TRIBUNHEALTH.COM - Salah satu masalah yang sering kita jumpai di masyarakat adalah penyakit asam urat.
Asam urat dianggap sebagai penyakit sejuta umat.
Bahkan, tak jarang penyakit ini dikenal dengan penyakit orang tua. Padahal, usia muda ternyata bisa berisiko mengalaminya.
Perlu sobat sehat ketahui, makanan tinggi purin bisa memicu terjadinya penyakit asam urat.
Selain makanan, ada faktor risiko lain yang menjadi penyebab penyakit asam urat.
Penyakit asam urat ini tetunya bisa dialami oleh laki-laki maupun perempuan.
Gejala khas dari asam urat adalah radang sendi.

Baca juga: Ini Pengertian Osteoporosis Menurut Dokter Spesialis Ortopedi
Jika sudah menunjukkan gejala yang mengarah ke asam urat tinggi dan dokter telah mendiagnosa pasien benar-benar mengalami penyakit asam urat.
Selanjutnya, apa saja penanganan yang biasanya dilakukan dokter pada pasien tersebut?
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Mustopa menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth.com mengenai penanganan yang dilakukan dokter pada pasien asam urat tinggi.
Jika seseorang mengalami keluhan pada sendi, tentunya harus segera meneriksakan diri ke dokter.
Tentunya dokter pun akan melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosa apakah seseorang tersebut mengalami asam urat.
Untuk mengatasi penyakit asam urat, dr. Mustopa menurutkan penanganannya tergantung dari dokter.
Baca juga: 4 Manfaat Ajaib Buah Mengkudu untuk Kesehatan & Kecantikan Kulit
Pasien akan diberikan terapi non-medikamentosa, diedukasi untuk memperbaiki pola hidup dan diberi terapi medikamentosa.
Setelah itu, kata dr. Mustopa pasien akan dilihat apakah sudah mengarah ke komplikasi atau gejala awal.
"Sebenarnya penanganan itu kan kembali ke kita. Pada pasien ini kita berikan terapi non-medikamentosa, kita edukasi pasien untuk memperbaiki pola hidupnya dan kita beri terapi medikamentosa (terapi obat)," kata dr. Mustopa.
"Kita lihat pasien ini apakah sudah mengarah ke komplikasi atau gejala awal," lanjutnya.
Lanjut, jika pasien masih dalam kondisi awal, maka akan diberi edukasi agar menerapkan pola hidup sehat.
Jika setelah dicek ternyata ada bengkak persendian dan yeri, maka akan diteripkan antinyeri terlebih dahulu, lalu dilankut dengan Oains (obat anti-inflamasi non steroid).
Baca juga: 5 Manfaat Konsumsi Buah Tin: Atasi Masalah Pencernaan hingga Cegah Berbagai Penyakit Kronis
"Kalau pada pasien masih awal, kita berikan edukasi dulu supaya menerapkan pola hidup sehat," sambungnya.
"Kalau kita cek ternyata ada bengkak persendian, ada nyeri, ya terapinya tetap kita berikan antinyeri dulu baru bisa kita berikan Oains atau obat anti-inflamasi non steroid, kita bisa berikan obat antinyeri," tutur dr. Mustopa.
dr. Mustopa menurutkan pasien bisa juga diberikan obat steroid seperti Prednisone atau Methylprednisolone untuk mengurangi kondisi bengkak kemerah-merahan.
Untuk mencegah komplikasi atau menurunkan kadar asam urat maka pasien diberi obat asam urat sejenis Allopurinol atau Probenesid.
"Atau kita berikan obat steroid seperti Prednisone atau Methylprednisolone untuk mengurangi kondisi bengkak merah-merahnya," jelasnya.

Baca juga: Sederet Manfaat Jalan Kaki bagi Penderita Diabetes Tipe 2, Apa Saja?
"Kalau untuk mencegah komplikasi atau menurunkan kadar asam urat, kita bisa berikan jenis-jenis obat asam urat. Bisa kita berikan obat sejenis Allopurinol atau Probenesid. Obat Allopurinol itu akan menghambat dari pembentukan asam urat, kalau Probenesid, dia akan mengurangi sekresi dari asam urat tersebut," tuturnya.
Obat yang diberikan tersebut, kata dr. Mustopa akan dilihat dari kondisi pasien dan dosis yang diberikan sesuai dengan kondisi fisik, hasil laboratorium dan pemberat yang dialami pasien.
"Lalu, obat-obat yang kita berikan tersebut, tentunya kita lihat dengan kondisi pasien dan juga dosisnya kita sesuaikan dengan kondisi fisik pasien dan hasil nilai laboratorium cek asam uratnya, dan juga kita lihat pemberatnya apa. Pemberatnya apakah pasien ini dengan kanker atau pasien dengan gagal ginjal, atau pasien dengan penyakit penyerta dengan yang lain juga kita pertimbangkan dalam pemberian terapi," ujar dr. Mustopa.
Baca juga: 5 Minuman Ini Baik untuk Menjaga Kolesterol Tetap Normal
Pada terapi non-medika mentosa, dr. Mustopa menuturkan jka pasien akan diberi edukasi untuk melakukan pola hidup sehat seperti olahraga rutin, perbanyak minum air putih, lalu kurangi makanan yang banyak mengandung purin.
"Non-medikamentosa pola hidup sehat yang kita edukasi ke pasien, sebaiknya olahraga rutin, perbanyak minum air putih, lalu kurangi makanan yang banyak mengandung purin juga kita edukasi ke pasien." pungkasnya.
Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan dr. Mustopa Sp.PD. Seorang dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Nirmala Suri Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)