TRIBUNHEALTH.COM - Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia dikejutkan dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang artis pria.
Melalui akun media sosial miliknya, ia menyatakan telah mengalami gangguan OCD (Obsessive Complusive Disorder)
OCD merupakan suatu gangguan mental yang ditandai dengan dua gejala khas.
Baca juga: Memilih Childfree Dianggap Egois dan Memiliki Gangguan Jiwa, Ini Pandangan Psikolog Adib Setiawan
Yaitu adanya tanda obsesi dan kompulsi.
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, dr. Zulvia Oktanida Syarif, menyebut bahwa OCD bisa terjadi karena faktor biologis.

Hal tersebut terjadi akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmiter di otak.
Itulah mengapa orang yang menderita OCD perlu mengonsumsi obat tertentu untuk menyeimbangkan neurotransmiter tersebut.
Baca juga: Orang yang Alami Gangguan Mental OCD 3 Kali Lebih Berisiko Terkena Stroke
Selain faktor biologis, OCD bisa terjadi juga karena faktor genetik dan pola asuh.
"Perkembangan seorang anak, bagaimana orangtua mencontohkan perilaku anak, dan faktor stressor sosial," tambah Zulvia.
Gejala-gejala OCD bisa muncul tanpa ada penyebab yang pasti.

Namun tidak menutup kemungkinan, OCD bisa timbul karena adanya suatu stressor.
"Tidak ada penyebab pasti, tetapi ada beberapa faktor yang ngumpul pada 1 orang, ketika ada stressor maka muncullah OCD," jelas Zulvia.
Baca juga: dr. Erickson Arthur Siahaan, Sp.KJ Berikan Tips Agar Tidak Stres Selama Pembatasan Pandemi Covid-19
Tanda OCD biasanya muncul pada usia 10 hingga 24 tahun.
Gejala OCD yang dirasakan sejak usia sekolah dasar (SD) hingga dewasa ini, tentu sangat menganggu.

Hingga ketika ada stressor dari kehidupan, maka tanda OCD bisa muncul dengan kondisi yang lebih berat.
"Di saat usia dewasa ada stressor, maka makin menjadi gejalanya," ucap Zulvia.
Tipe-tipe OCD
OCD terdiri dari berbagai tipe, di antaranya:
1. OCD tipe kontaminasi
Baca juga: Apakah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Bisa Disembuhkan? Begini Kata Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi

Tipe indi ditandai dengan takut terkontaminasi, misalnya dari virus atau kuman.
Sehingga membuat penderitanya harus merasa sering mencuci tangan secara berulang-ulang.
Baca juga: dr. Muhammad Fiarry Fikaris Paparkan Solusi untuk Menangani Kulit Sensitif Akibat Sering Cuci Tangan
2. OCD tipe keteraturan atau simetri
OCD pada tipe ini sering merujuk pada seseorang yang harus melihat keteraturan.
Misalnya melihat suatu benda tidak boleh miring.

Sehingga merasa perlu sering menyusun barang dengan teratur.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Anak dengan Disabilitas Mental? dr. Vincentius Yoshua, Sp.KFR U Menjawab
3. OCD tipe bahaya
OCD ini bisa membuat penderitanya harus sering mengecek pintu karena takut kemalingan.

Baca juga: Stres Psikologis Berisiko Picu Terjadinya Serangan Jantung
4. OCD tipe agresif atau kekerasan

Pada tipe ini membuat penderita merasa akan menyakiti orang lain.
Akhirnya membuat penderita harus sering berdoa agar tidak menyakiti orang lain.
Pengalaman Survivor OCD
Aisyah Kamaliah, seorang survivor OCD membagikan pengalaman dirinya saat mengetahui mengidap OCD.
Ia menceritakan sudah merasa aneh sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Sejak SD ia merasakan harus memegang trolly berulang kali.
Baca juga: Berikut Ini Makanan yang Bagus untuk Kesehatan Mental dan Kinerja Otak, Termasuk Sayuran

Tindakan itu ia lakukan karena didasari rasa takut dan berpikir bahwa adiknya akan jatuh.
Aisyah merasa apa yang dilakukannya adalah hal wajar yang umum dialami oleh setiap orang.
"Aku mikir awalnya normal, karena aku pikir orang-orang juga akan begitu," ucap Aisyah.
Baca juga: Kenali Gangguan Kejiwaan yang Diakibatkan oleh Gadget dan Game
Sampai akhirnya dirinya merasa bahwa aksi yang ia lakukan bukanlah hal wajar pada saat memasuki usia dewasa.
Tanda OCD yang dialami Aisyah berlangsung semakin parah bahkan hingga mencapai 3 kali lipat daripada sebelumnya, setelah ia mengalami insiden kemalingan.

Baca juga: Psikolog Octa Reni: Komunikasi dan Memahami Kepribadian Remaja dapat Membantu Mengatasi Masalahnya
Aisyah menjadi lebih sering untuk memeriksa keamanan rumah.
"Jadi aku sering ngecek-ngecekin rumah, semua pintu bener-bener aku gembok."
"Dan walaupun aku lihat gemboknya udah terpasang, tapi aku terus melihatnya berkali-kali," cerita Aisyah.
Baca juga: dr. Erickson Arthur Siahaan, Sp.KJ Berikan Tips Agar Tidak Stres Selama Pembatasan Pandemi Covid-19
Penjelasan dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV Jumat (4/2/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)