Breaking News:

Tips Pakar Agar Stres Tak Sebabkan Tekanan Darah Tinggi, Sadari Apa yang Jadi Pemicu

Jika tak ditangani, stres bisa memicu kardiovaskular hingga 90 persen, menurut penelitian

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Melia Istighfaroh
bali.tribunnews.com
Ilustrasi mengelola stres agar tak picu masalah kesehatan 

TRIBUNHEALTH.COM - Stres merupakan kondisi psikologis yang dikaitkan dengan hipertensi.

Penelitian terbaru menunjukkan, hormon kortisol berlipat ganda ketika mengalami stres.

Ketika hal itu terjadi, risiko penyakit kardiovaskular meningkat 90 persen.

Belum lagi jika ditambah meningkatnya tiga hormon lain, norepinefrin, epinefrin, atau dopamin.

Setiap kali tingkat gabungan dari keempat hormon stres berlipat ganda, risiko terkena tekanan darah tinggi meningkat antara 21% dan 31%.

Hasil tersebut dimuat dalam jurnal American Heart Association (AHA), Circulation, Senin (13/9/2021), diberitakan CNN.

Seorang Profesor Kedokteran di Baylor College of Medicine, Houston, yang tak terlibat dalam penelitian ini, memberikan komentar.

Baca juga: dr. Kardiana Purnama Dewi, Sp.KK Sebut Stres dapat Memicu Kambuhnya Dermatitis Atopik atau Eksim

Baca juga: dr. Vivi Indrayanti: Tuk Dapatkan Kulit Glowing, Hindari Polusi, Sinar Matahari Berlebih, dan Stres

ilustrasi seseorang mengalami stress
ilustrasi seseorang mengalami stress (kompas.com)

"Stres, depresi, frustrasi, kemarahan, dan pandangan negatif tentang hidup tidak hanya membuat kita menjadi orang yang tidak bahagia, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan dan umur panjang kita," kata Levine.

"Kami melihat semua data yang dapat kami temukan dan kami menyimpulkan bahwa faktor kesehatan psikologis negatif seperti stres jelas terkait dengan banyak faktor risiko kardiovaskular," kata Levine.

Kabar baiknya, kata Levine, karena pikiran, hati, dan tubuh saling berhubungan dan saling bergantung, seseorang juga dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskularnya dengan mengupayakan pandangan psikologis yang positif.

2 dari 3 halaman

"Anda dapat memutuskan untuk mengubah pola pikir Anda tentang situasi stres itu atau menetapkan batasan -- hanya dengan menyadarinya, Anda dapat menjaga agar stres tidak menjadi racun bagi Anda," kata pakar manajemen stres Dr. Cynthia Ackrill.

Dia merupakan editor majalah Contentment, yang diproduksi oleh Institut Stres Amerika.

Baca juga: Beberapa Tips Mengelola Stress saat Pandemi Covid-19 yang Disampaikan oleh dr. Afif Avicenna Ghufron

Baca juga: Menghindari Stres dan Aktivitas Berlebih Termasuk Upaya Pencegahan Sleep Apnea

"Kita tidak boleh mengabaikan kemampuan kita untuk berperan dalam kesejahteraan kita," kata Ackrill, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Pertama, perlu diketahui ciri-ciri tengah mengalami stres.

"Meskipun kita semua jelas tidak tahu berapa kadar kortisol (dalam) urin kita, ada beberapa cara kita dapat belajar untuk merefleksikan diri apakah kita mungkin memiliki beberapa faktor psikologis negatif, terutama hal-hal seperti stres," kata Levine.

"Jika kita menyadari bahwa kita cenderung sering tertekan, frustrasi atau marah, maka akan sangat membantu untuk merenungkan apa sebenarnya hal-hal yang membuat kita menjadi stres," tambahnya.

"Begitu kita melakukan itu, kita dapat benar-benar duduk dan memutuskan, apakah bermanfaat untuk membiarkan hal-hal ini membuat saya menjadi stres atau frustrasi?"

Ackrill menyarankan untuk menyadari apa yang memicu stres.

Baca juga: Tips Pakar Agar Stres Hilang saat Libur Kerja, Bangun Kebiasaan Baru yang Positif

Ilustrasi meredakan stres dengan me time
Ilustrasi meredakan stres dengan me time (Pixabay)

Langkah itu memungkinkan untuk menghentikan respon hormonal sebelum memicu tekanan darah tinggi.

"Mekanisme stres adalah bahwa kita bekerja keras karena sesuatu sehingga sistem saraf simpatik kita memperbaiki semuanya. Kita perlu jantung kita memompa cepat untuk menjaga tekanan darah kita sehingga kita memiliki sirkulasi yang baik dan kita bisa lolos dari bahaya," dia berkata.

3 dari 3 halaman

Tekanan darah yang meninggi merupakan respon alami tubuh untuk menghadapi masalah.

Karenanya, penting untuk sejenak menimbang apa yang sedang terjadi.

Relaksasi sederhana bisa dilakukan, seperti menghela napas dalam.

Baca juga: Kenapa Makanan Dijadikan Pelarian saat Stres? Begini Ulasan dr. Eleonora Mitaning C, M.Gizi, Sp.GK

Baca juga: Tak Selalu karena Penyakit, Rambut Rontok Terkadang Bisa Disebabkan oleh Stres

"Anda ingin melakukan intervensi lebih awal, ketika Anda baru mulai meningkatkan respons stres Anda, dengan pernapasan dalam atau respons relaksasi lainnya," tambah Ackrill.

"Seringkali kita membiarkan pikiran kita dengan cepat bereaksi terhadap sesuatu sebelum kita benar-benar punya waktu untuk membiarkan tingkat fungsi kognitif kita yang lebih tinggi, korteks prefrontal kita, untuk menimbang," kata Levine.

"Kami ingin berhenti sejenak, merenungkan dan mencerna ini, dan mengambil beberapa detik untuk memutuskan apa cara yang paling terampil untuk bereaksi."

Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.

(TribunHealth.com/Nur)

 
Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comTekanan Darah TinggiStresPsikologisAmerican Heart Association (AHA)Frustasi Father Hunger
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved