TRIBUNHEALTH.COM - Hidung meler sebenarnya merupakan cara tubuh menyingkirkan kuman yang mungkin mengiritasi.
Hidung menghasilkan lendir bening, yang bisa berubah menjadi kuning atau hijau setelah beberapa hari.
Dalam literatur medis, para profesional menyebut hidung meler sebagai rinorea.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal.
Situs medis Medical News Today (MNT) menyebut, hidung meler dapat disebabkan oleh alergi terhadap sesuatu, karena infeksi virus atau bakteri, atau sebagai akibat dari faktor lingkungan seperti suhu.
Dilansir TribunHealth.com dari MNT, berikut ini sederet penyebab hidung meler.
Alergi

Menurut Asthma and Allergy Foundation of America (AAFA), alergi terjadi karena sistem kekebalan tubuh seseorang bereaksi terhadap zat tertentu, atau alergen.
Beberapa alergen yang umum termasuk serbuk sari, bulu binatang, dan debu.
Reaksi ini dapat menyebabkan beberapa gejala berkembang, termasuk pilek, bersin, mata gatal, tenggorokan gatal, atau batuk.
Menurut National Institutes of Health (NIH), pilihan pengobatan untuk alergi termasuk menggunakan:
- antihistamin
- dekongestan
- steroid hidung
Baca juga: 5 Fakta Gatal pada Anak Akibat Ulat Bulu, Manfaatkan Selotip untuk Bersihkan Bulu yang Menempel
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir reseptor di tubuh seseorang yang menyebabkan peradangan.
Menurut sebuah artikel di jurnal Advances in Dermatology and Allergology, seseorang dapat mengonsumsi antihistamin generasi kedua hingga empat kali di atas dosis yang disarankan jika dosis yang disarankan tidak membantu setelah jangka waktu tertentu.
Menurut AAFA, dekongestan bekerja dengan mengurangi pembengkakan di hidung yang menyebabkan hidung tersumbat.
Steroid hidung juga mengurangi pembengkakan di hidung seseorang, tetapi mereka melakukannya dengan mekanisme yang berbeda.
Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun.
Baca juga: 5 Penyebab Munculnya Sensasi Terbakar pada Hidung, Termasuk Rhinitis dan Covid-19
Pilek

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), banyak virus dapat menyebabkan flu biasa, meskipun yang paling umum adalah rhinovirus.
Pilek dapat menyebabkan seseorang mengalami hidung meler.
Gejala pilek lainnya dapat meliputi:
- bersin
- hidung tersumbat, atau tersumbat
- sakit tenggorokan
- sakit kepala
- pegal-pegal
Baca juga: 3 Mitos Seputar Suplemen Vitamin, Benarkah Vitamin C Bisa Cegah Pilek?
Pilek biasanya memburuk selama hari kedua atau ketiga dan dapat berlangsung selama 2 minggu dalam beberapa kasus.
Pilek tidak memerlukan perawatan apa pun.
Menurut CDC, pilek akan sembuh dengan sendirinya.
Namun, untuk membantu diri mereka sendiri merasa lebih baik, seseorang harus “beristirahat dan minum banyak cairan.”
Baca juga: 4 Aktivitas yang Bisa Menjadi Media Penularan Pilek, Perpegangan Tangan hingga Berbagi Minum
Sinusitis

Sinusitis adalah infeksi pada sinus.
Sinusitis terjadi ketika cairan tidak dapat meninggalkan sinus seseorang, yang memungkinkan kuman berkembang.
Penyebabnya biasanya virus, tapi kadang bisa juga karena infeksi bakteri.
Menurut beberapa ahli, kebanyakan orang yang pilek juga akan terinfeksi sinus.
Baca juga: 13 Tanda Kehamilan yang Mungkin Terabaikan: Mimisan, Hidung Tersumbat, hingga Sembelit
Selain hidung meler, sinusitis memiliki gejala lain yang mirip dengan pilek.
Seorang profesional medis dapat menentukan apakah sinusitis seseorang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
Jika karena infeksi bakteri, mereka mungkin meresepkan antibiotik.
Jika sinusitis seseorang terjadi karena virus, istirahat di rumah sudah cukup untuk mengobati infeksi.
Rinitis non-alergi

Menurut sebuah artikel di jurnal Allergy, Asthma & Immunology Research, rinitis nonalergi menyebabkan gejala rinitis tanpa penyebab alergi.
Gejala tersebut termasuk hidung tersumbat atau berair dan bersin.
Pemicu rinitis nonalergi termasuk perubahan cuaca, paparan bau kaustik atau asap rokok, dan perubahan tekanan atmosfer.
Misalnya, sebuah studi yang lebih tua di American Journal of Rhinology mencatat bahwa orang yang terpapar udara dingin, seperti mereka yang bermain ski, dapat mengalami rinitis akibat udara dingin.
Studi ini menemukan bahwa semprotan hidung ipratropium bromide mungkin efektif untuk mengurangi rinitis akibat udara dingin.
Namun, secara umum, gejala rinitis akibat udara dingin akan mereda ketika orang tersebut pindah ke daerah dengan udara yang lebih hangat.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)