TRIBUNHEALTH.COM - Satgas Penanganan Covid-19 meminta masyarakat tidak terpengaruh serta menyebarluaskan berita bohong atau hoaks.
Seperti video hoaks terkait vaksin anak 6 - 11 tahun yang menyatakan anak-anak dimanfaatkan sebagai kelinci percobaan vaksin.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menegaskan bahwa vaksin anak usia 6-12 tahun adalah usaha perlindungan ekstra bagi anak-anak dan orang-orang di sekitarnya.
Baca juga: dr. Jeni Soepardi Tegaskan Bahwa Usia 9-13 Tahun Menjadi Usia yang Tepat Melakukan Vaksin HPV
Untuk itu, masyarakat diminta bijak dalam menerima informasi dan tidak menyebarluaskan atau membuat konten video tanpa basis ilmiah.
"Mohon siapapun untuk tidak membuat konten informasi yang salah dan tidak berbasis fakta serta data ilmiah dari sumber terpercaya."
"Karena terdapat sanksi hukum apabila menyebar dan menimbulkan misinformasi atau dis informasi," tegas Wiku dilansir Tribunhealth.com dari situs resmi covid19.go.id.
Baca juga: Masa Inkubasi Omicron Lebih Pendek, Bisa Tularkan Covid-19 sebelum Muncul Gejala Pertama
Masyarakat dalam menerima informasi disarankan selektif dan mencermatinya berdasarkan fakta-fakta atau kajian berbasis ilmiah yang ada.
Sebagai contoh, terkait vaksin anak usia 6 - 11 tahun, terdapat fakta-fakta yang dapat dicermati.
Di antaranya yakni:
1. Vaksin yang akan digunakan telah disetujui EUA
Vaksin jenis Sinovac baik yang langsung diproduksi oleh Sinovac di Cina, atau Coronavac, maupun yang diolah oleh Biofarma telah mendapatkan persetujuan penggunaan pada masa darurat atau Emergency Use of Authorization (EUA).
Serta penerbitan nomor izin edar dari Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (POM).
Baca juga: Orang yang Sudah Melakukan Vaksinasi COVID-19 Masih Memungkinkan Mengalami Badai Sitokin
Karena, penerbitan EUA diberikan kepada obat atau vaksin Covid-19 yang masih dalam tahap pengembangan di masa pandemi semata-mata untuk memberikan perlindungan terbaik bagi seluruh masyarakat.
Termasuk juga perlindungan anak-anak usia 6-11 tahun ditengah potensi penularan Covid-19 yang masih ada.
2. Kepastian keamanan dan kemampuan pembentukan antibodi
Berdasarkan hasil laporan ilmiah dari uji coba telah dilakukan, pemantauan berkala kepada penerima vaksin di Cina.
Keputusan ilmiah ini mempertimbangkan keamanan dan kemampuan pembentukan antibodi.
Sehingga vaksin dapat direkomendasikan untuk anak kelompok usia 6-11 tahun.
Baca juga: Para Ilmuwan Khawatir Obat Covid Molnupiravir Bisa Picu Munculnya Mutasi Baru
3. Terjaminnya mutu dan khasiat
EUA yang diberikan juga menjadi upaya percepatan proses pengembangan registrasi dan evaluasi vaksin tanpa melupakan aspek mutu keamanan dan khasiatnya.
Vaksinasi anak dilakukan di berbagai sentra seperti puskesmas, rumah sakit, pos pelayanan vaksinasi, di sekolah atau satuan pendidikan lainnya maupun lembaga Kesejahteraan sosial anak.
Oleh karena itu, dalam menghadapi hoax, masyarakat dihimbau selalu melengkapi diri dengan informasi berbasis kajian ilmiah dan berasal dari sumber yang dapat dipercaya.
"Saya harapkan masyarakat tidak ikut menyebarkan konten tanpa basis ilmiah yang semata-mata dibuat untuk menyebarkan ketakutan," tegas Wiku.
Baca juga: Langkah Pencegahan Penularan COVID-19 dalam Menggunakan Transportasi Umum, Berikut Ulasan Dokter
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)