TRIBUNHEALTH.COM - Pada dunia kesehatan, radioaktif dimanfaatkan untuk mendeteksi suatu penyakit.
Radioaktif tersebut diberikan kepada pasien dengan cara disuntik atau diminum secara langsung dalam bentuk pil.
Cara ini diketahui sangat aman dan tidak menimbulkan efek samping.
Baca juga: Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar, S.Gz Sebut Penyebab Pasien Covid-19 Berisiko Alami Gizi Kurang
Sehingga semua kalangan usia bisa melakukan pemeriksaan radioaktif. Tak terkecuali pada bayi yang baru lahir.
Hal tersebut diungkapkan oleh dr. As'ari As'ad SpKN-TM.
"Anak baru lahir pun sangat aman bila diberikan pemeriksaan radiaoktif, seperti umur satu hari atau 5 hari," ujarnya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube TribunTimur.

Pemeriksaan radioaktif bisa dilakukan pada bayi yang dicurigai memiliki kondisi hipertiroid.
Baca juga: Katarak Bisa Terjadi pada Bayi, Ini Penjelasan dr. Ahmad Ashraf Amalius, MPH, Sp.M(K), M.Kes
Terapi Radioaktif
Ilmu kedokteran nuklir dapat mendeteksi berbagai penyakit.
Profesi ini masih sangat terbatas di Indonesia.
Meski demikian, ilmu ini dapat memberikan suatu metode penyembuhan melalui terapi.
Baca juga: Apa Hubungan Malnutrisi dengan Penyakit Paru? Simak Jawaban dr. Edward Pandu Wiriansya Sp. P(K)

Baca juga: Kenali Gejala Penyakit Virus Zika, Bisa Sebabkan Mikrosepali pada Bayi jika Menginfeksi Ibu Hamil
Terlebih pada pasien dengan kondisi kanker tiroid.
"Meskipun terapi ini belum berkembang seperti di luar negri, namun kita juga bisa melakukan terapi."
"Terapi yang menggunakan radioaktif ini sangat terbatas. Terkhusus pada pasien penderita kanker tiroid," ungkap As'ari.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Sakit pada Gigi Geraham? Ini Kata Dr. drg. Eddy Heriyanto Habar, Sp. Ort(K)
Baca juga: Apakah Suntikkan Radioaktif yang Masuk pada Tubuh Berbahaya? Ini Tanggapan dr. Asari Asad SpKN-TM
Penjelasan Dokter spesialis kedokteran nuklir, dr. As'ari As'ad SpKN-TM. ini dikutip dari tayangan YouTube TribunTimur, 13 Agustus 2020.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)