Breaking News:

Studi Ilmiah Ungkap Perubahan Iklim Berdampak Buruk pada Bayi dan Janin, Sebabkan Kelahiran Prematur

Ilmuwan mengatakan bahwa semakin banyak bukti yang menunjukkan perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Melia Istighfaroh
Tribunnews/Jeprima
ILUSTRASI Polusi dan perubahan iklim - Pemandangan gedung bertingkat diselimuti polusi udara di Jakarta, Jumat (30/8/2019). Mengacu pada data gabungan AQMS KLHK dan pemerintah DKI Jakarta, kualitas udara Jakarta berada pada konsentrasi 39,04 ?g/Nm3 atau pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif. 

TRIBUNHEALTH.COM - Para ilmuwan dari enam penelitian berbeda mengungkapkan bahwa perubahan iklim menyebabkan peningkatan risiko kelahiran prematur, peningkatan rawat inap anak-anak, dan penambahan berat badan pada bayi.

Studi terpisah baru saja diterbitkan dalam edisi khusus jurnal Pediatric and Perinatal Epidemiology.

Editor tamu jurnal Profesor Gregory Wellenius dan Profesor Amelia Wesselink dari Boston University School of Public Health memberikan keterangan.

Mereka mengatakan bahwa semakin banyak bukti yang menunjukkan panas ekstrem, badai, dan asap kebakaran dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, dilansir TribunHealth.com dari Independent.

Baca juga: Dokter Sebut Infeksi Jaringan Lunak Rongga Mulut Dapat Sebabkan Kelahiran Prematur dan BB Rendah

Baca juga: Polusi Mikroplastik Berbahaya Bagi Manusia, Bisa Picu Alergi hingga Kematian Sel

ILUSTRASI - Pemandangan gedung bertingkat diselimuti polusi udara di Jakarta,
ILUSTRASI - Pemandangan gedung bertingkat diselimuti polusi udara di Jakarta, (Tribunnews/Jeprima)

Salah satu penelitian menemukan bahwa kelahiran prematur 16% lebih mungkin terjadi di daerah yang mengalami gelombang panas.

Para peneliti melakukan penelitian ini dengan mengamati satu juta wanita hamil antara 2004 dan 2015 di wilayah bersuhu tinggi di New South Wales Australia.

Temuan serupa diamati dalam penelitian yang menilai hubungan antara panas lingkungan dan kelahiran prematur spontan antara 2007-2011 di iklim panas Harris Country, Texas.

Sehari setelah ibu terpapar suhu gelombang panas, risiko kelahiran prematur mereka adalah 15 %.

Studi lain dalam jurnal yang menganalisis 200.000 kelahiran di Israel menemukan hubungan antara suhu tinggi dan penambahan berat badan selama tahun pertama kehidupan.

Dari 20% yang terpapar suhu malam hari, 5% memiliki risiko lebih tinggi mengalami kenaikan berat badan yang cepat.

Baca juga: Bayi Punya Antibodi Kuat jika Ibu Divaksin Covid-19 saat Hamil

Baca juga: Durasi Tidur yang Baik Berbeda-beda Tiap Usia, Bayi Butuh Tidur hingga 17 Jam

ILUSTRASI - Pemandangan gedung bertingkat diselimuti polusi udara di Jakarta, Jumat (30/8/2019).
ILUSTRASI - Pemandangan gedung bertingkat diselimuti polusi udara di Jakarta, Jumat (30/8/2019). (Tribunnews/JEPRIMA)
2 dari 2 halaman

Sebuah studi yang menyertainya menemukan bahwa karena frekuensi dan intensitas kebakaran hutan telah meningkat secara dramatis selama dua dekade terakhir di AS bagian barat.

Hal itu dibarengi dengan terjadinya peningkatan kondisi langka yang biasanya terkait dengan polusi udara di antara wanita hamil, yakni gastroschisis janin.

Gastroschisis janin adalah cacat dinding perut yang jarang terjadi, tetapi prevalensinya meningkat, menurut Prof Wellenius dan Prof Wesselink.

“Buktinya jelas: bahaya iklim, terutama polusi panas dan udara, berdampak buruk berbagai hasil kesehatan reproduksi, perinatal dan anak," tulis mereka.

“Laju yang diharapkan dari perubahan iklim yang berkelanjutan dan dampak yang dihasilkan pada kesehatan fisik dan mental serta kesejahteraan kita membutuhkan tindakan tegas dan segera untuk adaptasi.”

Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.

(TribunHealth.com/Nur)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comIlmuwanbayiJaninPerubahan iklim Tedak Siten Kembar Siam Agus Purwanto Marie Curie Charles Babbage
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved