TRIBUNHEALTH.COM - Gusi yang sehat seharusnya memiliki gradasi warna merah muda yang mana tampak sedikit lebih terang di sekitar struktur gigi, dan menjadi lebih gelap di dasar mulut.
Jika warna gusi berubah menjadi gelap maupun pucat, bisa jadi ini menandakan adanya masalah kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh.
Gusi yang menjadi lebih gelap mungkin dialami oleh seseorang yang memiliki banyak melanin di dalam tubuhnya.
Akan tetapi jika warna gusi berubah dalam waktu yang singkat atau muncul bercak hitam pada gusi maka kemungkinan terdapat masalah medis tertentu.
Berdasarkan penuturan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati , warna gusi yang menjadi gelap umumnya bisa diatasi dengan tindakan depigmentasi.
Baca juga: drg. Ardiansyah S. Pawinru, Sp.Ort(K) Jelaskan Perawatan Myofungsional dalam Bidang Ortodonti
Hal ini disampaikan oleh Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter.

Baca juga: Setelah Melakukan Treatment Vagina Tightening, Pasien Tidak Disarankan Melakukan Hubungan Seksual
Depigmentasi gingiva atau gusi yaitu perawatan yang bertujuan untuk mengoreksi hiperpigmentasi gusi.
Diketahui jika gusi yang berwarna kehitaman dapat mengganggu estetika ketika seseorang tersenyum.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati jelaskan proses tindakan depigmentasi gingiva.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati mengatakan jika sebenarnya yang dilakukan oleh dokter adalah mengambil jaringan yang terlanjur mengalami hiperpigmentasi.
Dengan melakukan tindakan ini diharapkan terjadi proses regenerasi atau penggantian jaringan, sehingga terbentuknya jaringan yang baru tersebut menjadi lebih merah muda.
Dengan begitu warna gusi menjadi setara dengan warna gusi normal yang sehat.
Sebenarnya ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam tindakan depigmentasi tersebut.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati membenarkan jika sebenarnya ada cara yang mudah yang bisa dipilih.
"Sebenarnya tindakan depigmentasi ada 2 jenis, pertama melalui tindakan bedah dan yang kedua adalah dengan cara kimia," tutur drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
Baca juga: Perawatan Pengencangan Vagina Bisa Meningkatkan Kepuasan Seksual dengan Pasangan

Baca juga: dr. Harmantya Mahadhipta Paparkan Sederet Penyebab Nyeri Pinggang, Cedera Otot hingga Infeksi
Namun, cara kimia tersebut sudah banyak ditinggalkan dan pasien lebih banyak memilih tindakan bedah.
Kendati demikan, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati menuturkan jika itu semua hanya teknik dengan target pencapaian pengambilan jaringan hiperpigmentasi yang sudah terbentuk.
"Salah satu tindakan yang cepat dan minimal risiko adalah radiosurgery," UJAR drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
"Namun sayangnya harus berulang," sambungnya.
Dimana untuk setiap tahapannya harus dilakukan berulang.
Adapun tindakan yang berisiko dimana menggunakan nitrogen cair yang bisa memicu jaringan sekitar mudah rusak apabila tindakan tersebut meleset dari yang diharapkan.
Itulah mengapa apabila depigmentasi menggunakan bor khusus termasuk menggunakan scalpel cukup sederhana jika dokter sudah berkompeten.
Baca juga: Pahami Cara Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Mulut Secara Dasar Sebelum ke Dokter Gigi

Akan tetapi yang dikhawatirkan apabila tindakan tersebut meleset bisa mengenai area yang tidak diharapkan.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk memilih dokter gigi yang memiliki pengalaman terkait tindakan tersebut.
Baca juga: Kenali Tanda-tanda Masa Pubertas Anak yang Disampaikan oleh dr. Andi Nanis Sp.A (K)
Penjelasan Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 03 Desember 2021.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.