TRIBUNHEALTH.COM - Belakangan ini vasektomi yang merupakan pilihan kontrasepsi bagi pria sedang ramai diperbincangkan.
Vasektomi yang memiliki sebutan lain Metode Operasi Pria (MOP) merupakan prosedur bedah yang dilakukan dengan memutuskan jalur yang dilewati sperma dari testis (buah zakar) menuju ke cairan yang dikeluarkan saat laki-laki ejakuliasi atau disebut juga dengan air mani sehingga kehamilan dapat dicegah.
Kontrasepsi satu ini memiliki tingkat komplikasi yang cenderung lebih kecil dan tidak membutuhkan banyak waktu untuk pemulihannya.
Selain itu vasektomi juga sangat efektif untuk mencegah kehamilan.
Baca juga: 6 Menu Makan untuk Optimalkan Tumbuh Kembang Anak, Ajarkan Anak agar Mau Makan Ikan

Pertanyaan:
Dokter, bagaimana prosedur vasektomi dilakukan dan seberapa besar tingkat keberhasilannya?
Raka, Solo.
Jawaban Dokter Spesialis Bedah Urologi
dr. Ardy Santoso, Sp.BU yang merupakan Dokter Spesialis Bedah Urologi SMC RS Telogo Rejo menjawab.
Seperti KB pada wanita, Vasektomi juga ada syarat-syaratnya, diantaranya,
1. Hadir bersama pasangan
Harus dari pasangan suami istri yang sah dan harus hadir pada saat akadnya dibuktikan dengan akte pernikahannya
2. Anak terakhir minimal berusia dua tahun
Bukan tanpa sebab syarat ini wajib dilakukan, sebab anak dibawah dua tahun sangat rentan terhadap penyakit baik itu penyakit menular maupun terkena penyakit yang vital saat bermain di lingkungan yang tidak terawasi.
Jadi, syaratnya itu karena diatas 2 tahun dianggap sudah cukup aman untuk hidup lebih panjang.
Baca juga: 5 Manfaat Makan Belut untuk Ibu Hamil, Cegah Anemia hingga Dukung Tumbuh Kembang Janin
Tujuannya adalah walaupun vasektomi dapat disambung lagi, tetapi kita harapkan vesektomi itu permanen (tidak ingin punya anak lagi).
Tingkat keberhasilan vesektomi adalah hampir seratus persen (100 persen) tetapi untuk mencapai itu tidak serta-merta setelah vasektomi itu aman, harus tetap melakukan pemeriksaan analisa spermanya apakah masih ada sperma di dalam cairan air maninya.
Selama masih ada kandungan sperma di dalam air mani, masih harus menggunakan kontrasepsi yang lama seperti kondom, KB suntik, dll.
Jangan langsung di stop sampai kurang lebih 12 hingga 13 kali laki-laki mengeluarkan mani baru bisa dianggap steril meskipun juga untuk lebih amannya setelah 13 kali dicek dulu ke laboratorium untuk dianalisa sepermanya.

Jika masih mengandung sperma, berarti harus ditunda lagi hingga benar-benar tidak mengandung sperma sama sekali.
Namun, jika sudah tdak ada sperma lagi di dalam air mani maka sudah tidak dapat memiliki anak walaupun sering berhubungan.
Sebagai informasi, dr. Ardy Santoso, Sp.BU merupakan dokter spesialis bedah urolohogi yang berpraktek di SMC RS Telogo Rejo Semarang.
Dokter yang biasa disapa dengan panggilan Ardy ini aktif memberikan edukasi kesehatan reproduksi serta menjadi narasumber di Tribunhealth. (Tribunhealth.com)