TRIBUNHEALTH.COM - Makanan laut yang diolah menjadi berbagai jenis masalah tentu akan menggugah selera.
Tidak heran, banyak masyarakat yang menggemari jenis masakan dari laut.
Beberapa bahan makanan yang bisa diolah dari laut, seperti udang dan kerang.
Baca juga: Selain Virus dan Bakteri, Alergi juga Bisa Sebabkan Konjungtivitis, Mata Jadi Tampak Merah
Masakan di atas memiliki banyak peminat dan banyak diicat saat makan di sekitar pantai.
Namun sayangnya, pada beberapa orang makanan laut justru mencetuskan alergi.
Bahkan alergi dengan makanan laut ini datang secara tiba-tiba.

Karena itu, apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?
Untuk mengetahuinya, simak penjelasan dr. Prasna Pramita, Sp.PD-KAI, MARS, FINASIM.
Berdasarkan keterangannya, bila mengalami tanda-tanda alergi sebaiknya menghindari makanan yang dirasa menjadi pemicu.
Baca juga: Iritasi Saraf, Pulpitis, hingga Alergi Dapat Sebabkan Gigi Sensitif setelah Dilakukan Penambalan
Selanjutnya tunggu beberapa lama hingga kemudian mencoba kembali mengonsumsi makanan tersebut secara satu-persatu.
Kemudian melakukan tes alergi yang bisa diambil dari tes darah.
Tes tusuk atau Skin prick test adalah tes yang biasa dilakukan untuk tes alergi.

Baca juga: Dokter Makanan Apa Saja yang Jadi Pencetus Alergi dan Inflamasi?
Disebutkan, sekitar 54 macam bahan makanan bisa dideteksi dnegan menggunakan Skin Prick test ini.
"Jadi kita ditusuk nih di kulit, misalnya nomor 1 udang, 2 ikan, dan lain-lain. Itu ada sekitar 24 macam ditambah kontrol positif dan negatif jadi 26 macam," jelas Prasna.
Penanganan Alergi
Ketika mengalami alergi, masyarakat bisa mengonsumsi obat anti alergi.
Obat anti alergi tersebut sangat mudah ditemui di pasaran.
Baca juga: Batuk Akut Bisa Disebabkan Sederet Hal Berikut: Covid-19, ISPA, hingga Rhinitis Alergi
Obat anti alergi ini bisa dikonsumsi hingga 3 sampai 5 hari.
"Coba saja nggak papa-papa minum dulu obat anti alergi, seperti 1 tablet sampai beberapa hari," imbau Prasna.
Namun jika sudah melewati batas ketentuan, seperti 5 hari lamanya, maka segera cari pertolongan ke dokter.

Jangan menunda untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter.
Karena jika terlambat, bisa saja kulit sudah mengalami kondisi yang lebih parah akibat sering digaruk karena merasakan gatal.
Baca juga: Disestesia, Kerusakan Saraf yang Sebabkan Sensasi Gatal dan Terbakar pada Kulit, Berikut Jenisnya
"Kalau tidur suka menggaruk, terkadang itu sering dilupakan akhirnya menimbulkan luka."
"Luka ini jadi berbekas dan sulit disembuhkan kalau sudah dewasa, berbeda dengan anak-anak," ungkap Prasna.
Pentingnya Tes Alergi
Menurut Prasna, tes alergi sangat penting dilakukan untuk mendeteksi faktor pencetus alergi.
Dengan begitu, diharapkan bisa mengantisipasinya dan tidak akan mengalami alergi.

Baca juga: Jangan Khawatir, Hydrafacial Bikin Wajah Glowing Tidak Picu Alergi
"Kalau kita bisa menghindari pencetusnya, alerginya jadi tidak kambuh," paparnya Prasna.
Terlebih lagi, obat utama dalam kasus alergi ialah pencegahan.
Disamping dengan obat-obatan yang memang dipastikan dapat membantu.
Reaksi Pasca Alergi
Alergi adalah suatu kondisi yang merujuk pada sistem kekebalan tubuh yang bereaksi dengan bahan-bahan alergen.
Bahan-bahan alergen ini sebenarnya tidak berbahaya.

Namun karena tubuh terus terpapar dengan bahan alergen tersebut, akhirnya memunculkan masalah atau reaksi alergi.
Reaksi yang bisa timbul pasca terkena alergi antara lain:
- Merah-merah di kulit
- Batuk
Baca juga: Berbagai Kondisi Medis Bisa Picu Batuk Kronis, Mulai dari Asma, PPOK, hingga Kanker Paru-paru
- Pilek
- Mual
- Muntah

- Sesak napas
Tubuh yang Rentan Terkena Alergi
Alergi bisa terjadi karena berbagai macam faktor penyebab.
Namun biasanya, alergi timbul hanya pada area tertentu saja.
Baca juga: Miliki Alergi Ikan, Bolehkah Suntik DNA Salmon? Begini Jawaban dr. Ratu Suzanna Oswarie
Menurut pemaparan Prasna, area tubuh yang sering terkena alergi terbagi menjadi 2 jenis, yakni area lokal dan sistemik.
Pada area lokal terdapat pada kulit, sementara sistemik pada dalam tubuh.

Bila area sistemik yang terkena, maka bisa memunculkan batuk, pilek, bersin-bersin, mual atau muntah, hingga sesak napas dan perut tidak nyaman.
Penjelasan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi dan Imunologi, dr. Prasna Pramita ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)