TRIBUNHEALTH.COM - Sitokin merupakan senyawa kimia yang menjadi sarana komunikasi antar sel-sel terkait dalam sistem imun, diantaranya yaitu interleukin, interferon, dan tumor necrosis factor.
Infeksi SARS-CoV-2 pada seseorang dengan kondisi rentan dapat menyebabkan terjaidnya pelepasan sitokin dalam jumlah besar, sebagai akibat dari aktivasi sistem imun secara masif.
Badai sitokin tidak terjadi pada semua orang yang mengalami COVID-19.
Baca juga: Ketahui Gejala Seseorang Mengalami Badai Sitokin, dr. Nadia Alaydrus: Bisa Menyebabkan Kematian
Lantaran kondisi tersebut terjadi bukan akibat langsung dari infeksi SARS-CoV-2, akan tetapi akibat aktivasi berlebihan sistem imun pada individu dengan faktor risiko.
dr. Nadia Alaydrus mengungkapkan jika badai sitokin salah satu mimpi buruk ketika seseorang terpapar COVID-19.
Hal ini disampaikan oleh Dokter Umum, dr. Nadia Alaydrus yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kemkominfo TV program Dear Doctor edisi 07 Oktober 2021.
Ketika pasien mendapatkan penanganan yang tepat, kemudian tubuh memiliki respon yang baik untuk melawan badai sitokin, maka banyak juga pasien yang selamat dari badai sitokin.
Baca juga: Permasalahan Gigi Apa Saja yang Membutuhkan Perawatan Saluran Akar? Berikut Penjelasan Dokter
Individu yang memiliki pola hidup bagus, rutin melakukan olahraga dan menerapkan pola hidup yang sehat pada saat melawan badai sitokin makan imun tubuh akan lebih kuat dan bisa sembuh dari kondisi badai sitokin.
Dokter menuturkan apabila seseorang sudah melakukan vaksinasi COVID-19 masih memungkinkan mengalami badai sitokin.
Perlu dipahami jika vaksin tidak bisa melindungi individu 100%.
Ketika tubuh mengalami peradangan dan terjadi produksi sitokin yang banyak dalam waktu sangat cepat, maka bisa menyebabkan seseorang mengalami badai sitokin.
Meskipun sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19, individu harus tetap melakukan kontrol kesehatan secara menyeluruh.
Baca juga: Beberapa Gangguan yang Dapat Terjadi Akibat Kekerasan pada Anak yang Dilakukan Orangtua
Tidak hanya melakukan pemeriksaan paru-paru saja, melainkan juga melakukan pemeriksaan organ-organ tubuh lainnya.
Hal ini karena badai sitokin juga bisa terjadi ketika seseorang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Penjelasan Dokter Umum, dr. Nadia Alaydrus dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kemkominfo TV program Dear Doctor edisi 07 Oktober 2021.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.