TRIBUNHEALTH.COM - Terlanjur di tutup, ternyata bukan TikTok Shop yang menjadi biang kerok sepinya Pasar Tanah Abang.
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menyebut ada hal lain yang menyebabkan Pasar Tanah Abang sepi pengunjung.
Teten menjelaskan, soal barang impor lah yang menjadi biang keladi.
Pasalnya kini tengah banjir barang impor dengan harga super murah.
Ini membuat produk lokal menjadi kurang bisa bersaing.
"Enggak bisa pertentangkan kematian (Pasar) Tanah Abang dengan TikTok. Karena Tanah Abang pun dari dulu sudah jualan online, live shop, dan multichannel, sudah. Ini masalahnya masuk barang-barang dari luar yang sangat murah," kata Teten saat ditemui Kompas.com di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2023).

Baca juga: Diberi Tumpangan Tempat Tinggal, Nenek 60 Tahun Malah Kuras Harta Tuan Rumah, Kabur sebelum Subuh
Meski sudah beradaptasi dengan teknologi, pedagang di Tanah Abang tetap kalah saing.
Pasarnya live streaming kerap kali menyewa artis, sehingga pedagang biasa sulit mendapatkan viewers.
"Saya sudah lihat ke sana, ada semua kok, semua channel mereka jualan. Live shopping mereka jualan. Tapi live shopping-nya kalau enggak pakai artis siapa yang mau nonton? Begitu saya lihat, oh, kok enggak ada yang nonton? Nah ini problem-nya," ujarnya.
Saking Sepinya, Karyawan Tanah Abang Curhat Cuma Jual 3 Helai Baju Seminggu: Malu Terima Gaji

Diberitakan sebelumnya, seorang karyawan Pasar Tanah Abang mengaku sampai malu menerima gaji.
Pasalnya dia hanya bisa menjual 3 baju saja dalam seminggu, buntut sepinya pasar.
Hal itu dia sampaikan ketika dikunjungi oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan pada Kamis (28/9/2023).
Dilansir TribunHealth.com dari Kompas.com berikut ini kisahnya.
Baca juga: Hati-hati! Beredar Link Tilang Elektronik via WhatsApp, Polisi: Jangan Percaya, Penipuan
Dia adalah Icha, penjaga kios baju di Pasar Tanah Abang.
Dirinya merasa malu lantaran hanya bisa menjual tiga helai baju saja dalam sepekan.
"Setelah lebaran haji, itu benar-benar down parah, Pak. Bisa dikatakan, (dalam) seminggu, saya pernah laris tiga potong," ungkap Icha kepada Zulkifli Hasan.
"Seminggu (menjual) tiga (baju) saja?" tanya Zulkifli.
"Pernah. Saya menerima gaji pun malu, Pak, karena saya sebagai karyawan," jawab Icha.
Icha mengaku, penjualannya yang sedikit tidak sebanding dengan usahanya ketika berjualan.
Padahal setiap hari ia harus berteriak untuk mendapatkan perhatian pengunjung Pasar Tanah Abang.
Ikut live TikTok tapi masih sepi
Baca juga: Mengenal Gangguan Dismorfik Tubuh, Ini Penjelasan Psikolog Adib Setiawan
Pada dasarnya dia sudah mencoba peruntungan dengan ikut live TikTok.
Sayangnya, penontonnya juga sepi.
"Padahal, kita sudah teriak-teriak sampai suara saya habis. Kadang, kita live enggak ada yg checkout," urai Icha.
Mendengar keluhan Icha, Zulkifli menegaskan, Pemerintah Pusat kini hanya mengizinkan sosial media sebagai alat promosi dan tak bisa berjualan.
"Kalau dia mau menjadi social commerce, harus ada izin. Nah, social media, itu dia enggak boleh jualan," kata Zulkifli.
"Hanya iklan saja seperti TV, TV kan iklan saja, promosi," urainya.
Salah satu yang terkena kebijakan ini adalah platform TikTok Shop.
Pemerintah Pusat melarang operasional TikTok Shop dan hanya mengizinkan TikTok sebagai sosial media.
Dengan kebijakan ini, Zulkifli Hasan berharap perekonomian di pasar-pasar offline seperti Tanah Abang bisa kembali bergairah.
Baca juga: 3 Perguruan Tinggi Negeri Punya Golden Ticket, Terima Mahasiswa Tanpa Tes, Universitas Mana Saja?
Kalah saing dengan barang impor
Senada, Dasya yang juga berdagang di Tanah Abang mengeluhkan hal yang sama.
Kepada Zulkifli Hasan, Dasya menyebutkan, barang yang dijual via online cenderung lebih murah karena didatangkan dari luar negeri.
Karena itu, dagangan yang dijual di Pasar Tanah Abang menjadi tidak laku.
"Harganya barang juga kan kalo online itu langsung dari sana ya (diimpor). Jadi bisa jual harga murah (via online)," ungkapnya.
Apa lagi, barang impor tersebut dijual di TikTok Shop.
Seorang penjual baju di lantai dasar Blok A Pasar Tanah Abang bernama Diah menilai merebaknya social commerce seperti TikTok Shop yang menjual barang impor murah membuat pendapatannya surut.
"Ini toko-toko sudah mulai sepi. Kalau ada pengunjung, itu cuman jalan-jalan aja, jarang yang beli," curhat Diah kepada Zulkifli.
Ia pun meminta Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perdagangan agar mengintervensi hal tersebut.
"Jadi, mohon pemerintah untuk menghentikan ini semua, jadi tidak ada lagi kirim-kirim secara online," tegas Diah.
(TribunHealth.com, Kompas.com)