TRIBUNHEALTH.COM - Stroke adalah penyakit yang menyerang area otak.
Padahal telah diketahui, bahwa otak merupakan komputer di tubuh kita.
Dengan demikian fungsi tubuh diatur oleh otak.
Baca juga: dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K. Paparkan Terapi yang Perlu Dilakukan Pasien Stroke
Sehingga untuk mengetahui gejala stroke, perlu memastikan daerah otak mana yang terkena.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Saraf, Lilir Amalini.
Namun untuk mudahnya mendeteksi penyakit ini, terdapat singkatan yang mudah dikenali.

Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, singkatan tersebut yaitu FAST:
1. Face drop
Bila tersenyum, bibir mencong bisa diindikasikan mengalami stroke.
Baca juga: Peneliti Sebut Orang dengan Fibrilasi Atrium Lebih Berisiko Terkena Stroke
2. Arm weakness
Kelemahan tubuh satu sisi (tangan dan kaki)
3. Speech difficulty

Kesulitan untuk berbicara, bisa pelo dan tiba-tiba tidak bisa berbicara.
4. Time
Bila sudah mengalami gejala stroke, segera bawa ke rumah sakit karena bila terlambat maka bisa menyebabkan masalah semakin serius.
Baca juga: Apa Tujuan Rehabilitasi Medis Pasien Stroke Fase Lanjut? Begini Kata dr. Nilla Mayasari Sp.KFR-K
Stroke adalah penyakit serius yang menyerang area pembuluh darah otak.
Penyakit ini sudah banyak dialami pada pria maupun wanita.
Stroke bisa menyerang secara tiba-tiba dan tak jarang pasien sudah terdiagnosa mengalami mini stroke.

Mini stroke ditandai dengan kelemahan bagian tubuh tertentu yang hanya terjadi sementara waktu.
Karena tanda tersebut, banyak orang menganggap bahwa mini stroke bukanlah suatu penyakit serius.
Sehingga pasien tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca juga: Meski Berlangsung Sebentar, Stroke Ringan Tetap Memerlukan Tindakan Medis, Simak Gejala Berikut Ini
Padahal Lilir mengatakan, bila sudah mengalami mini stroke perlu segera melakukan pemeriksaan dengan doktee untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dengan demikian mengantisipasi terjadinya stroke yang lebih berat.
"Jangan entar-entar, itu tidak boleh. Harus segera dibawa ke dokter," papar Lilir.
Stroke Bisa Sembuh

Tanda utama dari stroke adalah kelemahan pada bagian anggota gerak.
Hal ini biasanya membuat penderita harus terbaring lemas di atas tempat tidur dan terbatas melakukan berbagai aktivitas.
Alhasil membuat masyarakat dan para pasien beranggapan bahwa stroke tidak dapat disembuhkan.
Baca juga: Kecemasan, Stres, dan Depresi Dapat Tingkatkan Risiko Seseorang Terkena Stroke
Padahal kenyataannya, stroke dapat disembuhkan.
"Jangan salah kaprah, stroke itu bisa loh disembuhin," ucap Lilir.
Bahkan ditemukan, 1/3 pasien stroke itu bisa sembuh tanpa cacat.

Sementara 1/3 lainnya sembuh dengan kecacatan, dan 1/3 lainnya tidak tertangani atau meninggal.
Lebih lanjut, tentu untuk memperoleh keberhasilan sembuh tidak bisa didapat begitu saja.
Ada syarat yang harus dilalui oleh setiap pasien, yakni pasien mendapatkan penanganan dalam waktu dan cara yang tepat.
Baca juga: Perlu Waspada, Covid-19 Bisa Sebabkan Stroke, Ini Penjelasan Dokter
Mengingat stroke memikiki golden pheriod yang hanya berkisar 4,5 jam.
"Jadi dalam waktu 4,5 jam harus mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat," ujar Lilir.
Begadang Sebabkan Stroke
Berdasarkan penelitian, durasi tidur yang kurang dari 7 jam/hari bisa mencetuskan peningkatan risiko pendarahan pada otak. Kasus ini dapat terjadi sekitar 20 persen.
Namun juga perlu diketahui bahwa tidur lebih dari 9 jam/hari juga dapat memicu stroke dan kelainan jantung serta pembuluh darah.

"Jadi memang tidur itu harus pas, nggak boleh kurang juga nggak boleh kelebihan," pesan Lilir.
Durasi tidur yang paling disarankan oleh dokter adalah 7 hingga 8 jam sehari.
Mengganti Waktu Tidur
Beberapa orang memiliki kebiasaan tidur yang berbeda pada kebanyakan orang umumnya.
Seperti memiliki kebiasaan tidur dimulai dari tengah malam dan baru terbangun menjelang siang
Menurut Lilir, keadaan demikian kerap disebut sebagai cara untuk mengganti waktu tidur.
Baca juga: Latihan Apa yang Harus Dilakukan oleh Pasien Stroke Ringan? Begini Kata dr. Nilla Mayasari, Sp.KFR-K
Bila dilakukan hanya beberapa kali saja, hal ini tidak menjadi masalah.
Namun jika terus dilakukan berulang kali, maka bisa menimbulkan masalah kesehatan.
Penjelasan Dokter Spesialis Saraf, Lilir Amalini ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)