TRIBUNHEALTH.COM - Bullying atau perundungan kerap terjadi di berbagai lingkungan, seperti rumah, sekolah, tempat kerja, area bermain, hingga komunitas sosial.
Korban perundungan dapat merasakan dampak yang beragam, baik secara mental, sosial, maupun fisik.
Fenomena ini banyak ditemukan pada anak-anak, sehingga perlu mendapat perhatian lebih agar dapat dicegah sejak dini.
Tindakan bullying dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, baik bagi korban maupun pelaku, seperti gangguan psikologis, masalah emosional, penurunan prestasi, hingga gangguan tidur.
Selain ke tenaga profesional, ajak juga anak untuk berbicara bukan mengintimidasi atau mengkritisi.

Baca juga: 5 Manfaat Konsumsi Serat untuk Mengelola Diabetes, Termasuk Mengontrol Gula Darah
Biasanya orangtua hanya menyuruh anak 'kamu hurus nurut sama saya', bedanya mengintimidasi anak dengan berbicara pada anak itu seperti apa?
Psikolog Anak Remaja dan Keluarga, Elina Raharisti Rufaidhah menyampaikan tanggapannya melalui tayangan YouTube TribunHealth mengenai perbedaan mengintimidasi dengan berbicara pada anak.
Seringkali kita jumpai orangtua yang masih mengintimidasi anak.
Perlu kita ketahui bedanya mengintimidasi dan mengkritisi anak.
Psikolog Elina menuturkan jika cara bicara orangtua harus terbuka dan empati.
Pastikan anak merasa didengar dan tidak dihakimi.
"Yang jelas itu cara bicaranya memang harus terbuka dan empati ya," kata psikolog Elina.
Baca juga: 4 Manfaat Matcha untuk Menjaga Gula Darah Tetap Stabil pada Diabetes
"Harus dipastikan anak merasa didengar, tidak dihakimi."
Menurut psikolog Elina, ajak bicara anak mengenai alasan kenapa melakukan bullying.
Sebaiknya orangtua mendengarkan penjelasan anak dan jangan dipotong.
"Kalau menurut saya, ajak bicara tentang alasan apa dia melakukan bullying. Dengarkan dulu, jangan dipotong," lanjutnya.
Lanjut, kata psikolog elina, orangtua juga perlu menatap mata anak atau melakukan eye contact, sehingga anak merasa didengarkan.
Ia menambahkan, sebaiknya orangtua tidak berekspresi marah, melainkan ekspresi bahwa anak anak bercerita.
"Kalau bisa, tatap. Jadi ada kontak mata untuk didengarkan."
"Dan seyogyanya ekspresinya bukan ekspresi marah, tapi ekspresi menerima bahwa kamu akan bercerita," smabungnya.
Baca juga: Langkah Tepat Orangtua Menghadapi Anak yang Menjadi Pelaku Bullying
Mengenal Bullying pada Anak

Banyak kasus bullying yang terjadi di lingkungan kita.
Bahkan, kasus ini pun banyak dialami oleh anak-anak.
Tentunya, kita perlu mengetahui tentang bullying pada anak.
Psikolog Elina menjelaskan, bullying merupakan perilaku agresif yang filakukan oleh satu anak atau sekelompok anak, terhadap anak lain.
Tujuan dari bullying tersebut seperti menyakiti, merendahkan bahkan mengintimidasi secara fisik, verbak, hingga emosional.
"Bullying itu perilaku agresif yang dilakukan oleh satu anak atau sekelompok anak, terhadap anak lain dengan tujuan menyakiti, merendahkan, atau mengintimidasi mereka secara fisik, verbal, atau emosional," ujar psikolog Elina.
Baca juga: Mengejek dan Ucapan, Apakah Sudah Termasuk Bullying? Psikolog Elina Beri Penjelasan
Kata psikolog Elina, bentuk pelecehan atau penindasan ini terjadi berulang kali.
Biasanya, bullying terjadi di lingkungan sekolah maupun tempat bermain.
"Bentuk penindasan atau pelecehan ini terjadi secara berulang kali."
"Biasanya memang dalam lingkungan sekolah atau tempat bermain." tandasnya
Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth.com bersama dengan , Elina Raharisti Rufaidhah, S.Psi., MA., Psikolog. Seorang Psikolog Anak Remaja dan Keluarga.
Cek artikel dan berita kesehatan lainnya di
(TribunHealth.com)