TRIBUNHEALTH.COM - Pada dasarnya buang air kecil terus menerus bisa dikatakan normal, apalagi jika sebelumnya sudah mengonsumsi air putih atau kafein dalam jumlah berlebih.
Meski demikian, buang air kecil terus menerus juga bisa menjadi gejala dari masalah kesehatan yang lebih serius.
Frekuensi buang air kecil, warna urin, dan kemampuan untuk menahan berkemih dapat menunjukkan kualitas kesehatan seseorang.
Selain itu, frekuensi buang air kecil dapat mengindikasikan tingkat hidrasi tubuh.
Umumnya, buang air kecil antara enam hingga delapan kali sehari dianggap normal dan tidak menjadi tanda masalah medis yang serius.
Baca juga: Kalender Agustus 2024 Lengkap dengan Tanggal Merah, Kapan Libur Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2024?

Seringnya berkemih mungkin hanya disebabkan oleh konsumsi cairan yang berlebihan.
Berikut beberapa penyebab umum buang air kecil secara terus menerus.
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi pada saluran kemih dapat menyebabkan frekuensi berkemih yang meningkat, disertai rasa terbakar atau nyeri saat berkemih.
2. Diabetes
Diabetes, baik tipe 1 maupun tipe 2, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih sebagai akibat dari kadar gula darah yang tinggi, yang membuat ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan glukosa berlebih.
3. Diabetes Insipidus
Kondisi ini berbeda dari diabetes mellitus dan disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (ADH), menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dan sering berkemih.
4. Gangguan Prostat
Pada pria, pembesaran prostat (benigna) atau infeksi prostat dapat menyebabkan frekuensi berkemih yang meningkat, terutama di malam hari.
Baca juga: 5 Cara Menurunkan Hormon Kortisol untuk Hilangkan Stres, Luangkan Waktu Berkualitas dengan Pasangan

5. Penyakit Ginjal
Kondisi ginjal seperti gagal ginjal atau infeksi ginjal dapat mempengaruhi frekuensi dan volume urin.
6. Obat-obatan
Beberapa obat, seperti diuretik, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih karena efeknya yang merangsang produksi urin.
7. Kafein dan Alkohol
Konsumsi kafein dan alkohol dapat meningkatkan produksi urin dan menyebabkan frekuensi berkemih yang lebih sering.
8. Penyakit Jantung
Gagal jantung atau kondisi jantung lainnya dapat menyebabkan penumpukan cairan di tubuh, yang akhirnya meningkatkan frekuensi berkemih saat cairan tersebut diproses oleh ginjal.
9. Gangguan Kesehatan Mental
Stres atau kecemasan dapat mempengaruhi pola berkemih, menyebabkan frekuensi berkemih yang lebih tinggi.
Baca juga: 10 Penyakit yang Bisa Diobati dengan Daun Kelor, Ada Hipertensi hingga Kolesterol Tinggi

10. Kondisi Reproduksi pada Wanita
Infeksi atau masalah pada organ reproduksi wanita, seperti infeksi vagina atau rahim, dapat mempengaruhi frekuensi berkemih.
11. Sindrom Bladder Overactivity
Ini adalah kondisi di mana kandung kemih terlalu aktif dan sering mengalami kontraksi, menyebabkan dorongan untuk berkemih secara teratur.
(Tribunhealth.com)
Baca juga: Apakah Anak-anak Tidak Berpotensi Mengalami Gigi Sensitif? Ini Jawaban Dokter