TRIBUNHEALTH.COM - Dokter filsuf dan ahli gizi komunitas, dr Tan Shot Yen, mengingatkan ada masalah kesehatan yang mengintai di balik lezatnya makanan dalam kemasan.
Hal itu ia sampaikan dalam program Malam Minggu Sehat yang tayang di Kanal YouTube Tribunnews.com.
Satu di antara yang disorot dr Tan adalah masalah kadar natrium dalam salah satu makanan ultra proses, yakni mie instan.
Dokter Tan mengingatkan, kendati produsen mengklaim tanpa bahan pengawet, konsumen tetap harus hati-hati.
Biasanya produk tersebut menggunakan gula, garam, atau minyak dalam jumlah banyak sebagai pengawet alami.
"Nah kita mulai bahas satu per satu, mulai dari natrium. Nah apa sih garam itu?"
Baca juga: Siapa Sangka, di Balik Rasa yang Enak, Makanan Ultra Proses Ternyata Punya Sifat Adiktif
Baca juga: Masih Percaya Ada Makanan yang Bikin Darah Rendah? Dokter Ahli Gizi Jelaskan Itu Hanya Mitos

dr Tan menjelaskan natrium terdapat dalam berbagai jenis makanan, bukan hanya garam dapur saja.
Bahkan, kandungan natrium juga ada di buah matoa.
"Natrium juga ada dalam daging. Terutama ada di makanan laut, karena mereka tinggal di laut."
"Bahkan rumput laut tanpa harus digaramin, itu natriumnya udah tinggi."
"Nah yang repot kalau berasal dari makanan kemasan," tandas dr Tan.
Satu di antara produknya adalah kecap.
"Ada biskuit, ada mie instan," dr Tan menambahkan contohnya.
Baca juga: Mengenal Sederet Penyebab Hipotensi, Termasuk Penggunaan Obat Penyakit Jantung

Bahkan, ia menyebut kandungan garam dalam sebuah mie instan bisa mencapai 800 hingga 1000 mg.
"Bahkan dalam mie instannya sendiri sudah ada garam, apa lagi ditambah bumbunya."
Angka itu jauh lebih tinggi dibanding dengan standar yang ada di Amerika Serikat.
Di sana, suatu makanan kemasan kadar garamnya tak lebih dari 5 persen kebutuhan garam total dalam sehari.
Jadi, makanan kemasan hanya memiliki sekitar 100 mg.
"Kalau saya hitung, mie instan anda itu 43 sampai 50 persen (dari batas konsumsi garam dalam sehari), tandas dr Tan.
Apa yang disebut dengan makanan ultra proses?

Diberitakan sebelumnya, dr Tan Shot Yen memberi penjelasan terkait makanan ultra proses.
Pertama, dr Tan mengawali dari pengertian makanan kemasan atau ultra proses itu sendiri.
"Belakangan ini kita kenal yang namanya makanan kemasan. Nah kalau di Barat, mereka itu lebih senang mengggunakan istilah ultra proses," jelas dr Tan dalam program Malam Minggu Sehat Tribunnews.com.
"Ultra proses itu sebetulnya adalah suatu cara untuk memproduksi makanan, tetapi dengan melakukan intervensi yang banyak sekali."
Baca juga: Berikut Ini Ruang Lingkup Dokter Gigi Spesialis Periodonsia, Bisa Ambil Tindakan Bedah dan Nonbedah
"Dan salah satunya yang memprihatinkan adalah penambahan gula, garam, lemak, dan juga dengan penambahan zat-zat tertentu, yang membuat makanan ini enak secara cita rasa, enak dipandang, dan awet, bertahan di rak supermarket berbulan-bulan."
"Tolong diingat kita pasti memproses makanan kita. Dapur, masak, itu proses. Tapi kalau ultra proses, istilahnya makanan yang diproses kebangetan."
"Sehingga roti yang kita produksi di rumah, kita ngga bisa mengatakan itu ultraproses."
Dokter Tan memberi contoh ketika memasak mie atau roti sendiri, maka maksimal bisa bertahan sekitar dua hari.
Baca juga: Tak Perlu Konsumsi Produk Tertentu, 5 Organ Tubuh Ini Sudah Lakukan Detoksifikasi Otomatis
Sementara produk olahan ultra proses bisa bertahan jauh lebih lama.
Pasalnya, sudah ada pengawet dalam makanan tersebut.
"Nah, bayangkan jika ini dikonsumsi anak-anak kecil. Ini akan menjadi ancaman besar"
Namun perlu digarisbawahi, makanan ultra proses tetap berbahaya bagi orang dewasa sekali pun.
Selain itu, makanan ultra proses memiliki sifat adiktif.
"Karena memang diciptakan untuk menciptakan kecanduan."
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)