TRIBUNHEALTH.COM - Penyakit jantin koroner merupakan penyakit yang diakibatkan adanya penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri koroner.
Pembuluh darah arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah pembawa sari makanan dan oksigen yang dibutuhkan otot jantung agar tetap berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah penumpukan plak atau lemak yang terjadi pada pembuluh darah koroner.
Baca juga: 5 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner, Waspada Jika Punya Riwayat Penyakit Ini

Penumpukan ini paling sering disebabkan oleh proses aterosklerosis.
Proses penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah ini terjadi secara perlahan dalam waktu yang lama.
Penyakit jantung koroner ini memiliki gejala khas, yaitu timbulnya nyeri dada.
Lantas, bagaimana cara membedakan nyeri dada karena penyakit jantung koroner dan karena penyakit lainnya?
Dilansir dari YouTube Tribun Health, Dokter Spesialis Penyakit Jantung & Pembuluh Darah dari RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo Ambarawa, dr. Destrian Ekoputro W, Sp.JP, FIHA memberikan penjelasan tentang perbedaan nyeri dada pada penyakit jantung koroner dan pada penyakit lain.
Baca juga: 6 Keuntungan Makan Kubis, Tingkatkan Kesehatan Jantung, Cegah Diabetes hingga Cegah Kanker
dr. Destrian menjelaskan gejala khas dari penyakit jantung koroner yang wajib diwaspadai adalah timbulnya nyeri dada.
Perlu diketahui, organ di dalam dada tidak hanya ada jantung saja, karena itu jika ada nyeri dada tidak selalu mengarah ke jantung.
Nyeri dada pada penyakit jantung koroner ini biasanya muncul dan berkaitan dengan aktivitas.
Misalnya habis jalan jauh, habis mandi, atau habis olahraga, tiba-tiba dadanya terasa berat, terasa nyeri, dan tidak nyaman di dada, ini biasanya tanda dari penyakit jantung.

"Jadi rasanya ini berat seperti kalau kita tiduran telentang kemudian ada anak kecil yang duduk di atas dada, rasanya seperti itu."
"Rasanya berat bukan kaya cekit-cekit atau rasanya kaya ditusuk-tusuk, bukan seperti itu."
"Rasanya berat, itu ciri khas dari penyakit jantung koroner," jelas dr. Destrian.
Menurut dr. Destrian, nyeri dada ini akan hilang setelah beristirahat.
"Biasanya rasa nyeri yang muncul itu tiba-tiba hilang dengan sendirinya."
"Namun begitu beraktivitas kembali, rasa nyeri kembali muncul, ini adalah gejala dari penyakit jantung koroner," ungkap dr. Destrian.
Baca juga: 6 Manfaat Makan Buah Raspberry, Selain Bagus untuk Jantung, juga Bagus untuk Kulit dan Otak
Selain itu, ciri khas lain dari nyeri dada penyakit jantung koroner adalah tidak bisa ditunjuk dengan satu jari.
Terkadang rasa nyeri dada tersebut menjalar terasa sampai leher, sampai ke lengan kiri, hingga menjalar ke punggung.
Jika nyeri dada bisa ditunjuk dengan jari tangan, atau terjadi pada satu titik, itu bukan nyeri dada karena penyakit jantung, bisa jadi karena otot, atau karena penyakit lain.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami nyeri dada, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan agar tahu apakah nyeri dada yang Anda alami karena penyakit jantung koroner atau karena penyakit lainnya.

Imbauan Melakukan Medical Check Up
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami penyakit jantung koroner, Anda diimbau untuk melakukan medical check up.
Terlebih lagi, jika ada riwayat genetik dari keluarga yang memiliki penyakit jantung, maka medical check up ini tidak boleh ditunda.
dr. Destrian menjelaskan, medical check up bisa dilakukan pada usia di bawah 40 tahun jika memang di usia tersebut sudah timbul adanya keluhan.
Jika memiliki riwayat genetik penyakit jantung, dan sebelum usia 40 tahun sudah sering menjumpai gejala nyeri dada, sesak napas, dianjurkan untuk melakukan medical check up dan pemeriksaan lanjut.
Untuk usia lebih dari 40 tahun, dianjurkan melakukan medical check up minimal setiap tahun atau satu tahun sekali.
Baca juga: 6 Manfaat Kacang Mete untuk Diabetes, Mengelola Gula Darah dan Tingkatkan Sensitivitas Insulin
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Jantung & Pembuluh Darah, dr. Destrian Ekoputro W, Sp.JP, FIHA dalam tayangan YouTube Tribun Health.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com)