TRIBUNHEALTH.COM - Praktisi kesehatan tidur, dr Andreas Prasaja, berbicara soal gangguan tidur insomnia.
dr Andreas menjelaskan insomnia adalah suatu gejala, bukan sebuah penyakit akhir.
"Sama seperti demam. Demam itu kan masih gejala," ungkapnya dalam program Sapa Dokter Kompas TV, dikutip TribunHealth.com.
Jadi, dari sebuah gejala susah tidur, ada banyak kemungkinan diagnosisnya.
Dia kemudian mencontohkan beberapa orang yang memang membatasi tidur karena suatu alasan, misalnya pekerjaan.
Masalah tersebut akan menyebabkan gangguan tidur berupa kantuk yang luar biasa pada siang harinya.
Baca juga: Alami Insomnia? Ini 8 Tips untuk Mengatasinya
Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Ini 2 Penyebab Insomnia yang Tidak Disadari

Dalam forum yang sama, dia juga menjelaskan kebiasaan mendengkur saat tidur.
dr Andreas mengatakan kebiasaan ini termasuk berbahaya.
Bahkan mendengkur lebih berbahaya untuk jantung jika dibandingkan kolesterol tinggi, kegemukan, ataupun merokok.
"Masalah mendengkur, buat kami di kedokteran tidur tidak penting suaranya," papar dr Andreas dikutip TribunHealth.com.
"Yang terutama penting adalah gangguan napasnya," papar dr Andreas.
Baca juga: Dokter Jelaskan Dampak Kurang Tidur, Lebih Berisiko Terkena Kanker Payudara dan Masalah Prostat
Baca juga: Apakah Ada Hubungannya Hipertensi dan Sulit Tidur di Bulan Puasa? Ini Penjelasan Dokter

Gangguan napas yang dimaksud adalah sleep apnea atau henti napas saat tidur.
Dengkuran yang disertai henti napas inilah yang disebutnya berbahaya.
Pasalnya, hal itu menandakan adanya sumbatan pada jalur pernapasan.
"Jadi seolah-olah dalam tidur dia tercekik."
Hal ini membuat penderita sleep apne terbangun dari tidur tanpa terjaga.
Kemudian dia akan kembali tidur dan terus mengalami hal yang sama sepanjang malam.
"Sekarang bayangkan jika sepanjang malam, berulang kali terbangun-bangun tanpa sadar, siklus tidur kan menjadi terpotong-potong."
"Ini di siang hari akibatnya hipersomnia, ngantuk yang berlebihan," tandasnya.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)