya
"Jadi kendalian sesuatu yang sangat tidak wajar dalam melakukan sebuah aktivitas, baik aktivitas yang produktif ataupun tidak," paparnya.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ menambahkan jika penderita bisa saja memiliki ketidakpercayaan terhadap orang lain.
Dimana menganggap orang lain itu tidak mampu.
"Kesulitan-kesulitan mendelegasikan tanggung jawab ataupun tugas-tugas tertentu karena kesulitannya terhadap mempercayai orang lain. Ini salah satu bentuk ciri gangguan obsesif ataupun obsesif-kompulsif," ungkapnya.
Selanjutnya adalah pola hidup yang sangat terpaku terhadap aturan maupun jadwal dan rutinitas yang sangat kaku juga akan memengaruhi.
"Jadi tidak bisa santai, spaneng terus bawaannya. Kemudian kontrol yang berlebihan luar biasa ketat terhadap kasih sayang, terhadap perasaannya sendiri ataupun terhadap keuangan. Jadi kondisinya seperti poin sebelumnya, kontrol berlebihan terhadap aturan, norma-norma yang terlalu ketat itu membuat dia mengendalikan keuangan, kasih sayang, ataupun perasaannya sendiri itu secara berlebih," sambungnya.
Baca juga: Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Haruskan Konsumsi Obat Secara Rutin? Ini Kata dr. Ni Putu Alit
Penjelasan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 17 September 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.