TRIBUNHEALTH.COM - Penggunaan vaksin COVID-19 tidak hanya dari 2 jenis saja.
Namun ada beberapa jenis vaksin yang digunakan di Indonesia yakni Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Bio Farma.
Dilansir oleh Tribunhealth.com penjelasan Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS, dr. Tonang D, SpPK, PhD dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Panggung Demokrasi edisi 17 Maret 2021 tentang meminimalisir efek samping vaksinasi COVID-19.
Baca juga: Makanan Bisa Pengaruhi Hipertensi, Dokter Jelaskan Menu yang Harus Dihindari dan Diperbanyak
Baca juga: Dokter Jelaskan Cara Cek Tensi Darah yang Benar, Bisa Dilakukan Mandiri di Rumah
Vaksin tersebut sudah melewati BPOM untuk pengujian dan pengolahan data izinnya.
Vaksin ini aman dipakai dan memiliki manfaat jauh melebihi risikonya.
Setiap BPOM mengeluarkan izin selalu ada keterangan bahwa ada apa saja yang ditemukan dalam uji klinik.

Seperti efek samping yang akan terjadi.
Misalnya nyeri, adanya kemerahan, terjadi demam dan hal lainnya.
Jika orang mengatakan vaksin aman, maka aman yang dikatakan jika pada uji klinik tidak ada efek samping yang serius.
Bukan berarti tidak ada, ada efek samping namun tidak serius.
Sudah ada keterangan berapa persen terjadinya nyeri, demam, ataupun gejala lainnya.
Dibuktikan bahwa angka kejadian yang diberi vaksin dan tidak diberi vaksin berimbang.
Hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara kelompok yang diberi vaksin dan kelompok yang tidak diberi vaksin.
Apabila ada yang terjadi demam setelah di vaksinasi dan terjadi demam pada orang yang tidak di vaksin demamnya lebih ringan, selama dalam batas efek samping yang kategorinya ringan tidak masalah.
Tidak hanya suntik vaksin, suntik apapun yang disuntikan pada manusia selalu terjadi risiko syok anafilaktik.
Hanya memang kejadian ini langka.
Baca juga: Penderita Hipertensi Tak Boleh Konsumsi Garam Berlebih, Bagaimana dengan Garam Rendah Natrium Dok?
Baca juga: Jelaskan Prevalensi Hipertensi, Dokter: Satu dari Tiga Orang Indonesia Menderita Darah Tinggi
Dalam artian kita tidak pernah tahu siapa saja yang akan terkena.
Maka dari itulah mengapa, saat akan disuntik apapun itu harus siap terjadi risiko.
Tempat dilakukannya vaksinasi COVID-19 harus memiliki alat yang bertujuan untuk menangani syok anafilaktik.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk vaksinasi COVID-19.
Bahkan obat yang dikonsumsi secara oral juga dapat menyebabkan syok anafilaktik.
Penjelasan Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS, dr. Tonang D, SpPK, PhD dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Panggung Demokrasi edisi 17 Maret 2021.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.