TRIBUNHEALTH.COM - Hipotiroidisme merupakan kondisi kesehatan ketika kelenjar tiroid tak mampu memproduksi cukup hormon tiroksin.
Sebagian besar kasus disebabkan oleh sistem kekebalan yang menyerang kelenjar tiroid dan merusaknya.
Namun, hipotiroidisme juga bisa dipicu penggunaan obat atau perawatan kelenjar tiroid sebelumnya.
Gejala hipotiroidisme sulit diketahui.
Pasalnya penyakit ini memiliki gejala yang mirip dengan penyakit lainnya.
Baca juga: Hipotiroidisme Bisa Diobati dengan Levothyroxine, Apakah Orang Tanpa Gejala juga Perlu?
Baca juga: Penyebab Gangguan Hipotiroidisme, Masalah Kekebalan Tubuh hingga Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Dilansir TribunHealth.com dari laman resmi NHS, berikut ini rinciannya.
- Kelelahan
- Sensitif terhadap dingin
- Penambahan berat badan
- Sembelit
- Depresi
- Gerakan dan pikiran lambat
- Nyeri otot dan kelemahan
- Kram otot
- Kulit kering dan bersisik
- Rambut dan kuku rapuh
- Hilangnya libido (gairah seks)
Baca juga: dr. Hervi Wiranti, Sp.OG Paparkan Gejala Kista Ovarium, Salah Satunya Nyeri saat Berhubungan Seksual
Baca juga: Apakah Pola Hidup Bisa Mempertahankan Libido Seseorang? Simak Ulasan Dokter Berikut Ini
Rasa sakit, mati rasa dan sensasi kesemutan di tangan dan jari (sindrom terowongan karpal)
Menstruasi yang tidak teratur atau menstruasi yang berat
Orang tua dengan tiroid yang kurang aktif dapat mengembangkan masalah memori dan depresi.
Anak-anak mungkin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat.
Sementara pada remaja mungkin mulai pubertas lebih awal dari biasanya.
Perawatan
Baca juga: Mengenal Gangguan Tiroid yang Penting untuk Diketahui dari dr. Indra Wijaya Sp.PD
Baca juga: Deteksi Dini Gangguan Pada Kelenjar Tiroid
Perawatan untuk hipotiroidisme melibatkan penggunaan tablet pengganti hormon setiap hari, yang disebut levothyroxine, untuk meningkatkan kadar tiroksin.
Awalnya pasien akan menjalani tes darah secara teratur sampai dosis levothyroxine yang tepat tercapai.
Ini bisa memakan waktu beberapa saat untuk mendapatkan kadar yang sesuai.
Setelah pasien mendapat dosis yang tepat, biasanya akan menjalani tes darah setahun sekali untuk memantau kadar hormon.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)