Breaking News:

Ketahui Bahaya Delirium, Gejala Baru Penderita COVID-19

Delirium atau gangguan kesadaran ini bukan merupakan suatu gejala baru dan sudah lama. Akan tetapi memang tidak menonjol.

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi | Editor: Ekarista Rahmawati
m.tribunnews.com
Ilustrasi gejala delirium 

TRIBUNHEALTH.COM - Delirium atau gangguan kesadaran ini bukan merupakan suatu gejala baru dan sudah lama.

Akan tetapi memang tidak menonjol.

Yang menonjol selama ini kan deman dan gangguan respirasi seperti batuk dan sesak.

Kondisi ini dapat terjadi karena 2 hal.

Baca juga: Tanaman Herbal Dapat Meningkatkan Imunitas, Simak Penjelasannya

Baca juga: Berpuasa Dapat Meminimalisir Aktivitas Merokok, Sehingga Dapat Mengurangi Efek Sampingnya

Yang pertama, virus ini menimbulkan kerusakan di paru.

Sehingga terjadi kekurangan oksigen karena pertukaran udara juga terganggu.

Sehingga darah yang beredar di dalam tubuh adalah darah yang kekurangan oksigen.

Ilustrasi penderita delirium
Ilustrasi penderita delirium (tribunnewswiki.com)

Darah yang kekurangan oksigen ini terus dipompakan oleh jantung keseluruh tubuh.

Sehingga organ-organ di dalam tubuh juga kekurangan oksigen termasuk otak.

Jika otak kekurangan oksigen akan terjadi pelebaran pembuluh darah dan terjadi pembengkakan.

2 dari 3 halaman

Kemudian terjadi kerusakan-kerusakan saraf.

Kondisi inilah yang menyebabkan pernurunan kesadaran.

Baca juga: Sudah Tahukah Anda, Mengonsumsi Gula Berlebih Dapat Mempercepat Penuaan Dini?

Baca juga: Kenali Gejala Hemofilia Agar Waspada Terhadap Kelainan Langka Pada Darah

Seperti kurangnya konsentrasi, lemah, mengantuk, mood swing, dan kurang aktifnya seseorang.

Dan ada satu mekanisme yakni virus dapat menyerang otak.

Virus penyebab COVID-19 tidak hanya menyerang paru tapi juga menyerang saluran respirasi dan saluran cerna serta organ lain termasuk otak.

Penyebab utama penyakit ini adalah kurangnya oksigen atau kadar darah.

Ilustrasi mutasi virus corona yang harus diwaspadai
Ilustrasi mutasi virus corona yang harus diwaspadai (jatim.tribunnews.com)

Karena kerusakan neuron sehingga tidak ada sinyal kepada otak yang menyampaikan bahwa darah kekurangan oksigen.

Sehingga pasien tidak merasa sesak, tetapi merasa lemah.

Otopsi yang dilakukan oleh para ahli pada pasien yang meninggal menemukan bahwa terjadi kerusakan di otak kecil maupun otak besar.

Sedikit banyaknya kondisi ini ada hubungannya dengan hipoksemia, hipoksia, happy hypoxia, dan juga kelainan-kelainan sistem saraf pusat ini yang disebut delirium atau gangguan kesadaran.

3 dari 3 halaman

Reseptor tempat virus berikatan adalah di saluran nafas dan saluran cerna.

Namun ternyata juga terdapat dalam organ lain namun dalam jumlah yang sedikit.

Baca juga: Sudah Tahukah Anda Bagaimana Konsep Scaling Pada Gigi? Jangan Takut, Begini Konsepnya

Baca juga: Tahukah Anda Jika Merokok Dapat Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Gusi? Simak Penjelasan Berikut

Virus tersebut juga dapat menembus saluran otak.

Gejala yang patut diwaspadai terutama pada orang tua diatas 65 tahun atau orang-orang dengan komorbid.

Atau pada orang-orang yang mengonsumsi antipsikotik.

Maka orang-orang tersebut harus diwaspadai.

Delirium dapat menyerang semua orang, namun terutama pada orang-orang lanjut usia yang terjadi banyak faktor degeneratif.

Penjelasan Dokter Paru, dr. Erlina Burhan dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Sapa Indonesia Akhir Pekan edisi 12 Desember 2020.

(TribunHealth.com/Dhiyanti)

Berita lain tentang COVID-19 ada di sini.

Selanjutnya
Tags:
dr. Wiwien Heru WiyonoCovid-19DeliriumGejala Covid-19
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved