TRIBUNHEALTH.COM - Stres merupakan suatu gangguan mental yang terjadi pada seseorang akibat adanya tekanan yang berlebihan.
Stres dibagi menjadi dua yaitu stres akut dan stres kronis.
Stres akut terjadi hanya sementara, sedangkan stres kronis terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Beberapa orang yang mengalami stres akan berpengaruh terhadap pola makan mereka dan tak sedikit dari mereka cenderung mengalami kenaikan berat badan saat stres.
Kondisi tersebut sering disebut juga dengan stress eating, dimana seseorang memiliki keinginan untuk makan saat stres meskipun ia tidak merasa lapar.
Baca juga: 5 Cara untuk Kontrol Stres, Mulai dari Olahraga, Cukup Tidur, hingga Menemukan Hobi Baru

Baca juga: 3 Manfaat Berenang untuk Kesehatan Psikologis, Mulai dari Kelola Stres hingga Bikin Tidur Nyenyak
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Spesialis Jiwa, dr. Andri, Sp.KJ, FAPM dan Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Diana Suganda, Sp.GK, M.KES memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Kompas TV program Ayo Sehat.
dr. Andri menjelaskan, saat seseorang mengalami stres biasanya produksi hormon kortisol akan lebih tinggi daripada biasanya.
Hormon kortisol yang dihasilkan oleh tubuh ketika menghadapi kondisi atau situasi tertentu akan mengalami tekanan psikis.
Ketika hormon kortisol ini meningkat, akan memberikan beberapa efek untuk tubuh, salah satunya adalah meningkatkan nafsu makan dan rasa lapar.
Pada seseorang yang memiliki kebiasaan stress eating, pada saat mereka sedang merasa stres atau merasakan emosi seperti sedih, marah, kecewa, mereka akan cenderung melampiaskan pada makanan.
Baca juga: Hati-hati, Ternyata Stres Bisa Memicu Asam Lambung Menjadi Naik, Begini Penjelasan dr. Kaka Renaldi

Menurut dr. Andri, saat seseorang stres mereka akan memilih makanan yang mengandung kalori tinggi, makanan dengan tinggi gula ataupun tinggi garam.
Mengkonsumsi makanan dengan tinggi gula atau tinggi garam dinilai akan memberikan suatu kepuasan pada orang yang sedang merasakan stres.
"Jadi masalah kesehatan jiwa itu berhubungan dengan perilaku, pikiran, dan perasaan kita."
"Salah satunya adalah perilaku makan. Kalau kita stres, tubuh akan cenderung bilang kalau kita membutuhkan energi."
Baca juga: Waspada, Stres Terus Menerus Mempengaruhi Kesehatan Jantung dan Sebabkan Penyakit Kardiovaskular

"Padahal hal itu belum tentu benar, karena biasanya orang stres itu tidak beraktivitas sehingga ia tidak membutuhkan energi yang terlalu banyak."
"Kemudian yang dikonsumsi saat stres adalah makanan manis, gurih, gorengan, makanan berkalori tinggi."
"Makanan tersebut membuat seseorang yang sedang stres merasa nyaman, sehingga beberapa orang menyebutkan dengan stress relieving, padahal sebenarnya tidak demikian," jelas dr. Andri.
Stres relieving merupakan suatu perlakukan yang ditujukan untuk menghilangkan tegangan-tegangan yang ada di dalam tubuh, dalam hal ini untuk menghilangkan stres.
Baca juga: 5 Tips Manajemen Stres untuk Hindari Serangan Jantung, Banyak Olahraga hingga Cukup Tidur

Baca juga: Stres Picu Kinerja Hormon Kortisol, Tekanan Darah Jadi Meningkat dan Berisiko Serangan Jantung
dr. Diana Suganda menambahkan, seseorang yang stres biasanya mengalami emosional eating dan mencari makanan yang kuat.
Baik itu kuat di makanan manis atau kuat di makanan asinnya, dengan seperti itu mereka yang stres merasa mendapatkan suatu kepuasan.
Walaupun sebenarnya tubuh tidak membutuhkan makanan tersebut, namun ia puas mendapatkan fulfillness atau pemenuhan hasrat mereka.
dr. Diana menghimbau untuk dapat membedakan antara rasa lapar yang sesungguhnya dengan emosional eating atau stress eating agar tidak makan berlebihan saat stres.
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Jiwa, dr. Andri, Sp.KJ, FAPM dan Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Diana Suganda, Sp.GK, M.KES dalam tayangan YouTube Kompas TV program Ayo Sehat pada 11 Agustus 2022.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)