TRIBUNHEALTH.COM - dr. Eleonora Mitaning C, M.Gizi, Sp.GK menyebutkan jika stres ada mekanismenya tersendiri.
Stres dapat menurunkan nafsu makan, namun juga dapat meningkatkan nafsu makan pada seseorang.
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Eleonora Mitaning Christy, M.Gizi, Sp.GK memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Tribun Jatim Official.
dr. Eleonora Mitaning Christy, M.Gizi, Sp.GK menjelaskan jika stres dapat menurunkan nafsu makan karena pada saat stres, sistem saraf pada otak memberikan sinyal ke kelenjar yang bernama adrenalin untuk meletakkan hormon.
Hormon tersebut bernama adrenalin namun sering juga disebut dengan hormon epinefrin.
Ketika seseorang merasakan stres, hormon adrenalin tersebut akan lepas dan memicu peningkatan aliran darah, meningkatkan detak jantung, dan menyetuskan perasaan ingin melawan penyebab stres.
Hal inilah yang kemudian berdampak pada penurunan nafsu makan pada seseorang yang awalnya sebagai respon fisiologis pada tubuh.
Baca juga: Begini Tips Mengatur Gizi Seimbang Menurut dr. Eleonora Mitaning C, M.Gizi, Sp.GK
Respon tersebut biasanya mengundang rasa ingin makan, namun saat stres respon tersebut lebih terpusat pada stres.
"Jadi kita tidak kepikiran buat makan karena lebih mikirin stresnya. Hormon adrenalin meningkat, jadi kita lebih memusatkan perhatian ke stres," terang dr. Eleonora.
"Tapi reaksi tersebut biasanya hanya terjadi sementara saja. Namun jika stresnya terus menerus itu sudah beda lagi."
dr. Eleonora Mitaning Christy, M.Gizi, Sp.GK melanjutkan selain hormon epinefrin, stres juga akan melepaskan hormon yang namanya kortisol atau hormon stres.
Hormon kortisol inilah yang dapat meningkatkan nafsu makan pasa seseorang tersebut.
Bagaimana kortisol bisa meningkatkan nafsu makan?
Menurut dr. Eleonora Mitaning Christy, M.Gizi, Sp.GK hormon kortisol yang tinggi yang terdapat dalam sirkulasi darah dapat menstimulasi hormon lapar yang ada di lambung.
Hormon lapar tersebut bernama hormon ghrelin. Hormon ghrelin kemudian akan memberikan sinyal ke otak bahwa seseorang tersebut merasa lapar.
Akhirnya hal tersebutlah yang memicu seseorang untuk makan lebih banyak daripada biasanya, karena hormon yang meningkat saat stres cukup banyak.
Hormon kortisol yang tinggi selain memicu rasa lapar, hormon tersebut juga dapat menurunkan sensitifitas otak terhadap hormon kenyang yang bernama hormon leptin.
Baca juga: dr. Eleonora Mitaning C, M.Gizi, Sp.GK Sebut Tubuh Membutuhkan Lemak Jenuh dan Lemak Tidak Jenuh
Ketika tubuh mengkonsumsi makanan yang cukup banyak dan merasa kenyang, hormon leptin akan memberikan sinyal ke otak berupa rasa kenyang.
Namun karena adanya kortisol saat stres, hormon leptin ini menjadi tidak sensitif.
"Jadi meskipun sudah kenyang, leptin tidak mengirimkan sinyal ke otak. Kondisi inilah yang meningkatkan makan terus-menerus," jelas dr. Eleonora.
"Kortisol ini juga bisa meningkatkan preferensi kita pada comfort food atau makanan yang membuat kita nyaman."
"Biasanya comfort food ini adalah makanan tinggi gula, tinggi kalori, dan tinggi lemak. Dan juga bisa memicu over eating," lanjut dr. Eleonora.
Namun mekanisme stres ini tidak sama pada setiap orang, artinya ketika stres tidak semua orang dapat melampiaskan ke makanan.
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Eleonora Mitaning Christy, M.Gizi, Sp.GK dalam tayangan YouTube Tribun Jatim Official pada 15 Maret 2021.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma)