TRIBUNHEALTH.COM - Stunting merupakan masalah yang banyak dialami hingga sekarang, padahal kondisi ini bisa dicegah sejak kehamilan.
Stunting merupakan kekurangan gizi kronis yang terjadi pada anak.
Akibatnya, anak mengalami gangguan pertumbuhan.
Dampak dari gangguan pertumbuhan tersebut bisa terlihat dari kondisi fisik yang kurang ideal.
Selain itu, penderita stunting juga lebih rentan terhadap penyakit.
Mereka bisa memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, sebagaimana diberitakan dalam program Ayo Sehat, yang tayang di YouTube Kompas TV.
Di Indonesia sendiri tingkat prevalensi stunting mencapai 27,5 persen pada tahun 2016.
Baca juga: dr. Tan Shot Yen Jelaskan Manfaat Telur, Bisa Cegah Stunting jika Dikonsumsi Sejak MPASI
Baca juga: Kondisi yang Memperburuk Penyerapan Nutrisi akan Berpengaruh Terhadap Terjadinya Stunting

Pada tahun 2018 naik menjadi 30,8 persen.
Kemudian angka kembali turun menjadi 27,67 persen pada tahun 2019.
Saat ini stunting termasuk permasalahan serius yang harus diwaspadai terkait tumbuh kembang anak.
Terkait hal ini, okter spesialis gizi klinik, memberi penjelasan.
"Kalau kita lihat 27 persen, hampir 30 persen ya," katanya membuka pembicaraan.
"Berarti kalau kita ngomong, dari 10 anak, itu 3 stunting," tandasnya.
Angka tersebut, menurut dr. Diana sangat besar.
Apa lagi, standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) stunting harusnya di bawah angka 20 persen.
Baca juga: Stunting Bisa Menyebabkan Kelainan Tulang? Berikut Ulasan dr. Roro Rukmini Windi Perdani, Sp.A
Baca juga: drg. Kartini Rustandi, M.Kes Tegaskan Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk Cegah Stunting

"Apa yang menyebabkan? Sebenarnya banyak sekali faktor," kata dr. Diana.
Dia mengatakan kondisi ini memang tidak bisa dilepaskan dari kekurangan gizi kronis dalam jangka panjang.
Faktornya bisa beragam.
Faktor utama yang ia sorot adalah kurangnya pengetahuan.
Pasalnya sejak dalam kehamilan, sudah menyumbang faktor risiko stunting.
"Pada saat ibunya hamil, asupan gizinya kurang, mempengauhi janinnya juga," katanya.
"Kemudian saat anak itu makan. Asupannya cukup atau tidak?" tandasnya.
Pencegahan saat kehamilan

Baca juga: Apakah Boleh Berhubungan Seksual selama Kehamilan? Begini Tanggapan dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS
Baca juga: dr. Bayu Winarno, Sp.OG: Ibu Hamil yang Positif COVID-19 Diharapkan Sudah Sembuh Sebelum Persalinan
Pada masa kehamilan, hendaknya orangtua memperhatikan betul asupan gizi ibu.
dr. Diana menyorot kebiasaan yang ada di masyarakat bahwa ibu hamil diminta makan dua porsi.
Padahal, katanya, hal ini belum tentu benar.
"Konsumsi dua porsi tapi isinya karbohidrat aja, lemak tinggi aja, itu kurang tepat."
Dia menuturkan, ibu hamil harus menambah asupan protein.
"Proteinnya cukup, kebutuhannya terpenuhi, kemudian lemak baiknya cukup."
"Itu bisa mendukung janin dan nanti bayi yang sehat," paparnya.