TRIBUNHEALTH.COM - Ejakulasi dini dan gangguan ereksi adalah dua masalah seksual yang sering terjadi pada pria, meskipun keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Kedua masalah ini dapat memiliki faktor penyebab fisik dan psikologis yang berbeda, namun dalam beberapa kasus, terdapat interaksi antara keduanya.
Mengenal Ejakulasi Dini
Ejakulasi dini adalah kondisi di mana seorang pria mengalami ejakulasi sebelum dia atau pasangannya menginginkannya.
Baca juga: Beragam Gejala Penyakit Jantung yang Perlu Diwaspadai
Penyebab ejakulasi dini bisa berasal dari faktor psikologis seperti kecemasan atau stres, atau faktor fisik seperti gangguan saraf atau sensitivitas yang tinggi di daerah genital.
Mengenal Gangguan Ereksi (Disfungsi Ereksi)

Gangguan ereksi adalah kondisi di mana seorang pria mengalami kesulitan dalam mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk melakukan hubungan seksual.
Gangguan ereksi bisa disebabkan oleh faktor psikologis seperti kecemasan kinerja atau faktor fisik seperti penyumbatan aliran darah ke penis.
Bagi pria yang mengalami ejakulasi dini, gangguan ereksi sering menjadi masalah yang menyertainya.
Ereksi yang hilang dapat terdiri dari dua tipe, yaitu lembek atau hilang sama sekali, dan yang kedua adalah ereksi yang awalnya keras (derajat tiga) tapi cepat berubah menjadi ereksi yang kurang keras (derajat dua).
Menurut dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS, seorang Medical Sexologist, ejakulasi dini dapat terjadi dalam tiga tahapan atau tiga tingkat, yaitu belum masuk ke vagina, sesaat setelah penetrasi, atau terjadi ejakulasi di bawah 5 kali keluar masuk.
Baca juga: 5 Dampak Buruk yang Mungkin Timbul Akibat Konsumsi Mie Instan Terlalu Sering, Picu Diabetes
Penting untuk diketahui bahwa ejakulasi dini tidak hanya dipicu oleh fantasi seksual meningkat, tetapi juga oleh gaya hidup seperti masturbasi yang berlebihan dan penurunan kebugaran tubuh akibat pola makan yang buruk.
Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kadar testosteron pada pria, bahkan pada usia muda.
Dr. Binsar juga menyoroti masalah mikropenis pada anak yang tidak diobati dapat mengakibatkan penurunan kadar testosteron di usia dewasa, yang kemudian berkontribusi pada ejakulasi dini.
Dia juga mengingatkan bahwa masalah hormonal seperti rendahnya kadar testosteron dapat terjadi pada pasangan yang baru menikah, dan pengobatannya sering kali tidak terjangkau secara finansial karena harga hormon testosteron yang tinggi.
Penjelasan dr. Binsar ini disampaikan dalam tayangan YouTube program Kesehatan Seksual pada 21 Juli 2022, yang dilansir oleh Tribunhealth.com.
BACA BERITA LAIN: Ejakulasi Dini dan Hilangnya Ereksi: Penjelasan dari Seorang Medical Sexologist

Ejakulasi dini adalah kondisi di mana seorang pria mengalami ejakulasi terlalu cepat selama aktivitas seksual, sehingga hal ini dapat mengganggu kepuasan seksual baik bagi dirinya maupun pasangannya.
Pandangan medis tentang ejakulasi dini umumnya menganggapnya sebagai gangguan seksual yang cukup umum dan kompleks.
Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada ejakulasi dini meliputi faktor psikologis seperti kecemasan, stres, atau depresi, serta faktor biologis seperti sensitivitas yang meningkat pada penis atau masalah hormonal.
Diagnostik ejakulasi dini melibatkan penilaian oleh seorang profesional kesehatan, dan tergantung pada penyebabnya, dapat ditangani dengan berbagai cara, termasuk konseling psikologis, terapi perilaku, atau pengobatan medis seperti obat-obatan tertentu.
Penting untuk dicatat bahwa setiap individu mungkin memiliki pengalaman ejakulasi yang berbeda, dan apa yang dianggap sebagai ejakulasi dini bagi satu orang mungkin tidak demikian bagi orang lain.
Baca juga: 4 Manfaat Luar Biasa Bunga Putri Malu untuk Kesehatan, Penelitian Terbaru Ungkap Keajaiban Alam
Jika seseorang merasa terganggu oleh masalah ini, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan yang berkualifikasi untuk mendapatkan evaluasi dan saran yang tepat.
Menurut seorang Medical Sexologist bernama dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS, ejakulasi dini merupakan kondisi di mana seorang pria mengalami ejakulasi dengan cepat setelah penetrasi atau bahkan sebelumnya.
Ini bukan masalah ereksi, melainkan lebih pada kontrol ejakulasi.
dr. Binsar menjelaskan bahwa ejakulasi dini dapat terjadi pada pria dengan ereksi yang kuat dan keras.
Namun, ia menegaskan bahwa ejakulasi dini tidak berdiri sendiri, melainkan seringkali diikuti oleh hilangnya ereksi.
Menurutnya, hal ini disebabkan oleh gangguan pembuluh darah.
Lebih lanjut, dr. Binsar menyebutkan bahwa hampir 80-90 persen atau bahkan 100 persen pasien yang mengalami ejakulasi dini melaporkan hilangnya ereksi.
Ia juga menjelaskan bahwa terdapat empat tingkat ereksi, dengan tingkat paling keras seperti mentimun dianggap sebagai kondisi normal.
Namun, pada pria dengan ejakulasi dini, tingkat ereksi dapat berubah dengan cepat.
dr. Binsar menggambarkan bahwa ereksi yang awalnya keras dapat cepat berubah menjadi lembek, mirip dengan kondisi sosis atau pisang yang tidak bertahan lama.
Hal ini menunjukkan bahwa ejakulasi dini seringkali berhubungan dengan gangguan ereksi.

Meskipun demikian, dr. Binsar menegaskan bahwa kondisi ini dapat ditangani.
Penyebab ejakulasi dini dan hilangnya ereksi dapat bervariasi, tetapi dengan pemahaman yang tepat dan pengobatan yang sesuai, banyak pria dapat mengatasi masalah ini.
Penjelasan dari dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS, disampaikan dalam sebuah program Kesehatan Seksual yang disiarkan pada 21 Juli 2022 dan dilansir oleh Tribunhealth.com melalui tayangan YouTube Warta Kota Production.
Baca juga: 9 Manfaat Minyak Kelapa untuk Kesehatan, Salah Satunya Tingkatkan Kolesterol Baik
Berikut ini terdapat produk yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, klik di sini untuk mendapatkannya.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini.
(Tribunhealth.com/IR)