TRIBUNHEALTH.COM - Jahe adalah tanaman herbal populer yang dikenal karena rasa pedasnya yang kuat dan aromanya yang hangat.
Selain memberikan sensasi pedas pada makanan, tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad untuk tujuan pengobatan dalam berbagai budaya di seluruh dunia.
Di era modern ini, jahe masih menjadi obat rumahan favorit untuk mengatasi sakit perut atau gangguan pencernaan ringan, hingga bermanfaat bagi penderita diabetes tipe 2.
Baca juga: 12 Cara Sehat Menambah Berat Badan Bagi Penderita Diabetes

Potensi Manfaat Jahe untuk Diabetes Tipe 2
Jahe adalah zat antioksidan dan antiperadangan alami yang memiliki banyak manfaat kesehatan potensial, termasuk kanker.
"Kita tahu bahwa jahe umumnya digunakan untuk membantu meredakan mual, muntah, atau sakit perut, dan ada juga beberapa bukti bahwa jahe dapat mengurangi nyeri haid, mual di pagi hari pada wanita hamil, dan bahkan nyeri artritis pada persendian," kata Rahaf Al Bochi, RD, juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics yang dilansir dari Everyday Health.
Menurut tinjauan sistematis dan meta-analisis yang diterbitkan pada tahun 2021, jahe ditemukan sama efektifnya dengan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen dan aspirin, dalam mengurangi keparahan nyeri haid.
Terkait diabetes tipe 2, Al Bochi mengatakan manfaat jahe masih belum jelas karena terbatasnya penelitian.
Namun, hasil yang diperoleh sejauh ini mungkin menunjukkan harapan untuk memasukkan ramuan tersebut dalam rencana pengobatan diabetes Anda.
Al Bochi merujuk pada tinjauan penelitian yang menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen jahe dapat membantu mengurangi kadar A1C dan kadar glukosa pada penderita diabetes tipe 2.
Baca juga: 6 Camilan Tanpa Tambahan Gula untuk Menurunkan Gula Darah
A1C adalah tes diabetes umum yang mengukur kadar gula darah rata-rata Anda selama periode dua hingga tiga bulan.
Al Bochi mencatat ulasan tersebut tidak tanpa kekurangan.
"Semua kelompok sampel sangat kecil, dilakukan selama beberapa minggu, dan semuanya homogen, berdasarkan satu atau dua negara," katanya.
Karena faktor-faktor tersebut, penelitian yang dianalisis para peneliti tidak memberikan informasi yang cukup bagi para ahli untuk secara meyakinkan merekomendasikan jahe sebagai pengobatan yang efektif untuk diabetes tipe 2.

Namun, penelitian lain tampaknya mendukung kemungkinan manfaat jahe dalam diet diabetes.
Penelitian lain menunjukkan bahwa jahe membantu meningkatkan kontrol glikemik pada pada orang dewasa Iran dengan diabetes tipe 2 yang tidak lagi mengonsumsi insulin setelah tiga bulan mengonsumsi suplemen, dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Penelitian ini singkat, hanya berlangsung selama tiga bulan, tetapi bersifat double-blind, acak, dan terkontrol, yang menunjukkan adanya potensi efek kausal antara jahe dan kontrol gula darah.
Baca juga: 6 Makanan Ini Bantu untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi, Ada Oatmeal hingga Apel
Sebuah tinjauan penelitian mengungkap sedikit tentang potensi mekanisme pengendalian gula darah dalam jahe.
Setelah menganalisis studi laboratorium dan klinis, penulis menyimpulkan bahwa jahe menghambat enzim yang memengaruhi cara karbohidrat dimetabolisme dan sensitivitas insulin secara keseluruhan, sehingga menyebabkan penyerapan glukosa yang lebih besar dalam otot.
Para peneliti menambahkan dalam tinjauan mereka bahwa jahe juga berpotensi membantu mengurangi risiko komplikasi diabetes karena efek penurun lipidnya.
Meskipun jahe utuh dan bubuk jahe tampak aman, Al Bochi menyarankan agar siapa pun yang memiliki kondisi tersebut berkonsultasi dengan dokter atau ahli endokrinologi sebelum menambahkan suplemen jahe ke dalam makanan mereka.
Hal itu terutama penting bagi orang yang mengonsumsi obat diabetes.
Risiko interaksi obat juga bisa meningkat pada penderita diabetes tipe 2 yang juga mengonsumsi obat untuk kondisi lain.
Baca juga: 5 Manfaat Mengejutkan Oatmeal untuk Diabetes, Tidak Membuat Gula Darah Melonjak
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com)