TRIBUNHEALTH.COM - Orang tua perlu mengajarkan anak untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman seusianya atau dengan orang lain.
Stimulasi melalui interaksi sosial bisa membantu anak mengembangkan empati, keterampilan komunikasi, dan pemahanan tentang emosi diri dan orang lain.
Ini merupakan bagian penting pada anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Membiasakan anak bersosialisasi sejak kecil dengan teman seusianya juga dapat membantu membentuk kepribadian pada anak.
Membahas mengenai sosialisasi dan komunikasi pada anak, terdapat pertanyaan yang diajukan kepada Dokter Spesialis Anak.
Baca juga: Tips Memilih Pasta Gigi untuk Anak-anak, Solusi Terbaik untuk Orang Tua yang Bingung

Pertanyaan:
Dokter, jika seorang anak tidak memiliki teman seusianya, apakah ini memengaruhi tumbuh kembang anak tersebut?
Santi, Karanganyar.
Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp.A Menjawab:
Sebetulnya namanya stimulasi itu bisa dilakukan oleh orang tuanya.
Misalnya masih bayi, saat menyusui dilihat anaknya sambil diajak ngobrol.
Lantas, apakah harus ada anak atau teman yang seusianya?
Nantinya ini bisa didapatkan saat anak sudah bisa berlari-larian.
Kita ajak anak tersebut ke playground, nantinya anak tersebut akan berbagi mainan dengan teman yang lain.
Baca juga: Dokter, Faktor Apa Saja yang Meningkatkan Terjadinya Muntaber pada Anak? dr. Olga Menjelaskan
Ada beberapa anak yang mungkin terlalu lama di rumah, di manja sama orang tuanya, dibeliin banyak mainan.
Anak ini terbiasa untuk main sendirian dan menganggap semuanya miliknya.
Ketika anak ini dipaparkan dengan anak-anak lain seusianya, ketika ia harus berbagi mainan dengan teman lainnya, anak ini bisa saja marah dan tidak suka berbagi.
Ini sebuah pendidikan, bahwa anak ini harus menahan emosinya.
Itulah pentingnya orang tua memaparkan atau mempertemukan dengan anak-anak lain seusianya.
Baca juga: 7 Sayuran Ini Sebaiknya Tidak Dimakan dalam Kondisi Mentah, Bisa Sebabkan Masalah Pencernaan
Memang untuk stimulasi awal paling penting adalah orang tua.
Bukan dari bayi harus dikumpulkan dengan anak-anak seusianya, tidak juga seperti itu.
Lebih ke bagaimana anak ini bisa berkomunikasi, bisa bersosialiasi, itu termasuk kemampuan personal sosial dan salah satu bentuk kecerdasan.
Karena cerdas itu tidak hanya pintar matematika saja, tidak hanya pintar bahasa saja, tapi juga harus pintar komunikasi, gerak, itu juga tipe kecerdasan.

Profil Dokter Spesialis Anak, dr. Aisya Fikritama, Sp.A
dr. Aisya Fikritama Aditya, Sp.A, merupakan Dokter Spesialis Anak yang kini berpraktik di RS UNS Sukoharjo dan Balai Kesehatan Masyarakat Ambarawa.
dr. Aisya menyelesaikan pendidikan SMA lewat program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta.
Tertarik dengan dunia kedokteran, dr. Aisya kemudian menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Di Universitas tersebut, dia menyelesaikan studi dokter umum dan melanjutkan pendidikan spesialis anak.
Selama masa studinya, ia aktif sebagai asisten dosen dan peneliti.
Pengalaman kerja dr. Aisya sangat beragam.
Baca juga: Profil dr. Aisya Fikritama Aditya, Sp.A, Dokter Spesialis Anak RS UNS Sukoharjo
dr. Aisya pernah bekerja sebagai dokter internship di RSUD Pandanarang Boyolali dan Puskesmas Boyolali II, kemudian berlanjut sebagai dokter umum di berbagai institusi termasuk Klinik Kimia Farma Adi Sucipto dan RS UNS.
Pada tahun 2023, ia pernah bekerja di RSU Asy Syifa Sambi Boyolali.
dr. Aisya kemudian bergabung dengan RS UNS Sukoharjo sebagai dokter spesialis anak, serta menjadi dosen dan staf pengajar hingga kini.
Selain itu, sekarang ia juga berpraktik di RSU Hidayah Boyolali serta RS Ortopedi Dr. Soeharso Surakarta.
Baca juga: 5 Risiko Tidur Berlebihan atau Terlalu Banyak Tidur, Obesitas hingga Diabetes
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com)