TRIBUNHEALTH.COM - Tipe kepribadian merupakan salah satu topik yang sering dibicarakan.
Bahasan ini sering dibicarakan oleh berbagai kalangan usia.
Banyak orang membahas topik ini hanya untuk mengetahui tipe kepribadian yang dimiliki.
Psikolog Malahayati Octa Reni Setiawati menjelaskan, bahwa tipe kepribadian merupakan suatu gambaran dari dalam diri seseorang.
Baca juga: Bagaimana Mengatasi Stres Belajar di Rumah yang Tidak Kondusif, Pak? Begini Jawaban Ahli Psikolog
Baca juga: Psikolog Jelaskan Perbedaan Tipe Kepribadian Introvert dan Extrovert, Simak Berikut Ini
Baca juga: Memahami Definisi Tipe Kepribadian dari Psikolog
Selain itu tipe kepribadian dapat menggambarkan keunikan seseorang.
Namun tahukah Anda faktor apa saja yang membentuk tipe kepribadian seseorang?
Dikutip Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video, Malahayati bersedia menjelaskan.
Menurutnya, terdapat dua faktor yang membentuk tipe kepribadian seseorang.
Yaitu berasal dari faktor genetik dan lingkungan.
Pada faktor genetik, dipengaruhi oleh postur tubuh.

Baca juga: Benarkah Stres Mempengaruhi Daya Tahan Tubuh, Pak? Begini Penjelasan Ahli Psikolog
Malahayati mengungkapkan,kebanyakan masyarakat Asia khususnya Indonesia memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi.
Hal tersebut berpengaruh terhadap karakter masyarakat yang gesit.
"Rata-rata tinggi masyarakat Indonesia 160 tidak mencapai 180."
"Orang-orang yang memiliki tinggi badan yang tidka terlalu tinggi, biasanya jalannya jadi cepat."
"Jadi punya kepribadian yang gesit karena dia haryus mengejar langkah orang lain," terang Malahayati.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan selain genetik terdapat faktor lingkungan yang dapat membentuk tipe kepribadian seseorang.
Menurut penuturannya, lingkungan pertama yang membentuk tipe kepribadian seseorang adalah keluarga atau rumah.

"Jadi lingkungan dari rumah itu bisa berasal dari pola asuh."
"Ketika seseorang anak yang terbentuk dari keluarga yang tidak terbiasa berbagi, memaafkan dan mendengarkan."
"Maka terdapat kecenderungan anak tersebut tidak cerewet, tidak mudah bertanya atau tertutup jadinya," ungkap Malahayati.
Berbanding terbalik, bila anak berada di antara keluarga yang memiliki komunikasi yang bagus, maka anak akan terbiasa mengungkapkan pendapatnya.
Selain itu anak juga mudah bergaul dengan lingkungan sosialnya.
Penjelasan ini dikutip dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video,
Baca juga: Tidak Percaya Diri Membuat Saya Pusing, Apa yang Harus Saya Lakukan? Begini Penjelasan Ahli Psikolog
Baca juga: Bagaimana Mengatasi Anak Sembuh dari Trauma Kekerasan? Ini Penjelasan Psikolog
Baca juga: Apa Saja Dampak Psikologis bagi Anak yang Sering Mendapatkan Kekerasan? Begini Tanggapan Psikolog
14 Juni 2020.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)