TRIBUNHEALTH.COM - Diprediksi bakal terjadi badai Khanun di Korea Utara dalam waktu dekat.
Untuk melindungi kemungkinan yang tak diinginkan, warga diwajibkan melindungi foto sang pemimpin, Kim Jong Un yang terpajang di rumah dan tempat kerja.
Tak hanya itu, penduduk Korsel juga wajib menyelamatkan potret penguasa terdahulu, Kim Jong-il dan Kim Il-sung yang tak lain adalah ayah dan kakek Kim Jong Un sendiri.
Menyelamatkan foto para pemimpin adalah prioritas utama.
Mereka yang membiarkan foto pemimpin rusak bisa menghadapi eksekusi.
Warga Korea Utara juga telah didesak oleh Rodong Sinmun, surat kabar resmi Partai Buruh Korea yang berkuasa, untuk melakukan segala upaya untuk melindungi patung, monumen, dan mural para pemimpin mereka yang tersebar di seluruh negeri.
Baca juga: Tentara AS Nekat Terobos Perbatasan Korut Sambil Tertawa, Nasibnya di Tangan Kim Jong Un Belum Jelas
Setelah menghantam Jepang selama seminggu terakhir, pada hari Kamis Khanun mendarat di Korea Selatan, di mana ia menewaskan satu orang.
Badai tropis pertama mencapai pantai tenggara semenanjung dan bergerak ke atas menuju Seoul.
Kedatangan Khanun memicu evakuasi lebih dari 10.000 orang dan menimbulkan kekacauan perjalanan, dengan ratusan penerbangan dan kereta dibatalkan.
Kota pedalaman selatan Daegu benar-benar terendam, dan daerah lain dilanda banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan lebat dan angin kencang.
Baca juga: Putra Mahkota Keraton Solo Tabrak Pemotor hingga Retak Tulang Ekor, Terus Melaju Tanpa Berhenti
Berita Sebelumnya: Bocah 2 Tahun Dipenjara Seumur Hidup karena Kesalahan Orang Tua
Kabar miring mengenai Korea Utara terus terdengar.
Baru-baru ini, bocah balita berusia 2 tahun harus mendekam seumur hidup di penjara akibat kesalahan orang tuanya.
Bocah berusia dua tahun di Korea Utara itu dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, setelah petugas menemukan sebuah alkitab milik kedua orang tuanya.
Kasus ini menambah panjang catatan persekusi rezim Kim Jong Un terhadap penganut agama.
Kasus ini termuat dalam laporan International Religious Freedom Report oleh Departemen Luar Negeri AS.
Berdasarkan laporan itu pula tertulis sebanyak 70.000 orang Kristen dipenjarakan di Korea Utara, dilansir New York Post.
Tak tanggung-tanggung orang yang kedapatan memiliki alkitab akan menghadapi hukuman mati.
Baca juga: Bolehkah Suami Istri Berhubungan Seksual Setiap Hari? Simak Manfaat dan Risikonya Berikut Ini
Tak selesai di situ, keluarga mereka dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, tak terkecuali anak-anak.
Satu di antara kasus yang disoroti laporan tersebut adalah pemenjaraan sebuah keluarga pada tahun 2009, berdasarkan praktik keagamaan mereka dan kepemilikan Alkitab oleh orang tua.
Seluruh keluarga, termasuk bayi berusia dua tahun, dijatuhi hukuman seumur hidup di kamp penjara.
Dapat Sorotan PBB
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyoroti kebebasan di Korea Utara.
“Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama (di Korea Utara) juga terus ditolak, tanpa ada sistem kepercayaan alternatif yang ditoleransi oleh pihak berwenang,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres Juli lalu.
Menurutnya, situasi di Korea Utara tidak berubah dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Rayakan Ulang Tahun ke-30, Penyanyi Cantik Korea Selatan, IU Donasikan Rp 2,7 Miliar
Bahkan laporan pada 2022 masih menemukan bahwa pemerintah Korea Utara terus “mengeksekusi, menyiksa, menangkap, dan menyiksa orang secara fisik karena kegiatan keagamaan mereka”.
Sebelumnya, pada Oktober 2021, LSM Korea Future merilis laporan yang merinci pelanggaran kebebasan beragama setelah mewawancarai 244 korban.
Dari para korban yang diwawancarai, 150 orang menganut Shamanisme, 91 orang menganut agama Kristen, satu orang Cheondoisme, dan satu orang lainnya.
Usia para korban berkisar dari hanya dua tahun hingga lebih dari 80 tahun dan wanita serta anak perempuan merupakan lebih dari 70 persen dari korban yang didokumentasikan.
Laporan tersebut menemukan bahwa pemerintah Korea Utara menuduh individu terlibat dalam praktik keagamaan, melakukan kegiatan keagamaan di Tiongkok, memiliki barang-barang keagamaan, melakukan kontak dengan orang beragama, dan berbagi keyakinan agama.
Akibatnya, orang-orang ditangkap, ditahan, kerja paksa, dan disiksa.
Seorang pembelot memberi tahu Masa Depan Korea bahwa pihak berwenang memukuli penganut Kristen dan Shamanic dalam tahanan, memberi mereka makanan yang terkontaminasi, dan mengeksekusi mereka secara sewenang-wenang.
Dapatkan produk kesehatan di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)