TRIBUNHEALTH.COM - Pemerintah sudah mulai memberlakukan pembelajaran langsung dengan skala penuh.
Namun masih ada orangtua yang khawatir dengan kesehatan anaknya.
Pasalnya pandemi Covid-19 belum benar-benar selesai.
Terkait hal ini, Psikolog Klinis Ratih Zulhaqqi, sempat memberikan penjelasan ketika menjadi narasumber program Ayo Sehat Kompas TV.
Dia menjelaskan beberapa hal yang perlu dilakukan orangtua agar tidak khawatir.
"Sebenarnya untuk mengatasi kekhawatiran kita, perlu melihat kapabilitas anak kita ini sudah sampai se-aware apa sih tentang situasi yang terjadi," katanya, dikutip TribunHealth.com.

Baca juga: Psikolog Anjurkan Sikap Pendidik yang Tepat dalam Menghentikan Perilaku Body Shaming di Sekolah
Baca juga: Tenaga Pendidik Perlu Melatih Mental Remaja untuk Menghentikan Body Shaming di Lingkungan Sekolah
Dia mencontohkan anak usia SD, yang masih memiliki self regulation terbatas.
Apa lagi, proses belajar mereka masih banyak melibatkan pergerakan fisik.
"Kemungkinan mereka untuk melepas masker itu sangat mungkin."
"Akhirnya nanti jadi tambah khawatir," tandasnya.
Pentingnya protokol kesehatan
Dokter Spesialis Anak, Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Melanie Rakhmi Mantu jelaskan hal-hal yang perlu dipersiapkan jelang pemberlakuan pembelajaran tatap muka terbatas.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Melanie menekankan pentingnya membiasakan anak untuk patuh pada protokol kesehatan.
"Dari awal prokes itu sudah harus kita tanamkan ya," katanya dikutip TribunHealth.com.

Baca juga: Angka Pernikahan Dini Melonjak selama Pandemi, Disebabkan Faktor Ekonomi hingga Penutupan Sekolah
Baca juga: Mulai Pembelajaran Tatap Muka, Buka Jendela Bisa Bantu Cegah Penularan Covid-19 di Sekolah
"Dari bagaimana cara mencuci tangan yang benar, cara memakai masker, membuangnya, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan," contohnya.
Selain itu, berbagai protokol kesehatan lain pun perlu dibiasakan pada anak.
Kemudian, untuk pihak sekolah, dr. Melanie mengatakan telah ada pedoman khusus dari kementerian dan IDI.
"Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana, guru-guru sudah harus divaksin, harus menyediakan wastafel, pemeriksa suhu, lalu jendela yang besar. Kalau bisa outdoor dengan jarak kursi 1,5 meter," rincinya.
"Jangan lupa punya tim mitigasi khusus untuk sekolah tersebut apabila terjadi suspek kasus di sekolah tersebut."
Dengan demikian, sekolah telah memiliki mekanisme yang jelas untuk mengambil tindakan berikutnya.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Segera Dibuka, Psikolog Adib Setiawan Bagikan Persiapan yang Perlu Dilakukan
Baca juga: Anak-anak Berisiko Tinggi saat Lakukan Sekolah Tatap Muka, Ahli Sarankan Orangtua Lakukan Hal Ini
Berikutnya, adalah anak yang memiliki komorbid.
Terkait hal ini, dia menegaskan perlunya konsultasi dengan anak.
Pasalnya anak dengan penyakit penyerta tentu lebih berisiko apabila melakukan pembelajaran offline.
"Juga bagaimana transportasi dari rumah ke sekolah."
"Apakah naik transportasi umum atau diantar?" tambahnya.
"Kalau naik kendaraan umum apa yang harus dilakukan?"
Karenanya dia menegaskan pemberlakuan pembelajaran tatap muka perlu kerja sama dari semua pihak yang ada.
Baca berita lain tentang Covid-19 di sini.
(TribunHealth.com/Nur)