TRIBUNHEALTH.COM - Mungkin sebagian besar sobat sehat masih asing dengan istilah batuk rejan lantaran yang umum dialami oleh sebagian besar masyarakat adalah penyakit batuk dan pilek.
Perlu menjadi informasi, batuk rejan atau pertusis adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
Ini adalah penyakit yang sangat menular dan dapat sangat serius, terutama pada anak-anak di bawah usia 2 tahun.
Batuk rejan biasanya dimulai dengan gejala yang mirip dengan flu, seperti hidung tersumbat, batuk ringan, dan demam rendah.
Setelah beberapa minggu, batuk akan menjadi lebih parah dan muncul dalam serangan yang kuat.
Baca juga: Makanlah Udang Beserta Kulitnya! dr. Zaidul Akbar Ungkap Sederet Manfaatnya
Batuk ini sering disertai dengan suara tarikan nafas tinggi yang khas dan berulang-ulang yang disebut "whooping" (dalam bahasa Indonesia disebut tarikan nafas tinggi yang khas).
Meskipun vaksinasi telah berhasil mengurangi jumlah kasus batuk rejan secara signifikan di banyak negara, penyakit ini masih bisa terjadi, terutama pada individu yang belum divaksinasi atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Batuk rejan dapat menyebar melalui droplet pernapasan saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Ini sangat menular, dan satu orang yang terinfeksi dapat menularkan penyakit kepada banyak orang di sekitarnya.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar Beri Saran untuk Penderita Vitiligo: Perbaiki Pencernaan Dulu
Gejala batuk rejan
Melansir dari laman ayosehat.kemkes.go.id, gejala batuk rejan biasanya berlangsung selama 6 minggu dan terbagi menjadi 3 fase, yakni fase catarrhal (fase awal), fase paroksismal, dan fase konvalescens (fase penyembuhan), yang masing-masing dapat berlangsung selama setidaknya 1–2 minggu.
Adapun gejala batuk rejan fase catarrhal, yakni:
- hidung tersumbat,
- pilek,
- bersin,
- mata merah,
- demam.
Baca juga: Kenali Virus Nipah dan Gejalanya, Penting untuk Lakukan Upaya Pencegahan Sebagai Perlindungan Diri
Gejala batuk rejan ffase paroksismal ditandai dengan:
- batuk yang terus-menerus diiringi suara tarikan nafas yang khas,
- batuk lebih sering pada malam hari,
- mata yang tampak merah,
- kulit kebiruan,
- kesulitan bernapas,
- batuk terus-menerus,
- dahak disertai muntah.
Sementara gejala batuk rejan fase konvalesens ditandai dengan batuk berkepanjangan yang perlahan-lahan mulai mereda, tetapi bisa bertahan selama beberapa minggu.
Jika tidak ditangani, batuk rejan bisa menyebabkan komplikasi, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun.
Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah dehidrasi, kesulitan bernapas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi paru-paru), kejang, gangguan ginjal, dan kurangnya pasokan oksigen ke otak.
Baca juga: Cegah Stroke dengan Mengelola Komorbid dan Stres
Untuk mencegah komplikasi tersebut, seseorang yang diduga menderita batuk rejan disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Pengobatan batuk rejan
Tujuan pengobatan batuk rejan adalah untuk membatasi atau meminimalkan fase paroksismal, mengatasi keluhan batuk yang mengganggu, serta memaksimalkan asupan nutrisi, istirahat, dan proses penyembuhan.
Pengobatan batuk rejan bisa melibatkan penggunaan obat antimikroba atau antibiotik untuk mempercepat pemusnahan bakteri penyebab dan mencegah penyebaran penyakit.
Selain itu, pengobatan juga bisa diberikan untuk mengatasi gejala batuk, pilek, atau demam yang muncul.
Namun, penggunaan obat harus sesuai dengan indikasi dan resep dari dokter.
Seseorang yang menderita batuk rejan disarankan untuk beristirahat cukup, memastikan asupan cairan tubuh cukup, dan yang terpenting adalah berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: 5 Kebiasaan Tak Disadari Ibu Hamil yang Dapat Memicu Kaki Bengkak
Pemeriksaan oleh dokter dilakukan melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik langsung untuk menentukan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Pencegahan batuk rejan
Pencegahan adalah langkah terbaik dalam menghadapi batuk rejan.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran dan infeksi batuk rejan:
1. Imunisasi
Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) adalah cara paling efektif untuk mencegah batuk rejan.
Imunisasi ini biasanya diberikan pada bayi usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.
Selanjutnya, imunisasi booster diberikan pada usia 15-18 bulan dan 4-6 tahun.
Imunisasi ini sangat penting untuk melindungi anak-anak dari risiko batuk rejan dan komplikasinya.
Baca juga: Pahami Penyebab Kaki Bengkak Pada Ibu Hamil, Dokter Sebut Sering Terjadi di Trimester 2 atau 3
2. Praktek Higienis
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan dapat membantu mencegah penyebaran batuk rejan.
Ini termasuk mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, dan membuang tisu yang telah digunakan dengan benar.
3. Isolasi
Jika seseorang didiagnosis dengan batuk rejan, mereka harus diisolasi sampai mereka tidak lagi menular.
Ini biasanya berarti sampai mereka telah menyelesaikan siklus pengobatan antibiotik penuh.
4. Pemeriksaan Rutin
Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 2 tahun, harus menjalani pemeriksaan kesehatan rutin untuk memastikan mereka tidak terinfeksi batuk rejan.
Jika gejala batuk rejan muncul, segera konsultasikan dengan dokter.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, risiko terkena batuk rejan dapat dikurangi.
Baca juga: HEBOH Belasan Siswa SD di Situbondo Sayat Tangan, Polisi Razia Pedagang Mainan di Depan Sekolah
Komplikasi batuk rejan
Batuk rejan, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun.
Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Dehidrasi
Batuk yang berkepanjangan dan hebat dapat menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh.
Ini terjadi karena tubuh kehilangan lebih banyak cairan melalui keringat dan pernapasan daripada yang dikonsumsi atau diserap.
2. Kesulitan Bernapas
Batuk rejan dapat menyebabkan kesulitan bernapas, terutama pada anak-anak.
Ini terjadi karena batuk yang berkepanjangan dan hebat dapat mengganggu pola pernapasan normal.
Baca juga: Klik 40 Link Twibbon Ini untuk Rayakan HUT TNI ke-78 5 Oktober 2023, Yuk Bagikan ke Media Sosial!
3. Penurunan Berat Badan
Batuk rejan dapat menyebabkan penurunan berat badan karena kehilangan nafsu makan dan peningkatan kalori yang dibakar oleh tubuh selama periode batuk yang berkepanjangan.
4. Pneumonia
Batuk rejan dapat meningkatkan risiko pneumonia, yaitu infeksi yang menyebabkan peradangan pada satu atau kedua paru-paru.
5. Kejang
Dalam beberapa kasus, batuk rejan dapat menyebabkan kejang, yaitu kontraksi otot yang tiba-tiba dan tidak terkontrol.
6. Gangguan Ginjal
Batuk rejan dapat menyebabkan gangguan ginjal, terutama jika dehidrasi berat terjadi.
Baca juga: Ibu Menyusui Harus Coba Minuman Herbal yang Dibagikan dr. Zaidul Akbar Agar ASI Melimpah
7. Hipoksia
Batuk rejan dapat menyebabkan hipoksia, yaitu kondisi di mana pasokan oksigen ke otak atau bagian lain dari tubuh berkurang.
Ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan segera.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
(Tribunhealth.com)
Baca berita lainnya di sini.