Breaking News:

Menentukan Waktu yang Tepat untuk Perencanaan Progam Kehamilan

Menjalani masa kehamilan lancar, kondisi ibu dan janin yang sehat adalah tujuan utama. Maka dari itu, diperlukan persiapan yang matang.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Melia Istighfaroh
grid.id
ilustrasi suami istri yang sedang berkonsultasi dengan dokter 

TRIBUNHEALTH.COM - Kehadiran buah hati adalah hal yang sangat dinantikan pasangan suami istri. 

Menjalani masa kehamilan lancar, kondisi ibu dan janin yang sehat adalah tujuan utama. 

Tentunya mulai dari sebelum menikah maupun sebelum hamil, diperlukan persiapan yang matang.

Persiapan ini pun tentunya harus dilakukan oleh pasangan tersebut, yakni pria dan wanita yang bersangkutan. 

Untuk pasangan yang mau menikah, idealnya perencanaan program kehamilan dilakukan sebelum menikah atau setelah menikah? Atau meninggu selama satu tahun jika belum ada tanda-tanda kehamilan, bisa mulai melakukan program kehamilan? 

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Maria Ratna Andjani Sp.OG., M.Med menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth.com mengenai waktu yang tepat untuk melakukan perencanaan program kehamilan.

ilustrasi pasangan yang sedang berkonsultasi dengan dokter
ilustrasi pasangan yang sedang berkonsultasi dengan dokter (tribun.com)

Baca juga: Turun Perankaan Bisa Sembuh dengan Cara Diurut ke Dukun? Obgyn Jelaskan Ini

Tentunya bagi setiap pasangan yang hendak menikah ataupun sudah menikah jika ingin segera mendapatkan kehamilan, diperlukan persiapan yang matang. 

dr. Maria Ratna menyampaikan bahwa perencanaan kehamilan ini tergantung dari komitmen dan kesiapan pasangan. 

Ia menyarankan, perencanaan dilakukan berkisar enam bulan hingga satu tahun sebelum pernikahan sudah melakukan premarital check up. 

"Kembali lagi terhadap komitmen dan kesiapan pasangan tersebut," kata dr. Maria Ratna. 

2 dari 3 halaman

"Yang pasti, saya sarankan satu tahun atau enam bulan lah ya. Enam bulan sebelum pernikahan, pasangan ini sudah melakukan pemeriksaan premarital check up," 

Kata dr. Maria Ratna, sebelum menikah, kedua pasangan tersebut sudah mengenali kondisi fisik masing-masing, juga mengenai problem yang terjadi. 

Baca juga: 10 Ramuan Alami untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh Selama Musim Dingin

Ia menegaskan, premarital check up bukan untuk membatalkan pernikahan. 

Tentunya dari awal pasangan sudah berkomitmen ingin membina rumah tangga yang sehat, memiliki keturunan yang sehat, sehingga harus dimulai dari sebelum menikah. 

"Jadi, kedua pasangan ini sudah mengenali kondisi fisik masing-masing pasangannya. Ada problem apa, kita fix," lanjutnya. 

"Bukan untuk membatalkan pernikahan ya premarital check up. Jadi dari awal sudah komitmen dulu bahwa kita kepingin membina rumah tangga yang sehat, mempunyai anak-anak yang sehat, keturunan yang sehat. Jadi harus dimulai dari sebelum menikah," 

Dengan premarital check up, tentunya sudah diketahui adanya gangguan di darah ataupun penyakit-penyakit tertentu yang busa dikoreksi. 

Jika sudah melakukan premarital check up enam bulan sebelum menikah, kata dr. Maria Ratna yang paling penting adalah fisik pengantin tersebut sudah dipersiapkan. 

ilustrasi kehamilan yang sehat
ilustrasi kehamilan yang sehat (Kompas.com)

Baca juga: 6 Rutinitas Pagi untuk Meningkatkan Produktivitas

"Jadi sudah diketahui dulu, misalnya ada gangguan di darah atau ada penyakit-penyakit tertentu ya kita koreksi dulu. Tapi bukan untuk membatalkan pernikahan tersebut. Jadi harus dipahami dan dibikin komitmen di pasangan tersebut," jelasnya. 

"Kalau sudah melakukan premarital check up, at least enam bulan sebelumnya. Yang penting kan fisiknya si pengantin tersebut. Jadi enam bulan lah at least sudah dipersiapkan," 

3 dari 3 halaman

Obgyn, dr. Maria Ratna menambahkan, misalkan wanita tersebut perlu melakukan vaksinasi HPV, maka sudah siap. 

Selain itu, gangguan siklus menstruasi juga sudah dikoreksi, sehingga tinggal melakukan perencanaan saja. 

Jika sudah siap, barulah dilakukan pemeriksaan pre-conceptiom, artinya sebelum hamil dilakukan pemeriksaan kembali. 

"Kalau misalnya yang wanita perlu dilakukan vaksinasi, itu sudah disiapin. Jadi dia mau menikah, mau melakukan perencanaan untuk hamil, sudah siap, sudah divaksin, misalnya vaksin HPV. Misalnya gangguan siklus mens nya sudah dikoreksi, jadi sudah tinggal perencanaan," terangnya. 

"Kalau sudah siap, baru kita akan melakukan pemeriksaan pre-conception, artinya sebelum hamil kita lakukan pemeriksaan lagi." pungkas dr. Maria. 

Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth.com, bersama dengan  dr. Maria Ratna Andjani Sp.OG., M.Med. Seorang Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari RS St. Carolus Summarecon, Serpong. 

(TribunHealth.com/PP) 

Selanjutnya
Tags:
Kehamilanpromildr. Maria Ratna Andijani Sp. OG. M.MedTribunhealth.com
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved