TRIBUNHEALTH.COM - Dermatitis atopik adalah salah satu jenis penyakit dermatitis atau eksim yang terjadi akibat adanya peradangan pada kulit.
Kondisi ini membuat kulit menjadi meradang, gatal, kering, serta pecah-pecah.
Menurut dr. Melly, penyebab dari dermatitis atopik ini ialah terjadinya kerusakan pada barrier kulit, sehingga kulit tidak mampu menahan air dalam keadaan normal.
Kulit tersebut kehilangan air yang menyebabkan kulit menjadi kering.
Oleh sebab itu, bagi penderita dermatitis atopik harus memperhatikan kondisi kulitnya dan melakukan perawatan pada kulitnya dengan baik.
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Spesialis Dermatovenereologi, dr. Melly Mayasari, Sp.DV memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
dr. Melly menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi penderita dermatitis atopik untuk merawat kesehatan kulitnyaa.
Baca juga: Dermatitis Atopik pada Bayi Sebabkan Kulit Lebih Rentan dan Mudah Teriritasi, Simak Ulasan dr. Melly

1. Penderita dermatitis atopik harus memperhatikan hal berikut saat mandi
Bagi penderita dermatitis atopik mandi sehari 1 - 2 kali dengan menggunakan air hangat kuku dengan suhu sekitar 36 - 37 derajat celcius.
Durasi mandi tidak boleh terlalu lama, cukup 10 menit - 15 menit atau bahkan kuurang dari itu.
dr. Melly menegaskan bahwa penderita dermatitis atopik tidak boleh berendam, baik menggunakan air biasa maupun air hangat.
Karena jika berendam dapat membuat kulit penderita dermatitis atopik menjadi semakin kering.
2. Gunakan sabun yang mengandung pelembab dengan pH 5,5 - 6
dr. Melly menganjurkan untuk menggunakan sabun dengan kandungan deterjen yang sedikit, sehingga kalau mandi busanya tidak banyak.
Sabun dengan pH 5,5 - 6 biasanya dapat ditemukan pada sabun bayi atau sabun yang khusus dengan kandungan pelembab.
Hindari penggunaan sabun yang mengandung antiseptik, karena sabun antiseptik memiliki pH 8 - 9 yang dapat memicu keparahan iritasi pada kulit.
Hindari penggunaan sabun dengan kandungan pewangi dan zat pewarna.
3. Keringkan badan dengan menepuk bukan menggosok
Bagi bayi, anak-anak, ataupun orang dewasa yang mengalami dermatitis atopik setelah mandi sebaiknya tidak menggosok tubuh dengan handuk.
Untuk mengeringkan badan sebaiknya dengan cara di tap-tap atau ditepuk secara halus dan pelan-pelan.
Gunakan handuk dengan bahan yang lembut dan halus.
Baca juga: Dermatitis Atopik Dapat Diobati dengan Kortikosteroid Topikal, Perlu Konsultasi dan Resep Dokter
4. Gunakan pakaian yang ringan dan menyerap keringat
dr. Melly menyampaikan untuk menggunakan pakaian yang ringan, lembut, halus, dan jangan menggunakan pakaian yang tebal.
Hindari bahan wol dan polyster karena bahan tersebut tidak menyerap keringat dengan baik dan bisa menyebabkan gatal karena keringat tidak terserap dengan baik.
Apabila keringat tidak terserap dengan baik dapat menimbulkan iritasi yang bersifat fisik dan membuat kulit bertambah gatal.
5. Lakukan pencegahan dengan menghilangkan faktor pencetus
Pada dermatitis atopik terdapat beberapa faktor pencetus yang menyebabkan dermatitis tersebut kambuh kembali.
Berikut ini beberapa faktor pencetus dari dermatitis atopik.
- Bahan iritasi : sabun antiseptik, deterjen, sabun cuci piring, dan desinfektan
- Bahan alergen : tungau debu rumah, binatang peliharaan dan serbuk bunga
"Jadi kalau anak alergi tidak boleh duduk di karpet berbulu atau sofa-sofa berbahan kain dan rajinlah untuk membersihkan karpet," terang dr. Melly.
"Jika mempunyai binatang peliharaan, sebaiknya tidak dibawa masuk ke rumah."
Baca juga: Mengenal Dermatitis Atopik, Masalah yang Timbul Akibat Peradangan Kulit

- Hindari suhu ekstrem atau dingin
Menurut dr. Melly, suhu yang terlalu ekstrem menyebabkan munculnya keringat, dan keringat tersebut bisa memicu munculnya alergi.
Tak hanya itu saja, suhu yang terlalu dingin juga dapat mencetuskan terjadinya alergi.
- Makanan pencetus alergi : kacang, biji-bijian, diary produk (susu, krim, keju, es krim, yogurt) dan telur
dr. Melly memaparkan beberapa penelitian yang dilakukan, makanan yang paling sering memicu dermatitis atopik pada bayi adalah telur dan susu.
Pada telur paling sering adalah bagian putih telurnya karena kadar proteinnya yang tinggi.
Saat anak memasuki usia 5 tahun, anak sudah mulai toleran dengan telur dan susu, dan ada beberapa yang sudah berkurang alerginya akibat telur dan susu.
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Dermatovenereologi, dr. Melly Mayasari, Sp.DV dalam tayangan YouTube Tribun Jabar Video paada 16 Februari 2022.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)