Breaking News:

Apakah di Antara Obat Penyitas Covid-19 Bisa Membawa Dampak yang Fatal ketika Diberikan?

Pada seseorang yang memiliki imun lemah dan memiliki komorbid (penyait penyerta) saat pandemi sepeerti ini haruslah meningkatkan kesehatan.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Ekarista Rahmawati
kompas.com
ilustrasi obat penyitas covid-19 

TRIBUNHEALTH.COM - Perlunya memahami covid dan terapinya.

Pada penyitas covid-19 dengan kondisi ringan-sedang, hanya mendapatkan vitamin-vitmanin.

Hanya multivitamin, yang utama adalah vitamin C, vitamin D, vitamin E, mineral, dan zinc.

Vitamin tidak berinteraksi secara negatif karena vitamin akan mendukung dalam meningkatkan sistem imun pasien.

Misalnya mengalami gejala demam, batuk atau pilek maka bisa menggunakan obat yang bersifat mengurangi gejala.

Apabila demam, diberikan obat penurun panas.

Mengalami pilek diberikan obat flu.

ilustrasi obat penyitas covid-19
ilustrasi obat penyitas covid-19 (kompas.com)

Baca juga: dr. Hervi Wiranti, Sp.OG Paparkan Gejala Kista Ovarium, Salah Satunya Nyeri saat Berhubungan Seksual

Tidak semua obat yang digunakan bersama akan berinteraksi.

Kadang-kadang obat melakukan tugas masing-masing tanpa saling mempengaruhi.

Penyitas covid-19 bergejala sedang akan ditambahkan dengan anti virus.

2 dari 3 halaman

Anti virus yang biasanya diberikan adalah Oseltamivir, dan Favipiravir.

Obat-obat tersebut tidak ada interaksi signifikan dengan obat lain seperti vitamin atau obat-obat penghilang gejala.

Tidak ada interaksi obat pada pasien covid-19 hingga mematikan.

Apalagi pemakaian obat tersebut relatif singkat, anti virus pemakaian hanya berkisar 5 hari.

Baca juga: Tips NHS Atasi Disfungsi Ereksi, Berhenti Merokok hingga Kurangi Stres dan Kecemasan

Pada penyitas covid dengan gejala berat, obat lebih complicated.

Terkadang penyitas covid bergejala berat mengalami peradangan paru, sehingga diberikan obat anti radang golongan steroid.

Bahkan terkadang terjadi pembekuan darah, maka harus diberikan obat pengencer darah.

Mungkin ada gangguan-gangguan lain.

Misalnya pasien yang sudah memiliki komorbid seperti diabetes, maka harus dikontrol.

Memang ada kemungkinan seorang pasien dengan kondisi berat dan memiliki komorbid akan mendapatkan banyak obat.

Baca juga: Jubir Satgas Covid-19 Ungkap Testing dapat Menekan Angka Transmisi Virus Covid-19

3 dari 3 halaman

Tidak ada interaksi obat yang fatal dan berakibat buruk, karena sudah dipertimbangkan .

Kadang terdapat obat yang berefek samping mirip dan dikonsumsi bersamaan maka tidak disarankan.

Semua kejadian harus dilihat dari kasus, arena respon seseorang terhadap obat bisa berbeda.

Walaupun obat sama, tetapi respon berbeda.

Ini disampaikan pada channel YouTube Tribunnews.com, dan disampaikan oleh Prof. Dr. Apt. Zullies Ikawati. Guru besar farmakologi dan farmasi klinik Fakultas Farmasi UGM. Rabu (14/7/2021)

(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comCovid-19Obat Covid-19Prof. Dr. Apt. Zullies Ikawati
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved