TRIBUNHEALTH.COM - Sungguh keji seorang mertua ini yang tega bunuh menantu yang sedang hamil 7 bulan.
Kini terungkap fakta-fakta mengenai kasus pembunuhan yang dilakukan mertua, Khoiri atau disapa Satir (53) yang tega membunuh menantu, Fitria Almuniroh Hafidloh Diana (23), yang tengah hamil 7 bulan di Pasuruan, Jawa Timur.
Melansir Surya.co.id, dari sederet fakta, salah satunya yang terungkap yakni ucapan terakhir korban kepada ibunya melalui aplikasi chatting WhatsApp (WA).
Hal itu disampaikan langsung oleh Nurul Afini, ibu Fitria.
Ini fakta-fakta lengkapnya.
Sempat Video Call
Nurul Afini mengaku sempat komunikas dengan Fitria melalui telepon video (video call), beberapa jam sebelum meninggal, sekitar pukul 13.00 WIB.
Fitria dan ibunya berbincang snatai menanyakan kabar keseharian dan seda gurau seperti biasanya, selama dua jam.
Baca juga: Lemas Ditagih Pajak Rp 3 Miliar, E-KTP Wanita Semarang Dipakai untuk Curi Data Nasabah
Anak Tak Sadarkan Diri
Sekira 4 jam kemudian, Nuful Afiani mendaoat kabar jika outrinya tak sadar diri hingga dibawa ke Puskesmas Purwodadi sekitar pukul 17.30 WIB.
Emosi Nurul Afiani meledak saat tiba di puskesmas sekitar pukul 21.00 WIB.
Ia mendapati anaknya sudah tak bernyawa dengan berbagai kejanggalan.
Kejanggalan yang diketahui seperti luka robek di leher sisi kanan dan kondisi memar di bagian bawah perut Fitri yang membuncit karena hamil 7 bulan.
"Aku tatak (berusaha kuat) di puskesmas. Di sana aku lihat anakku kok pegang perutnya. Posisi pegang perut, sininya (leher sisi kanan) menganga. Cuma wajahnya senyum. Ya Allah nak, intinya saya mau keadilan," ujar Nurul Afini.
Nurul Afiani sempat mengakui jika ia tak menerima kematian anak yang nahas.
Namun, ia berusaha tetap tegar dengan memaknai semua yang terjadi sebagai suratan takdir dari Sang Ilahi, perlahan-lahan ia mulai merelakan kematian anaknya walaupun terasa berat dan menyesakkan dada.
Gelagat Aneh Fitria
Kematian sang anak ini akhirnya menyadarkan Nurul Afini tentang gelagat aneh putrinya selama ini.
Perempuan berkemeja batik warna merah itu, akhirnya menyadari momen-momen sang anak yang kerap kali memohon maaf kepada dirinya meskipun tidak jelas kesalahannya.
Hal itu dilakukan terus menerus selama berkomunikasi via WA dengannya.
Ia menceritakan isi percakapan terakhir bersama sang anak pada hari itu.
Baca juga: Teriak Gaya Elit Ekonomi Sulit Pengamen Maksa Pengunjung di Braga Bandung
Pertama, sang anak sempat berupaya untuk menjual televisi beserta STB-nya untuk membeli sepeda motor agar bisa beraktivitas ke luar rumah.
Kedua, sang anak juga bercerita, bahwa pada hari itu telah resmi memiliki Kartu Keluarga (KK) sendiri dengan suaminya,
"Ya di hari itu, dia dan suaminya dapat KK sendiri," katanya.
Ucapan Terakhir Korban
Kemudian, di sela percakapan tersebut, lanjut Nurul Afini, sang anak sering beberapa kali menyampaikan permohonan maaf yang tak jelas atas kesalahan apa.
"Dia bilang lagi, bu sepurane sing akeh, aku mesti ngerepoti ibu. Jadi dia itu dalam satu bulan ini, setiap kali WA saya selalu bilang ibu baik-baik saja, aku minta maaf merepoti ibu, saya belum bisa membahagiakan ibu," terangnya.
Ucapan aneh dari sang anak itu tak hanya disampaikan saat berkomunikasi terakhir pada siang saat video call dengan ibunya, namun, dalam kurun waktu sebulan.
Setiap berkomunikasi melalui sambungan telepon WA, sang anak acap menyampaikan permohonan serupa seperti siang itu.
Nurul Afini juga mengaku, tidak terlalu memahami pernyataan maaf dari sang anak itu.
Hingga akhirnya peristiwa nahas ini terjadi, kini ia mulai memahami maksud sang anak yang mungkin hendak berpamitan sebelum berpulang.
"Firasat ada. Satu bulan sebelumnya, dia minta maaf terus. Terus bolak-balik WA itu saya ditelponi terus," katanya.
Baca juga: Ini Cara Merawat Rambut Rusak dan Susah Diatur yang Bisa Kamu Coba
"Biasanya kalau di sekolah, saya gak bisa angkat karena kerjaan. Dia bilang mengiranya saya sedang marah (padahal sibuk urusan sekoah)," tambah wanita yang juga menjabat sebagai kepala sekolah SMP swasta di Kalibokor, Gubeng, Surabaya itu.
Nurul Hanya Bisa Pasrah
Berdasarkan informasi yang diketahui olehnya, Nurul Afini menduga, sang anak dianiaya demikian keji hingga tewas tak lama setelah sang anak menutup telepon video call dengannya, sekitar pukul 15.00 WIB.
Namun, ia mengaku memasrahkan semua proses pengusutan hukum kasus tersebut kepada pihak kepolisian Polres Pasuruan.
Ia berharap pelaku dikenai hukuman semaksimal mungkin dan seadil-adilnya.
"Saya video call dari jam 13.00-14.45 hampir jam 3 sore. Aku menduga ya jam itu, setelah kami telpon. Kemudian, kalau kata polisi, diketahui pertama sama suaminya ya jam 4-an atau jam 5-an," pungkasnya.
Suami Histeris
Diwartakan sebelumnya, jenazah Fitria pertama kali ditemukan oleh suaminya, Sueb (31) yang baru pulang kerja, Selasa (31/10/2023) sore.
Sueb histeris melihat kondisi istrinya yang tengah hamil 7 bulan tergeletak di kasur dalam kondisi bersimbah darah.
Luka di Leher
Korban diduga dibunuh dengan menggunakan senjata tajam (sajam).
Itu setelah ada luka di area leher korban.
Saat kejadian, korban memang sedang di rumah bersama mertuanya. Sedangkan suaminya sedang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Baca juga: Anemia pada Remaja Bisa Menyebabkan Stunting? dr. Irene Sampaikan Penjelasannya
Meninggal di Jalan
Korban meninggal dalam perjalanan menuju Puskesmas Purwodadi.
Dugaan kuat, korban kehabisan darah sehingga nyawanya tidak tertolong.
Pelaku Sempat Kabur
Kapolsek Purwodadi AKP Pujianto menyebut, pelaku sempat melarikan diri ke rumah tetangganya.
“Dari hasil pemeriksaan sementara, setelah membunuh korban, pelaku melarikan diri ke rumah tetangganya dan masuk ke dalam kamar, dikunci,” katanya.
Kini, AKP Pujianto menyebut, pelaku sudah diamankan ke Polsek untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dugaan kuat, pelaku menggorok leher korban dengan pisau dapur.
“Pelaku sudah kami amankan dan itu yang terpenting bagi kami. Biarkan dia tenang sebelum dilakukan pemeriksaan,” urai Pujianto.
Menurut Kapolsek, warga tidak berani menangkap pelaku karena takut yang bersangkutan masih membawa pisau dan bisa mengancam lainnya.
“Kami masih dalami motifnya. Ini anggota dan teman-teman dari Polres juga sudah turun untuk mendalami pembunuhan mertua dan menantunya ini,” paparnya.
Motif diduga asmara
Sejumlah spekulasi muncul dibalik kejadian ini.
Rumor yang berkembang adanya cinta segitiga, hingga ada dugaan pemerkosaan.
“Masih kami dalami. Tapi yang jelas, suami korban menyebut istrinya itu sangat gemati (perhatian, red) ke mertuanya, karena sudah dianggap orang tuanya sendiri,” paparnya.
Menurut Kapolsek Pujianto, pihaknya juga sudah mendengar informasi itu. Namun pihaknya perlu waktu untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
(TribunHealth.com) (Luhur Pambudi/Galih Lintartika/SURYA.CO.ID)