TRIBUNHEALTH.COM - Pandmei Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda segera berakhir.
Bahkan, Eropa dan Asia Tengah sedang menjadi pusat penyebaran baru virus corona.
Dua wilayah itu tengah menghadapi kematian hingga 500.000 kematian hingga Februari tahun depan, diperkirakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) awal bulan ini, dilansir TribunHealth.com dari Independent, Senin (15/11/2021).
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Vaksinasi yang rendah
Terlepas dari efektivitas vaksin, distribusi tetap rendah di beberapa bagian kawasan, khususnya, kata WHO, di Baltik, Balkan dan Eropa tengah dan timur.
Baca juga: Indonesia Dinyatakan Memiliki Tingkat Penularan Rendah, Jubir Vaksin Ingatkan Varian Baru Covid-19
Baca juga: Sudah Mendapatkan Dua Kali Suntikan Vaksin Covid-19 Bukan Berarti Tidak Akan Terpapar Virus
Masalah ini sebagian karena logistik.
Namun ada pula masalah berupa kurangnya kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap vaksin.
Banyak wilayah di Eropa Tengah dan Timur memiliki tingkat yang sangat rendah, bahkan untuk tempat-tempat yang tak memiliki masalah distribusi.
Bulgaria dan Rumania, keduanya di Uni Eropa, telah memvaksinasi lengkap masing-masing sekitar 23 persen dan 35 persen dari populasi mereka.
Bosnia dan Herzegovina hanya memiliki 21 persen vaksinasi lengkap.
Relaksasi pembatasan
Baca juga: Disuntik Vaksin Covid-19 dengan Dosis Lebih Kecil, Bagaimana Respon Imun Anak Usia 5-11 Tahun?
Baca juga: Munculnya Reaksi setelah Disuntik Vaksin Covid-19 Belum Tentu Alergi, Perlu Konsultasi Dokter
Inggris bukan satu-satunya negara di kawasan Eropa yang telah melonggarkan protokol kesehatan.
Ketika memperingatkan Eropa telah muncul kembali sebagai pusat virus, WHO mengeluhkan fakta bahwa tujuh negara telah melonggarkan sikap mereka, meskipun 23 negara lainnya telah “secara bertanggung jawab memperkuat” sikap mereka.
“Pengujian, pelacakan kontak, ventilasi dalam ruangan dan jarak fisik tetap menjadi bagian dari gudang pertahanan kami,” kata badan PBB itu bulan ini.
Baca berita lain tentang Covid-19 di sini.
(TribunHealth.com/Nur)