TRIBUNHEALTH.COM - Pakaian dalam atau celana dalam wajib digunakan baik wanita maupun laki-laki untuk melindungi organ intim.
Pakaian dalam digunakan dibawah pakaian lainnya.
Penggunaan pakaian dalam harus dicermati dengan tepat. Terutama bagi para kaum hawa.
Baca juga: Tips Cegah Penyakit Menular Seksual pada lbu Rumah Tangga, Ini Anjuran dr. Putri Anita Sari, Sp. KK
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Rahmilasari Mujitaba, Sp.DV menganjurkan setiap wanita untuk rutin mengganti pakaian dalam.
Terlebih jika sering beraktivitas lalu mengakibatkan keringat berlebih.

Maka diwajibkan untuk sering mengganti pakaian dalam yang dikenakan.
"Pergantian pakaian dalam tergantung aktivitas."
"Kalau aktivitasnya sering menimbulkan keringat ya harus sering mengganti pakaian dalam," ungkapnya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Baca juga: Rentang Usia Ini Anak Harus Mulai Diajarkan Edukasi Seksual, Dokter Beri Tips Cara Mengedukasinya
Untuk itu harus memahami kondisi tubuh sendiri.
Apabila sudah basah, perlu segera mengganti pakaian dalam.
Menjaga Kebersihan Organ Intim

Menjaga kebersihan organ intim sangat mutlak untuk diperhatikan oleh para kaum hawa.
Pasalnya bila organ intim tidak terjaga kebersihannya, bisa mencetuskan beragam penyakit.
Baca juga: Kekeringan Vagina Bisa Terjadi Jelang Menopause, Gairah Seksual dan Kemampuan Orgasme Turut Menurun
Salah satu cara dalam merawat organ intim adalah dengan membersihkan vagina dengan benar.
Hal ini bisa dilakukan setelah buang air kecil atau pun buang air besar.
Rahmilasari menganjurkan, untuk membiasakan membasuh vagina dengan tisu agar kering.

Tisu ini wajib dibawa saat akan membersihkan vagina usai buang air.
Penggunaan tisu bermanfaat untuk mencegah kelembapan pada area vagina.
Baca juga: Mengenal Perawatan Vagina, Non Surgical Female Intimate Rejuvenation dari dr. Reshati Anggit Maulani
Biasakan untuk membasuh dari arah depan ke belakang.
Karena jika dari belakang ke depan, maka kuman yang berasal dari dubur akan berpindah ke depan (vagina).
"Jadi kalau dari depan ke belakang itu nanti (kumannya) akan tersapu ke belakang.
Pentingnya Keberadaan Rambut Halus sekitar Vagina

Setiap wanita yang sudah beranjak dewasa pasti sudah mengalami tumbuhnya rambut-rambut halus pada sekitar organ intim.
Keberadaan rambut halus pada sekitar vagina ini seringkali belum banyak orang mengerti akan manfaatnya.
Tidak jarang, beberapa orang menganggap adanya rambut kemaluan sebagai suatu hal yang menganggu.
Baca juga: Mengenal Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi Vagina Kering pada Wanita Perimenopause
Sehingga memutuskan untuk memangkasnya begitu saja.
Padahal, rambut halus pada organ intim wanita ini memiliki peran yang sangat penting.

Menurut Rahmilasari, adanya rambut halus pada vagina merupakan mekanisme pertahanan.
"Rambut sebenarnya harus ada di alat kelamin kita ya, karena dia merupakan mekanisme pertahanan dari bakteri," ungkapnya.
Kendati begitu, ia juga tak menganjurkan bila rambut pada vagina ini tumbuh secara lebat.
Baca juga: Pasangan Harus Peka, Ada Orang yang Perlu Dibangkitkan Sebelum Siap Berhubungan Seksual
Jadi perlu dikondisikan, jangan sampai terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Pasalnya, jika rambut pada organ intim terlalu banyak, bisa menimbulkan kelembapan.

Hal itu bisa memicu tumbuhnya jamur dan bakteri menjadi mudah masuk pada vagina.
Adanya jamur dan bakteri bisa mencetuskan terjadinya keputihan yang patut untuk diwaspadai.
Baca juga: Ketahui Berbagai Penyakit yang Bisa Terjadi Pada Organ Reproduksi Wanita Menurut dr. Binsar Martin
Jangan Gunakan Antiseptik
Untuk mengatasi keputihan, tidak jarang seseorang akan menggunakan cairan antiseptik.
Cairan antiseptik ini dianggap bisa membuat organ intim wanita menjadi lebih kesat.
Baca juga: Berbagai Penyebab Libido Seksual Wanita Rendah, Perubahan Hormonal hingga Masalah Hubungan
Menanggapi hal tersebut, Rahmilasari menampiknya.
Ia berujar, bahwa vagina memiliki mekanisme pertahanan (pembersih) sendiri.

Hal itu merupakan peran dari Lactobacillus yang berfungsi untuk menjaga PH vagina agar terus asam.
Normalnya PH tingkat keasaman vagina adalah 3,5 sampai 4,5.
"Apabila ekosistemnya terganggu, daerah sekitarnya lembap, dan menggunakan cairan antiseptik, maka akan menimbulkan keluhan keputihan," terang Rahmilasari.
Baca juga: Apakah Rasa Gatal pada Vagina Memengaruhi Kesehatan? Begini Tanggapan dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS
Jadi penggunaan cairan antiseptik tersebut membuat bakteri baik, Lactobacillus bisa digantikan dengan bakteri jahat.
Maka sebaiknya untuk mengatasi keputihan , langkah awal yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan dengan tepat.

Salah satunya cukup dengan membersihkan keputihan hanya dengan air bersih saja.
"Bilas saja dengan air biasa yang bersih, itu sudah cukup," sambungnya.
Baca juga: dr. Binsar Martin Sinaga Sebut Vaginismus Termasuk Kelainan Psikologis Bermanifestasi di Otot Vagina
Penjelasan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dr. Rahmilasari Mujitaba, Sp.DV, dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video, Jumat (14/8/2020).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)