TRIBUNHEALTH.COM - Belakangan istilah jam koma viral dan kerap digunakan oleh netizen di media sosial.
Istilah jam koma utamanya banyak digunakan oleh para Gen Z.
Lalu apa itu jam koma jika dikaji dari segi kesehatan?
Pada dasarnya ‘jam koma’ bukanlah istilah medis, melainkan istilah populer semata.
Kendati demikian, fenomena ini tetap ada kaitannya dengan kesehatan.
Baca juga: 5 Dampak Buruk Kerja Remote atau Jarak Jauh, Ternyata WFH Tak Sepenuhnya Baik untuk Kesehatan Mental
Penggunaan ‘Jam Koma’ di Kalangan Gen Z
Gen Z menggunakan istilah jam koma untuk merujuk pada keadaan ketika merasa kelelahan, baik fisik maupun mental.
Akibatnya mereka menjadi sulit berkonsentrasi dan tidak sadar melakukan hal tertentu.
Ini sebabnya gen Z menggunakan istilah ‘jam koma’ untuk menggambarkan keadaan ketika seseorang melakukan hal random, misalnya mencari kacamata padahal sedang digunakan, lupa melepas helm hingga ke dalam kantor, dan sebagainya.
Dengan demikian ‘jam koma’ sendiri bisa diartikan sebagai keadaan ketika pikiran seakan-akan sedang kosong, seperti halnya orang koma.
Baca juga: 7 Cara Menurunkan Kadar Kolesterol Secara Alami, Terapkan dalam Kehidupan untuk Mendapat Manfaatnya
Jam koma dikaji dari kesehatan
Sekali lagi, jam koma bukanlah istilah medis, melainkan istilah populer.
Kompas.tv menghubungkan jam koma dengan cognitive fatigue atau kelelahan kognitif.
Hal ini mengacu pada penurunan kemampuan berpikir efektif dan mempertahankan fokus.
Kelelahan kognitif bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres dan kurang tidur.
Berikut ini cara mengatasi kelelahan kognitif dan mencegah terjadinya jam koma
Tidur yang Berkualitas
Tidur cukup antara 7 hingga 9 jam dapat membantu mencegah rasa lelah yang berlebihan.
Membuat jadwal tidur yang teratur serta menciptakan suasana kamar yang nyaman bisa meningkatkan kualitas tidur.
Jika merasa lelah di siang hari, tidur singkat selama 20 hingga 30 menit dapat membantu memulihkan energi.
Baca juga: 6 Keuntungan Menaruh Tanaman Hidup di Kamar Tidur, Jadi Pelembap Udara Alami
Kelola Stres
Terlalu banyak berpikir dan stres dapat mengganggu konsentrasi.
Coba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam untuk mengurangi stres.
Selain itu, lakukan aktivitas yang menyenangkan seperti membaca, mendengarkan musik, atau menghabiskan waktu di luar ruangan.
Olahraga Teratur
Berolahraga meningkatkan produksi endorfin, hormon yang mendukung suasana hati dan membantu mengurangi stres.
Endorfin juga memberikan perasaan bahagia dan mengurangi gejala depresi serta kecemasan.
Olahraga rutin dapat meningkatkan energi dan daya tahan tubuh, membuat kita merasa lebih segar dan siap menghadapi aktivitas sehari-hari.
Batasi Waktu Penggunaan Layar
Membatasi waktu penggunaan perangkat elektronik dapat membantu mengurangi stres.
Studi menunjukkan bahwa mengurangi paparan layar dan melakukan "puasa gadget" efektif dalam menurunkan kecemasan, terutama dari informasi dan media sosial yang berlebihan.
Dengan membatasi screen time, mindfulness meningkat dan perasaan tertekan berkurang.
Konsumsi Makanan Bergizi
Asupan makanan yang seimbang membantu tubuh memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk fungsi optimal, termasuk menjaga fokus sepanjang hari.
Nutrisi seperti omega-3, vitamin B, dan antioksidan penting bagi kesehatan otak, sehingga otak dapat berfungsi dengan baik dan membantu menjaga fokus serta produktivitas.
TribunHealth.com, Kompas.tv