TRIBUNHEALTH.COM - Pandemi masih berlangsung dan membuat masyarakat harus menjaga protokol kesehatan dengan ketat.
Salah satu prinsip dalam protokol kesehatan tersebut adalah mencuci tangan.
Namun jika mencurigai diri sendiri melakukan aktivitas tersebut secara berlebihan hingga menimbulkan penderitaan, perlu segera berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: Orang yang Alami Gangguan Mental OCD 3 Kali Lebih Berisiko Terkena Stroke
Karena melakukan aktivitas berulang-ulang dan cenderung tidak diinginkan, itu bisa menjadi tanda alami OCD.
OCD adalah kepanjangan dari Obsessive Complusive Disorder.

Kondisi OCD merupakan suatu gangguan mental yang ditandai dengan dua gejala khas.
Yaitu adanya tanda obsesi dan kompulsi.
Baca juga: Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Bisa Disembuhkan? Begini Kata Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi
Obsesi merupakan pikiran yang berulang dan tidak diinginkan.
"Pikiran yang melelahkan dan tidak diinginkan, tetapi terjadi berulang-ulang," ucap dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ yang dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
Sementara, kompulsi adalah suatu tindakan yang terjadi secara berulang-ulang.

Meski mengacu pada dua tanda tersebut, Zulvia menghimbau untuk jangan pernah melakukan Self Diagnosis.
Untuk memastikan suatu kondisi, perlu berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.
Baca juga: Olahraga Punya Dampak Positif untuk Kesehatan Mental, Tingkatkan Mood hingga Atasi Depresi
Mengingat kesehatan mental merupakan faktor penting dalam mendukung kesehatan umum.
"Gangguan mental itu ada, walaupun tidak terlihat."
"Ingat tidak ada kesehatan, tanpa kesehatan mental," pesan Zulvia.
Gejala OCD

Gejala-gejala OCD bisa muncul tanpa ada penyebab yang pasti.
Namun tidak menutup kemungkinan, OCD bisa timbul karena adanya suatu stressor.
"Tidak ada penyebab pasti, tetapi ada beberapa faktor yang ngumpul pada 1 orang, ketika ada stressor maka muncullah OCD," jelas Zulvia.
Baca juga: Kenali Tanda Anak Alami Gangguan Mental, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Sampaikan Hal Ini
Tanda OCD biasanya muncul pada usia 10 hingga 24 tahun.
Gejala OCD yang dirasakan sejak usia sekolah dasar (SD) hingga dewasa ini, tentu sangat menganggu.

Baca juga: Psikiater Beberkan Tips Menjaga Kesehatan Jiwa selama Pandemi Covid-19
Hingga ketika ada stressor dari kehidupan, maka tanda OCD bisa muncul dengan kondisi yang lebih berat.
"Di saat usia dewasa ada stressor, maka makin menjadi gejalanya," ucap Zulvia.
Tipe-tipe OCD
OCD terdiri dari berbagai tipe, di antaranya:
1. OCD tipe kontaminasi

Baca juga: Penyebab Berat Badan Turun Drastis, Bisa karena Stres hingga Sederet Kondisi Medis Serius
Tipe indi ditandai dengan takut terkontaminasi, misalnya dari virus atau kuman.
Sehingga membuat penderitanya harus merasa sering mencuci tangan secara berulang-ulang.
2. OCD tipe keteraturan atau simetri
OCD pada tipe ini sering merujuk pada seseorang yang harus melihat keteraturan.
Misalnya melihat suatu benda tidak boleh miring.

Sehingga merasa perlu sering menyusun barang dengan teratur.
Baca juga: dr. Erickson Arthur Siahaan, Sp.KJ Berikan Tips Dalam Mengatasi Burn Out atau Stres Berat
3. OCD tipe bahaya
OCD ini bisa membuat penderitanya harus sering mengecek pintu karena takut kemalingan.

Baca juga: Alkohol hingga Stres Bisa Sebabkan Kondisi Gastritis Bertambah Parah, Begini Kata dr. Tan Shot Yen
4. OCD tipe agresif atau kekerasan
Pada tipe ini membuat penderita merasa akan menyakiti orang lain.
Akhirnya membuat penderita harus sering berdoa agar tidak menyakiti orang lain.

Baca juga: Psikolog Jelaskan Kekerasan pada Anak Memiliki Dampak Berkepanjangan dan Mempengaruhi Sikap Anak
Penanganan OCD
Dalam penanganan pasien dengan OCD, perlu dilakukan secara komprehensif.
Salah satunya melalui obat. Obat ini berfungsi untuk menyeimbangkan neurotransmiter di otak.
Mengingat OCD bisa terjadi akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmiter di otak yang bisa menyebabkan obsesi dan kompulsi.

Selanjutnya, selain mengonsumsi obat tertentu, pasien juga bisa mendapatkan penanganan melalui psikoterapi.
Psikoterapi adalah suatu jenis terapi yang dibantu oleh psikolog klinis, terapis, atau psikiater untuk membantu orang dengan OCD bisa mengatasi obsesi dan kompulsinya.
Salah satu jenis terapi ini bernama CBT ( Cognitive Behavioral Therapy) dengan tipe exposure and respon prevention.
Baca juga: Fitriyanda M.Psi : Stress dan Gejala Psikologis Dapat Terjadi Akibat Terlalu Sering Bermain Gadget
"Contohnya bila ingin memegang sesuatu harus cuci tangan 10 kali, nanti akan diajarkan bagaimana supaya begitu pegang bisa menahan 8 kali aja deh."
"Jangan 10 kali. Bertahap sampai bisa berkurang," jelas Zulvia.

Sehingga penanganan gejala dari yang paling ringan hingga berat bisa diatasi dengan pelan-pelan atau bertahap.
Baca juga: Tak Perlu Menghindari Stress, Manusia Membutuhkan Stressor dengan Kadar yang Tepat
Penjelasan dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV Jumat (4/2/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)