TRIBUNHEALTH.COM - Gangguan depresi bisa memberikan dampak pada kesehatan fisik dan berbagai aspek dalam kehidupan seseorang.
Berdasarkan pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan Indonesia, depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang banyak dialami masyarakat dunia dalam tiga dekade terakhir ini.
Pasalnya masalah depresi masih banyak disepelekan oleh orang-orang.
Perlu diingat, jika depresi bisa memengaruhi cara berpikir seseorang hingga dalam bertindak.
Sebagian besar hal-hal yang memicu depresi memang tidak bisa kita kendalikan.
Hal ini disampaikan oleh Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 02 Juli 2022.
Baca juga: Benarkah Seseorang yang Seringkali Menggaruk Terlalu Kasar Menyebabkan Terjadinya Stretchmark?
Seseorang yang mengalami depresi biasanya memiliki beberapa gejala seperti kehilangan energi, perubahan nafsu makan, gangguan tidur, kecemasan, menurunnya kemampuan berkonsentrasi, ketidakmampuan mengambil keputusan, perasaan tidak berguna, rasa tidak tenang, bersalah atau putus asa, pikiran untuk menyakiti diri sendiri hingga percobaan bunuh diri.

Baca juga: Dokter Bedah Mulut Sebut Risiko jika Gigi Impaksi Tak Segera Ditangani, Salah Satunya Tumbuh Kista
Menurut Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ , setiap orang memiliki kemungkinan untuk mengalami sebuah kondisi depresi.
Apalagi pada orang-orang tertentu yang memiliki kepribadian yang memang rentan terhadap kondisi depresi.
"Contoh misalnya orang yang terlalu bertanggung jawab, terlalu detail, terlalu tertib, terlalu memegang teguh norma-norma itu terkadang cenderung, rentan terhadap gangguan depresi," tuturnya.
"Kemudian ada namanya kepribadian cemas menghindar atau Avoidant Personality Disorder (AVPD). Nah, apabila dia kehilangan pegangan terhadap orang yang dia pegang selama hidupnya mungkin akan mengalami kondisi depresi," imbuhnya.
Avoidant Personality Disorder (AVPD) atau gangguan kepribadian menghindar merupakan gangguan kepribadian yang membuat penderitanya kerap menghindari interaksi sosial dengan orang lain.
Baca juga: Awas Impaksi Bisa Terjadi Di Atas Usia 2 Tahun, Dokter Gigi Sebut Cara Antisipasi hingga Atasi

Baca juga: Otak Aktifkan Mekanisme Fight or Flight saat Stres, Punya Dampak Buruk untuk Kesehatan Jantung
Apabila seseorang kepribadian tersebut rentan mengalami kondisi depresi ataupun memang dia sudah masuk ke dalam kondisi depresi, sebaiknya berusaha untuk lebih terbuka dengan lingkungan sosial, dengan orang-orang terdekat, dengan orang-orang yang kita anggap tepat untuk dijadikan motivator.
Dalam artian bisa memberikan motivasi dan memberikan dorongan sebagai tempat untuk berkeluh kesah.
Jadi sikap terbuka atau keterbukaan menjadi salah satu hal yang sederhana tetapi sangat membantu.
"Jadi orang tersebut apabila seseorang mengalami kondisi permasalahan dirinya sendiri, itu jauh lebih baik dia itu berusaha untuk membagi dengan orang lain," pungkasnya.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ mengimbau untuk berusaha mencari solusi melalui diskusi ataupun berkeluh kesah dengan orang lain.
Pasalnya hal ini akan sangat membantu kondisi yang dialaminya.
Baca juga: Bells Palsy Sebabkan Kelumpuhan pada Satu Sisi Wajah, Jangan Tertukar dengan Stroke

Baca juga: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Dapat Dicegah, dr. Ni Putu Alit Trisna Paparkan Cara Pencegahannya
"Kemudian yang selanjutnya, dari pihak keluarga sendiri harus lebih aware dengan gejala gangguan depresi," lanjut Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Penjelasan Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 02 Juli 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.