TRIBUNHEALTH.COM - Salah satu hal yang sering terjadi saat ini adalah gangguan kesehatan mental yang rentan terjadi di usia remaja.
Usia remaja adalah masa transisi anak mengalami banyak perubahan dalam hidupnya mulai dari perubahan fisik pada tubuh hingga perubahan emosi.
Adakalanya, suatu hari mereka akan bersemangat dan bahagia namun dihari lain mudah tersinggung dan jadi pendiam.
Kendala tersebut dihadapi orangtua untuk mengenali remaja merasakan emosi kesepian, terutama saat melalui masa pandemi ini.

Baca juga: FKG Universitas Hasanuddin Makassar Gelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)
Beberapa tanda yang harus diperhatikan orangtua dan guru agar bisa mendeteksi kesehatan mental pada anak dan remaja:
- Sering terlihat sangat sedih atau menarik diri ddari lingkungan keluarga dan pertemanan
- Mengalami ketakutan luar biasa tanpa alasan
- Terlibat dalam perkelahian atau menyakiti orang lain.
- Menurunnya prestasi akademik secara drastis
- Mengalami gangguan makan, seperti tidak mau makan, memuntahkan makanan, menggunakan obat pencahar untuk menurunkan berat badan
Baca juga: Meski Telah Divaksin, Seseorang Tetap Bisa Tertular Virus Corona, Profesor Jelaskan Penyebabnya
- Tidak memiliki minat untuk melakukan kegiatan sehari-hari
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penggunaan zat seperti rokok, konsumsi alkohol berulang kali dan narkoba
- Perubahan suasana hati atau mood yang ekstrem
- Perubahan drastis pada kepribadian dan perilaku
- Menyakiti diri sendiri atau memiliki keinginan bunuh diri
Salah satu penyebab gangguan kesehatan mental pada remaja karena mendapat perilaku body shaming.
Baca juga: Alasan Laki-laki Mudah Alami Gagap, Simak Penjelasan Terapis Wicara, Hikmatun Sadiah
Body shaming dapat digambarkan sebagai tindakan mengejek atau mempermalukan seseorang berdasarkan penampilan fisik.
Meski body shaming dapat terjadi pada usia manapun, nyatanya body shaming sangat rentan terjadi pada fase usia remaja.
Gangguan mental terdapat pada berbagai kelompok usia, termasuk usia remaja.
Dari data riset kesehatan dasar 2018 menunjukkan pada kelompok usia 15-24 tahun ada prevalensi untuk terjadinya kecemasan dan depresi sebesar 6,1%.
Hal ini berarti perlu memperhatikan kesehatan mental pada kelompok usia tersebut, yaitu dari usia remaja hingga usia dewasa.
Menjadi penting dikarenakan menjadi titik ketentuan disaat remaja nanti memiliki kesehatan mental seperti apa.
Dikarenakan remaja adalah masa-masa mencari identitas diri.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Zulvia Oktaninda Syarif. Seorang dokter spesialis kedokteran jiwa. Jumat (13/8/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)