TRIBUNHEALTH.COM - Gencarnya aksi pemboikotan produk pro Israel berpengaruh besar pada sejumlah brand ternama dunia.
Gerakan boikot ini menyebabkan kebangkrutan pada sejumlah brand ternama dunia yang terafiliasi pro Israel.
Salah satunya ialah Starbucks, kedai kopi asal Ameria itu boncos alias rugi Rp 186 Triliun.
Kini Starbucks menupup belasan gerainya dan mem-PHK karyawan.
Melansir TribunJatim.com, banyak perusahaan asal Amerika yang mulai menawarkan dukungan kepada Israel untuk melakukan serangan.
Sejak terjadinya konflik antara Hamas dan Israel meletus pada 7 Oktober 2023 lalu, serangan itu menewaskan 18.000 warga Gaza.
Baca juga: Pembelian Gas LPG Tabung 3 kg Hanya Bisa Dilakukan Pengguna Terdata, Berlaku Mulai 1 Januari 2024
Sontak alasan ini mendorong warga dunia untuk gencar melakukan Boycott, Divesment, SAnctions (BDS).
Gerakan ini salah satunya adalah aksi boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi atau pro Israel.
Seruan untuk melakukan boikot ini gencar dilakukan oleh generasi muda melalui jejaring media sosial seperti TikTok.
Awalnya aksi boikot ini dimaksudkan untuk menekan Israel dari segi ekonomi.
Sehingga Israel nantinya tidak dapat lagi membiayai operasional angkatan militernya di jalur Gaza.
Starbucks sendiri sebenarnya tidak memberikan dukungan finansial untuk Israel.
Baca juga: STOP Minum Jus Buah Mulai Sekarang, dr Zaidul Akbar Sarankan Baiknya Dimakan Langsung, Ini Alasannya
Namun perusahaan tersebut baru-baru ini menggugat serikat pekerjanya yang memberikan dukungan untuk Palestina.
Imbasnya, sejumlah negara kompak melakukan aksi boikot pada Starbucks hingga perusahaan merugi 12 miliar dolar AS atau setara Rp186 triliun (satuan kurs Rp15.528).
Tak hanya itu, akibat dari Gerakan BDS, saham Starbucks turun 1,6 persen.
Hal ini menandai penurunan terpanjang sejak perusahaan tersebut berdiri pada tahun 1992.
Dampak dari kerugian finansial ini, seorang karyawan Starbucks asal Maroko yang tak disebutkan namanya melaporkan soal fakta baru.
Yakni bahwa perusahaan sudah menginfokan beberapa staf bahwa mereka akan dipecat.
Baca juga: Sentuh di 7 Titik Rangsangan Ini Dijamin Istri Merem Melek, dr. Boyke: Banyak Suami Gak Tau
Hal itu menyusul penjualan yang turun signifikan akibat aksi boikot yang sedang berlangsung.
"Starbucks turut mengumumkan keputusan mereka untuk menghentikan 18 operasi tokonya yang ada di Maroko mulai 15 Desember," katanya.
"Seiring dengan menurunnya laba penjualan akibat aksi boikot," jelas karyawan Starbucks tersebut, dikutip dari Morocco World News.
Pemecatan serupa juga menyasar karyawan Starbucks di gerai cabang Mesir.
Sumber kepercayaan The New Arab menyebut bahwa perusahaan mulai memangkas karyawan akibat penjualan yang turun pasca boikot.
"Saat ini, perusahaan memangkas pengeluaran dan memaksa pekerja yang tersisa untuk kerja lebih keras daripada yang seharusnya untuk mengkompensasi kekurangan staf," ujar karyawan Starbucks di gerai cabang Mesir.
Baca juga: Kenapa Sih Wanita Mudah Mood Swing Menjelang Menstruasi? Ini Kata Psikolog Adib Setiawan
Melansir Tribunnews.com, pihak Starbucks hingga kini masih belum memberikan komentar apapun terkait pemecatan akibat boikot.
Namun organisasi hukum dan HAM asal Mesir, The Egyptian Centre for Economic and Social Rights (ECESR) mengutuk laporan PHK.
Lembaga tersebut menilai, tindakan pemecatan yang dilakukan Starbucks telah melanggar undang-undang ketenagakerjaan Mesir.
"Undang-undang ketenagakerjaan Mesir menetapkan bahwa jika pemberi kerja ingin mengurangi tenaga kerjanya karena alasan keuangan."
"Perusahaan tersebut secara hukum diwajibkan untuk mengajukan permintaan perampingan perusahaan sebelum sebuah komite (di biro tenaga kerja) dibentuk khusus untuk tujuan ini," kata serikat pekerja ECESR.
Israel sendiri telah menderita kerugian terbesar di Gaza sejak Oktober 2023.
Baca juga: Bahan Bleaching Gigi Tak Menimbulkan Alergi, Simak Penuturan drg. Mery
Mereka mengumumkan bahwa negara menderita kerugian terbesar dalam lebih dari sebulan setelah menyergap pasukannya di Jalur Gaza.
Saat yang sama, Israel juga menghadapi isolasi diplomatik yang semakin meningkat.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kematian warga sipil hasil serangan mereka dan memburuknya bencana kemanusiaan di Jalur Gaza.
Pertempuran sengit terjadi di utara dan selatan Jalur Gaza, sehari setelah PBB menuntut gencatan senjata segera karena alasan kemanusiaan di Gaza.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa pemboman tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel terhadap warga sipil melemahkan dukungan internasional terhadap tindakan tersebut.
Meski begitu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, tak peduli dengan tekanan dari dunia.
Dia mengatakan bahwa tentara IDF akan terus berperang meskipun tekanan internasional semakin besar untuk gencatan senjata.
Netanyahu mengatakan kepada tentara di Gaza melalui walkie-talkie, "Kami akan melanjutkannya sampai akhir, sampai kemenangan, sampai tersingkirnya Hamas."
Baca juga: Link PDF Kalender 2024, Lengkap Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama, Download di Sini
Ia melanjutkan, "Saya mengatakan ini di tengah penderitaan yang luar biasa, namun juga di tengah tekanan internasional. Tidak ada yang bisa menghentikan kami."
Israel mengumumkan bahwa sepuluh tentaranya tewas dalam dua puluh empat jam terakhir.
Termasuk seorang kolonel di Brigade Infanteri Golani dan seorang letnan kolonel yang memimpin sebuah batalion di Brigade Golani.
Ini merupakan kerugian terbesar yang dialami pasukan Israel dalam satu hari sejak 15 orang tewas pada 31 Oktober 2023.
Tentara Israel menyatakan bahwa sebagian besar kematian terjadi di lingkungan Shujaiya di Kota Gaza, sebelah utara Jalur Gaza.
Di mana pasukan disergap ketika mereka mencoba menyelamatkan sekelompok tentara lain yang menyerang pejuang di sebuah gedung.
Seorang pejabat militer mengatakan bahwa Israel membayar 'harga yang sangat mahal' dalam insiden tersebut.
Pejuang Hamas mengatakan, insiden ini menunjukkan bahwa pasukan Israel tidak akan pernah mampu menaklukkan Gaza.
Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan dalam pidatonya di televisi, bahwa segala rencana masa depan di Gaza tanpa Hamas adalah 'ilusi dan fatamorgana'.