TRIBUNHEALTH.COM - dr. Zulvia Oktanida Syarif sebut untuk memahami perkembangan mental pada remaja bisa diawali dari keluarga terutama orangtua.
Orangtua memiliki peran yang sangat besar dalam membangun rasa percaya diri pada seorang remaja.
Salah satu cara untuk membangun rasa percaya diri adalah dengan memberikan apresiasi atau pujian pada remaja terkait hal-hal positif yang ada pada dirinya.
Orangtua juga harus mengajarkan pada remaja untuk menerima kegagalan, untuk menerima kekecewaan.
Dengan melakukan hal-hal tersebut diharapkan para remaja dapat belajar dan membangun rasa percaya diri pada dirinya.
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Kompas Tv program Ayo Sehat.
Ketika remaja memiliki rasa percaya diri, ia cenderung memiliki mental yang lebih kuat dibandingkan remaja yang tidak memiliki rasa percaya diri.
Baca juga: dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ: Kesehatan Mental Tak Hanya Satu Penyebabnya, tapi Multifactorial
dr. Zulvia menjelaskan untuk membangun mental para remaja dari kondisi lingkungan atau masyarakat dapat dilakukan dengan membahas tema mengenai body shaming atau bullying.
Selain itu, pada lingkungan juga dapat diterapkan anti bullying atau anti perundungan.
Jika ada yang melakukan bullying tidak akan ditolerir sama sekali.
"Jadi kita membuat orang lebih aware, seperti eh itu bercandanya tidak lucu, itu body shaming, itu bullying," papar dr. Zulvia.
"Dengan kita mengingatkan seperti itu, orang akan lebih berhati-hati dalam bertindak."
"Mereka mungkin juga akan sadar bahwa bercanda yang berlebihan juga bisa menyakiti orang lain dan bahkan bisa menyebabkan gangguan mental," lanjutnya.
Selain itu, dr. Zulvia juga menjelaskan bahwa keluarga merupakan fondasi terkuat dari terbentuknya mental pada remaja.
Saat remaja memiliki fondasi yang kuat dari keluarganya, maka ia akan kuat dalam menghadapi tekanan atau ejekan yang terjadi di luar rumah.
Ketika remaja menerima bullying atau body shaming di luar rumah, kemungkinan ia tidak akan langsung break down karena memiliki fondasi yang kuat.
Baca juga: dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ: Cara Menangani Body Shaming dan Bullying, Stand Up dan Speak Up
Namun berbeda dengan remaja yang tidak memiliki fondasi yang kuat. Ketika di rumah ia tidak dibesarkan dengan kasih sayang yang baik, tidak diberikan perhatian yang cukup, maka remaja tersebut akan menjadi rapuh dan tidak percaya diri.
Sehingga ketika ia berada di luar rumah, ia akan lebih rentan dalam menghadapi bullying, body shaming, atau tekanan lainnya.
"Jadi memang untuk memperkuat mental anak dapat dibentuk dari keluarga, lingkungan, dan sekolahnya."
"Sekolah bisa bikin aturan atau kebijakan anti bullying dan tidak ada toleransi bagi pembully, sehingga pembully tidak akan ada kesempatan," terang dr. Zulvia.
"Perlu diketahui, sebenarnya orang yang melakukan bully atau membully biasanya juga memiliki masalah kesehatan mental," lanjut dr. Zulvia.
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ dalam tayangan YouTube Kompas Tv program Ayo Sehat pada 13 Agustus 2021.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma)